tag:blogger.com,1999:blog-46613133289477592822024-03-13T19:37:20.148-07:00ganganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.comBlogger36125tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-6274915732840612652010-02-17T00:15:00.000-08:002010-02-17T00:19:56.862-08:00MUKJIZAT YG HEBAT<span style="color: rgb(51, 255, 51);">ini ttg korban perang agm gt pd tgl 15 Desember 1999(ga ada maksud utk menyinggung yah)</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">dgn leher yg nyaris putus dan udah di vonis mninggal,,tetapi tiba^ ada tanda^ khidupan dan dokter menjahitnya kembali...dan koma slama 3 hari..stelah itu sembuh total..mukjizat gan!</span><br /><div style="margin: 5px 20px 20px;"> <div class="smallfont" style="margin-bottom: 2px; color: rgb(51, 255, 51);"><b></b><input value="Hide" style="margin: 0px; padding: 0px; width: 60px; font-size: 10px;" onclick="if (this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display != '') { this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display = ''; this.innerText = ''; this.value = 'Hide'; } else { this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display = 'none'; this.innerText = ''; this.value = 'Show'; }" type="button"> </div> <div class="alt2" style="border: 1px inset ; margin: 0px; padding: 6px;"> <div style=""><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Kampus dan Asrama Mahasiswa Doulos Diserang</span><br /><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Pada malam hari tanggal 15 Desember 1999, kegiatan berlangsung biasa di</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">dalam asrama kampus STT Doulos. Saya sendiri sedang</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">berbaring di kamar. Kurang lebih jam 21.00 malam itu, saya dibangunkan oleh</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">seorang teman sambil berteriak: "Domi, bangun, kita diserang...!" Saya</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">langsung bangun dalam keadaan panic, saya langsung berlari ke halaman kampus</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">dan melihat sebagian kampus kami yang telah terbakar.</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Di belakang kampus kami dikelilingi pagar kawat duri setinggi</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">2 meter, saya tidak bisa melompat keluar dengan cara mengangkat kawat itu.</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Dengan tangan sedikit terluka akhirnya saya pun dapat keluar.</span><br /><br /><br /><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Saya lari menuju kos kakak tingkat semester 10, yang letaknya tidak jauh</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">dari kampus.</span><br /><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Saya mengetuk pintu lagi, tetapi tidak ada orang yang menjawab,</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">" Terdengar suara massa</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">yang semakin mendekat kepada saya. Mereka berkata: "Itu mahasiswa Doulos,</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">tangkap dia!" Ada juga yang berteriak: "Bantai dia, tembak!"</span><br /><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Kemudian tangan saya diikat ke belakang dan mata saya ditutup dengan kain</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">putih. Saya tetap berdoa dalam keadaan takut dan gemetar: "Tuhan ampuni dosa</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">saya, pada saat ini Engkau pasti di samping saya." Tiba-tiba ada suara</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">terdengar oleh saya entah dari mana, yang berkata: "Jangan takut, Aku</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">menyertai engkau, Akulah Tuhan Allahmu." Setelah mendengar suara itu, rasa</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">ketakutan dan kegentaran hilang, karena saya sudah pasrahkan kepada Tuhan.</span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Mereka membawa saya ke tempat yang gelap, saya dipukuli dan ditendang. Saya</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">dihadapkan dengan massa yang jumlah orangnya lebih banyak, saat itu mereka</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">ragu, apakah saya mahasiswa Doulos atau warga sekitarnya. Sebagian massa ada</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">yang terus mendesak untuk memotong dan membunuh saya.</span><br /><br /><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Saya berdoa lagi: "Tuhan, fisik saya kecil, kalau saya mati, saya yakin</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">masuk sorga. Saat ini saya serahkan nyawa saya ke dalam tangan kasih-Mu,</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">ampunilah mereka." Saat itu kepala saya dipukul dari belakang dan terjatuh</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">di atas batu, saya tidak sadar akan apa yang terjadi lagi.</span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Roh Saya Keluar Dari Tubuh</span><br /><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Kemudian roh saya terangkat keluar dari tubuh saya, roh saya berbentuk</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">seperti orang yang sedang start lari atau sedang jongkok, lalu lurus seperti</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">orang yang berenang kemudian berdiri. Roh saya melihat badan saya dan</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">berkata: "Kok badan saya tinggal" (sebanyak dua kali). Roh saya berdiri</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">tidak menyentuh tanah dan tidak tahu mau berjalan kemana, karena di</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">sekeliling saya gelap gulita, kurang lebih lima detik, roh saya berkata:</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">"Mau ke mana?"</span><br /><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Berada di Dalam Firdaus</span><br /><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Saat itu saya sudah berada di dalam sebuah halaman yang luas. Halaman itu</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">sangat luas, indah dan tidak ada apa-apa. Roh saya berkata: "Kalau ada</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">halaman pasti ada rumahnya." Tiba-tiba saat itu ada rumah, saya dibawa masuk</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">ke dalam rumah tersebut dan bertemu dengan banyak orang di kamar pertama.</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Roh saya berkata: "Ini orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, mereka</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">ditempatkan di sini." Mereka sedang bernyanyi, bertepuk tangan, ada yang</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">berdiri, ada yang duduk dan ada yang meniup sangkakala.</span><br /><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Saya dibawa oleh malaikat-malaikat ke kamar selanjutnya atau kedua, sama</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">dengan kamar yang pertama, hanya disini roh saya melihat orang-orang dengan</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">wajah yang sama dan postur tubuh yang sama. Kemudian saya dibawa lagi ke</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">kamar yang ketiga, yang sama dengan kamar yang pertama. Dan roh saya</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">berkata: "Ini orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, ditempatkan di</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">sini." Lalu roh saya dibawa ke kamar yang keempat yaitu kamar yang terakhir,</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">pada saat ini saya hanya sendiri, tidak disertai oleh malaikat-malaikat</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">tadi. Kamar itu kosong, lalu roh saya berkata: "Ini penghakiman terakhir,</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">saya masuk sorga atau neraka."</span><br /><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Kemudian roh saya berjalan tiga sampai empat langkah, di depan saya ada</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">sinar atau cahaya yang sangat terang seperti matahari, maka roh saya tidak</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">dapat menatap. Saya menutup mata dan terdengar suara: "Berlutut!" Seketika</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">itu roh saya berlutut, terlihat sebuah kitab terbuka dan dari dalamnya</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">keluar tulisan yang masuk ke mata saya yang masih tertutup, tulisan timbul</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">dan hilang terus menerus, roh saya berkata: "Tuhan...! ini perbuatan saya</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">minggu lalu, bulan lau, tahun lalu. Saya melakukan yang jahat dan saya tidak</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">pernah mengaku dosa pribadi, sehingga Engkau mencatatnya di sini."</span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">ada suara berkata: "Pulang! Belum saatnya untuk melayani Aku."</span><br /><br /><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Saya melihat-lihat dari mana arah suara itu datang, saya melihat ada seorang</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">di samping kanan. Orang tersebut badan-Nya seperti manusia, rambut hingga ke</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">lehernya bersinar terang. Jubah-Nya putih hingga menutupi kedua tangan-Nya</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">dan bawah jubah-Nya menutupi kaki-Nya. Ia menunggangi seekor kuda putih</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">dengan tali les yang putih. Lalu roh saya berkata: "Ini Tuhan Yesus, Dia</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">seperti saya, Dia Eloim yang hidup."</span><br /><br /><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Kemudian Tuhan Yesus tidak nampak lagi dan seketika itu roh saya dibawa</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">pulang ke dalam tubuh saya. Saat itu juga ada nafas, ada pikiran dan saya</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">berpikir, tadi saya bersama dengan Tuhan Yesus. Setelah itu saya mencoba</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">beberapa kali untuk bangun dan mengangkat kepala, tetapi tidak bisa, terasa</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">sakit sekali, saya baru sadar bahwa leher saya telah dipotong dan hampir</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">putus, kemudian saya dibuang ke semak-semak dengan ditutupi daun pisang.</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Saya merasa haus, lalu menggerakkan tangan mengambil darah tiga tetes dan</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">menjilatnya, lalu badan saya mulai bergerak.</span><br /><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Tuhan menjawab doa saya, malam itu ada orang yang mendekati saya dengan</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">memakai lampu senter, lalu bertanya: "Kamu dari mana?" Saya tidak bisa</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">menjawab, karena saya tidak dapat berbicara lewat mulut, tidak ada suara</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">yang keluar, hanya hembusan nafas yang melalui luka-luka menganga pada</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">leher. Kemudian orang tersebut memanggil polisi.</span><br /><br /><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Puji Tuhan! Dikira sudah meninggal tetapi masih hidup. Mereka mengira saya</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">sudah meninggal, mereka mengangkat dan membawa saya ke jalan raya. Kemudian</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">polisi mencari identitas atau KTP saya, ternyata tidak ditemukan. Tanpa</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">identitas, mereka bermaksud membawa saya ke sebuah rumah sakit lain, tetapi</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">saya ingat kembali akan suara Tuhan dan takhta-Nya di sorga, ternyata ada</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">kekuatan baru dari Tuhan Yesus yang memampukan saya dapat berbicara.</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Tiba-tiba saya berkata: "Nama saya Dominggus, umur saya 20 tahun, semester</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">III, tinggal di asrama Doulos, saya berasal dari Timor."</span><br /><br /><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Orang-orang yang sedang melihat dan mendengar saya, berkata: "Wah, dia</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">dipotong dari jam berapa? Sekarang sudah jam 02.30 pagi, tapi dia masih</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">hidup."</span><br /><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Kemudian mereka memasukkan saya ke dalam mobil dan meletakkan saya di bawah.</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Saya tetap mengingat peristiwa ketika Tuhan Yesus dianiaya. Sementara mobil</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">meluncur dengan kecepatan tinggi, saat melewati jalan berlubang atau tidak</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">rata mobilpun berguncang dan saya merasa sangat sakit sekali pada luka di</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">leher.</span><br /><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Saya membuka mata, ternyata memang tidak ada seorangpun yang menjagai saya,</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">hanya seorang supir. Tetapi saya melihat beberapa malaikat berjubah putih</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">menjaga dan mengelilingi saya. Saya katakan: "Tuhan ini malaikat-malaikat</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">pelindung saya, mereka setia menjagai." Saya harus berdoa agar tetap kuat.</span><br /><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Pada malam hari, roh saya kembali keluar untuk kedua kali dari tubuh saya,</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">roh saya melihat suasana kamar dimana saya dirawat dan kemudian roh saya</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">berjalan sejauh kurang lebih dua atau tiga kilometer dalam suasana terang di</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">sekeliling saya. Tiba-tiba ada suara terdengar oleh saya:</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">"Pulang..pulang...!"</span><br /><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Seketika itu juga, roh saya kembali ke dalam tubuh saya, suhu tubuh menjadi</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">normal dan tidak ada lagi infeksi. Kemudian terdengar bunyi seperti orang</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">menekukkan jari-jari pada leher saya, lalu otot, tulang, saluran nafas dan</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">saraf-saraf tersambung dalam sekejab mata, saya merasa tidak sakit dan dapat</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">menggerakkan leher. Sesudah itu saya diberi minum dan makan bubur. Saya</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">sudah hidup kembali, dengan kesehatan yang sangat baik. Puji Tuhan!</span><br /><br /><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Keluar dari Rumah Sakit dalam Keadaan Sembuh Total</span><br /><br /><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Saya berada di rumah sakit sejak tanggal 16 Desember 1999 dini hari dan</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">keluar dari rumah sakit pada tanggal 29 Desember 1999, dengan berat badan</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">normal dibanding dua minggu yang lalu karena banyak darah dan cairan yang</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">telah keluar. Saya telah sembuh sempurna, tanpa cacat, tanpa perawatan</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">jalan, saya hidup kembali dengan normal.</span><br /><br /> </div> </div> </div><br /><div style="margin: 5px 20px 20px;"> <div class="smallfont" style="margin-bottom: 2px;"><b></b><input value="Hide" style="margin: 0px; padding: 0px; width: 60px; font-size: 10px;" onclick="if (this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display != '') { this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display = ''; this.innerText = ''; this.value = 'Hide'; } else { this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display = 'none'; this.innerText = ''; this.value = 'Show'; }" type="button"> </div> <div class="alt2" style="border: 1px inset ; margin: 0px; padding: 6px;"> <div style=""> <img src="http://img51.imageshack.us/img51/6721/doming1.jpg" alt="" border="0" /> </div> </div> </div><br /><div style="margin: 5px 20px 20px;"> <div class="smallfont" style="margin-bottom: 2px;"><b></b> <input value="Hide" style="margin: 0px; padding: 0px; width: 60px; font-size: 10px;" onclick="if (this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display != '') { this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display = ''; this.innerText = ''; this.value = 'Hide'; } else { this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display = 'none'; this.innerText = ''; this.value = 'Show'; }" type="button"> </div> <div class="alt2" style="border: 1px inset ; margin: 0px; padding: 6px;"> <div style=""> <img src="http://img130.imageshack.us/img130/7748/doming2.jpg" alt="" border="0" /> </div> </div> </div><br /><div style="margin: 5px 20px 20px;"> <div class="smallfont" style="margin-bottom: 2px;"><b></b> <input value="Hide" style="margin: 0px; padding: 0px; width: 60px; font-size: 10px;" onclick="if (this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display != '') { this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display = ''; this.innerText = ''; this.value = 'Hide'; } else { this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display = 'none'; this.innerText = ''; this.value = 'Show'; }" type="button"> </div> <div class="alt2" style="border: 1px inset ; margin: 0px; padding: 6px;"> <div style=""> <img src="http://img508.imageshack.us/img508/1589/doming3.jpg" alt="" border="0" /> </div> </div> </div><br /><div style="margin: 5px 20px 20px;"> <div class="smallfont" style="margin-bottom: 2px;"><b></b><input value="Hide" style="margin: 0px; padding: 0px; width: 60px; font-size: 10px;" onclick="if (this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display != '') { this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display = ''; this.innerText = ''; this.value = 'Hide'; } else { this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display = 'none'; this.innerText = ''; this.value = 'Show'; }" type="button"> </div> <div class="alt2" style="border: 1px inset ; margin: 0px; padding: 6px;"> <div style=""> <img src="http://img697.imageshack.us/img697/6708/doming4.jpg" alt="" border="0" /> </div> </div> </div><br /><div style="margin: 5px 20px 20px;"> <div class="smallfont" style="margin-bottom: 2px;"><b></b><input value="Hide" style="margin: 0px; padding: 0px; width: 60px; font-size: 10px;" onclick="if (this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display != '') { this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display = ''; this.innerText = ''; this.value = 'Hide'; } else { this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display = 'none'; this.innerText = ''; this.value = 'Show'; }" type="button"> </div> <div class="alt2" style="border: 1px inset ; margin: 0px; padding: 6px;"> <div style=""> <img src="http://img519.imageshack.us/img519/8581/doming5.jpg" alt="" border="0" /> </div> </div> </div><div id="TixyyLink" style="border: medium none ; overflow: hidden; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; text-align: left; text-decoration: none;"><br /><br /></div>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-59227622307735348452010-02-04T22:36:00.000-08:002010-02-04T22:37:54.025-08:00RICHARD AND SALADIN<span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Ada dua tokoh Perang Salib III yang sangat terkenal dan namanya harum sepanjang masa, mereka berdua adalah </span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" ><img src="http://www.memo.fr/Media/Saladin.jpg" alt="" border="0" /> <img src="http://thebsreport.files.wordpress.com/2009/09/richard.jpg" alt="" border="0" /><br /><br /><b><u>Salahuddin al Ayubi dan Richard the Lionheart</u></b></span> <br /><div style="text-align: left; color: rgb(51, 255, 51);"><span style="font-size:130%;">Kedua Pemimpin ini memiliki kelebihannya dan keunikannya masing-masing, mereka berdua juga memiliki Kharisma yang sangat kuat sehingga memiliki rakyat dan orang - orang yang sangat setia mengagungkan mereka. </span><br /><span style="font-size:130%;"> Berikut ini adalah penggalan2 cerita yang pasti membuat agan2 kagum pada mereka berdua.. </span><br /><br /></div><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" ><b><u>Salahuddin (Saladin)</u></b></span><br /><div style="text-align: left; color: rgb(51, 255, 51);"><span style="font-size:130%;">Ada dua kesan yang menyebabkan Salahuddin dipandang sebagai Ksatria sejati, baik oleh kawan maupun lawan. Pertama adalah soal kepiawaiannya dalam taktik pertempuran. Kedua tentang kesalehan dan kemurahan hatinya.</span><br /><br /><span style="font-size:130%;"> Bulan Juli 1192, sepasukan Muslim menggerebek 12 tenda prajurit Kristen, termasuk tenda kerajaan Raja Richard I, di luar benteng Jaffa. Richard yang terusik segera bangun dan bersiap bertempur. Pasukannya kalah Jumlah, 1:4. Tak peduli, Richard berjalan kaki mengikuti pasukannya menyongsong musuh.</span><br /><span style="font-size:130%;"> Salahuddin yang melihatnya, bergumam kepada al-Malik al-Adil saudaranya ,"Bagaimana mungkin seorang Raja berjalan Kaki bersama prajuritnya? Pergilah, Ambil dua Kuda Arab ini dan berikan padanya. Katakan padanya, aku yang mengirimkan untuknya. Seorang laki-laki sehebat dia tidak seharusnya berada di tempat seperti ini dengan berjalan kaki."</span><br /><span style="font-size:130%;"> Fragmen diatas dicatat sejarawan Kristen dan Muslim sebagai salah satu pencapaian tertinggi Salahuddin sebagai seorang Ksatria. </span><br /><br /><span style="font-size:130%;"> 4 Maret 1193 di Damaskus, Salahuddin meninggal dunia di Damaskus. Para pengurus jenazahnya sempat terperangah karena ternyata Salahuddin tak memiliki harta. Ia hanya mempunyai selembar kain kafan lusuh yang selalu dibawanya setiap perjalanan dan uang senilai 66 Dirham Nasirian (mata uang suriah waktu itu) di dalam kotak besinya. Untuk mengurus penguburan Panglima alim tersebut, mereka harus berhutang terlebih dahulu. </span><br /><br /> </div><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" ><img src="http://z.about.com/d/atheism/1/0/l/J/RichardSaladin-l.jpg" alt="" border="0" /></span><br /><div style="text-align: left; color: rgb(51, 255, 51);"><br /><span style="font-size:130%;"><b><u><div align="center">Richard the Lionheart (Richard I)</div></u></b></span><br /><span style="font-size:130%;"> " Rajamu (Richard) adalah seorang laki-laki dengan keberanian dan kehormatan yang paling hebat. Tetapi dia sering bertindak gegabah dengan menempatkan dirinya dalam bahaya. Dia terlalu nekat dalam menghadapi Kehidupan"</span><br /><span style="font-size:130%;"> Ucapan Salahuddin kepada Uskup Hubert Walter dari Salisbury diatas bisa menggambarkan secara tepat perjalanan Hidup Richard dari Aquitane.Selama hidupnya richard selalu ketagihan untuk bertempur dan bertempur. Ia sering maju memimpin sendiri pasukannya dalam pertempuran, tidak peduli pasukan yang di hadapi lebih kuat dari Pasukannya.</span><br /><br /><span style="font-size:130%;"> Pasca pertempuran Ascalon dimana Richard mengalahkan pasukan Saladin, dalam keadaan keletihan dan belum mendapat re-inforcement, pasukan Richard kembali diserang oleh sisa2 pasukan Saladin yang berhasil Re-group</span><br /><span style="font-size:130%;"> Di Event inilah Richard mendapat Julukan "Lionheart"-nya.</span><br /><span style="font-size:130%;"> Disebutkan ketika pasukan Kaveleri Arab sudah membentuk formasi melakukan full charge ke arah pasukan Crusader, pasukan2 Arab melihat seorang Knight dengan full Armor berada sendirian jauh didepan barisan Crusader.Knight itu mengenakan perisai dan Tombaknya kemudian bergerak mendekati formasi kavaleri Arab yang sudah siap tempur.Begitu jarak semakin dekat, pasukan Arab mengenali Knight yang sendirian itu ternyata King Richard sendiri!</span><br /><span style="font-size:130%;"> Lalu terdengar teriakan kemenang dari pasukan Arab karena mengira Richard maju untuk melakukan menyerah.Akan tetapi Richard malah mengerahkan tombaknya kedepan dan memacu kudanya hingga berhadapan dengan seluruh barisan kaveleri Arab dalam jarak dekat. Dikatakan bahwa Richard menghampiri satu demi satu prajurit Kavaleri Arab dan menantang mereka berduel. Namun orang pertama yang ditantang malah menundukan kepalanya, kemudian Richard menghampiri prajurit berikutnya dan seterusnya hingga teriakan kemenangan pasukan Arab semuanya terdiam.</span><br /><span style="font-size:130%;"> Ketika Richard tiba berhadapan dengan Saladin, disebutkan bahwa Saladin malah tersenyum dan kemudian memerintahkan seluruh pasukannya mundur.</span><br /><span style="font-size:130%;"> Atas unjuk nyalinya, Saladin kemudian menjuluki Richard 'The Lionheart" atau " Si Hati singa ".</span><br /><br /><span style="font-size:130%;"> Suatu Hari di awal tahun 1199, setelah berhasil menaklukan daerah Chalus, ia berjalan diatas benteng tanpa memakai baju besinya. Seorang pemuda Chalus bernama Basil memanfaatkan kesempatan itu dengan memanah Richard. Panah menancap di lengan atas. Karena buruknya perlakuan medis, luka Richard mengalami infeksi dan memburuk dari hari ke hari.</span><br /><span style="font-size:130%;"> Peter Basil yang akhirnya ditangkap, justru dibebaskan. Richard terpana dengan keberanian anak itu. Apalagi basil mengaku keluarganya mati dibantai pasukan Richard. Atas keberaniannya itu, Basil diberi 100 shiling inggris, dan dibiarkan meneruskan hidup. Richard meninggal 6 April 1199 karena infeksi hebat akibat anak panah yang dilepaskan Basil.</span><br /></div><div id="TixyyLink" style="border: medium none ; overflow: hidden; color: rgb(0, 0, 0); text-decoration: none;color:transparent;"><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Read more: </span><a style="color: rgb(51, 255, 51);" href="http://unic77.blogspot.com/2010/02/kemasyuran-richard-dan-saladin.html#ixzz0edmjq3ND">http://unic77.blogspot.com/2010/02/kemasyuran-richard-dan-saladin.html#ixzz0edmjq3ND</a><br /></div>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-74868595341311071272010-01-18T21:52:00.000-08:002010-01-18T21:53:40.433-08:00<h3 style="color: rgb(51, 255, 51);" class="post-title entry-title"> <a href="http://terselubung.blogspot.com/2010/01/tombak-yang-membunuh-yesus-menjadi.html">Tombak yang membunuh Yesus, menjadi rebutan para manusia haus kekuasaan</a> </h3> <img style="width: 469px; height: 469px; font-family: arial; color: rgb(51, 255, 51);" alt="http://www.wiels.nl/blog/images/Spear_of_Destiny_-_Pandora-s_Music_Box_1983_sm.jpg" src="http://www.wiels.nl/blog/images/Spear_of_Destiny_-_Pandora-s_Music_Box_1983_sm.jpg" /><br /><span style="font-family: arial; color: rgb(51, 255, 51);">Yang dimaksud dengan tombak disini sebenarnya hanya ujung tombaknya saja</span><br /><span style="font-family: arial; color: rgb(51, 255, 51);">yang berukuran 50,7 cm. Tombak tersebut pernah patah menjadi dua, tetapi</span><br /><span style="font-family: arial; color: rgb(51, 255, 51);">akhirnya digabung lagi menjadi satu dengan dipasangnya paku ditengah tombak</span><br /><span style="font-family: arial; color: rgb(51, 255, 51);">tersebut. Dan paku yang dipasang disitu pun bukannya sekedar sembarang paku</span><br /><span style="font-family: arial; color: rgb(51, 255, 51);">biasa saja melainkan paku yang digunakan untuk menyalib Tuhan Yesus.</span><br /><br /><span style="font-family: arial; color: rgb(51, 255, 51);">Oleh sebab itulah raja Karl IV telah membungkus tombak tersebut dengan emas</span><br /><span style="font-family: arial; color: rgb(51, 255, 51);">dan dicantumkan tulisan “LANCEA ET CLAVUS DOMINI” – “Tombak dan paku Tuhan”.</span><br /><span style="font-family: arial; color: rgb(51, 255, 51);">Karena ini adalah ujung tombak yang digunakan oleh serdadu Rumawi yang</span><br /><span style="font-family: arial; color: rgb(51, 255, 51);">bernama Longinus untuk menusuk lambung-Nya Tuhan Yesus ketika Ia berada di</span><br /><span style="font-family: arial; color: rgb(51, 255, 51);">kayu salib.</span><img style="color: rgb(51, 255, 51);" alt="http://www.onkarkular.com/files/spear-of-destiny.jpg" src="http://www.onkarkular.com/files/spear-of-destiny.jpg" /><br /><img style="color: rgb(51, 255, 51);" alt="http://media.comicvine.com/uploads/1/15776/436343-spear_of_destiny_super.jpg" src="http://media.comicvine.com/uploads/1/15776/436343-spear_of_destiny_super.jpg" /><br /><img style="color: rgb(51, 255, 51);" alt="http://www.kongehuset.no/aim/kongehuset/20/84/storage/file.image.jpg/Scale?geometry=373x426%3E&Set:quality=100" src="http://www.kongehuset.no/aim/kongehuset/20/84/storage/file.image.jpg/Scale?geometry=373x426%3E&Set:quality=100" /><br /><span style="font-size: 85%; color: rgb(51, 255, 51);"><i>Karl IV</i></span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Kesaktian azimat ujung tombak ini, bagi pemiliknya telah terbuktikan,</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">sehingga "tombak suci" ini sejak ribuan tahun telah menjadi rebutan dari</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">para penguasa dunia. Mulai dari kaiser Rumawi Konstantin, Alexander Agung,</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Napoleon, Hitler s/d General Patton dari USA. Bahkan raja Heinrich I di th</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">921 telah bersedia menukar sebagian besar dari tanah kerajaannya hanya untuk</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">mendapatkan ujung tombak suci ini.</span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Menurut tradisi Jerman, Charlemagne telah bisa memenangkan peperangan sampai</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">47 kali karena ia memegang tombak suci tersebut pada saat ia berperang,</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">walaupun demikian ia mati dibunuh, karena ia telah meletakan tombak suci</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">tersebut walaupun itu hanya untuk beberapa menit saja. Hal yang serupa</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">terjadi dengan kaiser Fridrich Barbarosa.</span><div id="TixyyLink" style="border: medium none; overflow: hidden; color: rgb(51, 255, 51); background-color: transparent; text-align: left; text-decoration: none;"><br /></div><img style="color: rgb(51, 255, 51);" alt="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/05/Constantine_Musei_Capitolini.jpg/376px-Constantine_Musei_Capitolini.jpg" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/05/Constantine_Musei_Capitolini.jpg/376px-Constantine_Musei_Capitolini.jpg" /><br /><span style="font-size: 85%; color: rgb(51, 255, 51);"><i>konstantin</i></span><br /><br /><img style="color: rgb(51, 255, 51);" alt="http://faculty-staff.ou.edu/L/A-Robert.R.Lauer-1/alexanderthegreat.jpe" src="http://faculty-staff.ou.edu/L/A-Robert.R.Lauer-1/alexanderthegreat.jpe" /><br /><span style="font-size: 85%; color: rgb(51, 255, 51);"><i>alexander agung</i></span><br /><br /><img style="color: rgb(51, 255, 51);" alt="http://www.canadiangeographic.ca/Atlas/Images/Glossary/Napoleon_Bonaparte.jpeg" src="http://www.canadiangeographic.ca/Atlas/Images/Glossary/Napoleon_Bonaparte.jpeg" /><br /><span style="font-size: 85%; color: rgb(51, 255, 51);"><i>napoleon</i></span><br /><br /><img style="color: rgb(51, 255, 51);" alt="http://un2kmu.files.wordpress.com/2009/10/adolf_hitler.jpg" src="http://un2kmu.files.wordpress.com/2009/10/adolf_hitler.jpg" /><br /><span style="font-size: 85%; color: rgb(51, 255, 51);"><i>hitler</i></span><br /><br /><img style="color: rgb(51, 255, 51);" alt="http://i11.photobucket.com/albums/a163/nationalgeographictre/sp/p1.jpg" src="http://i11.photobucket.com/albums/a163/nationalgeographictre/sp/p1.jpg" /><br /><span style="font-size: 85%; color: rgb(51, 255, 51);"><i>general patton</i></span><br /><br /><img style="color: rgb(51, 255, 51);" alt="http://www.istockphoto.com/file_thumbview_approve/4711900/2/istockphoto_4711900-heinrich-i.jpg" src="http://www.istockphoto.com/file_thumbview_approve/4711900/2/istockphoto_4711900-heinrich-i.jpg" /><br /><i style="color: rgb(51, 255, 51);">heinrich 1<br /><br /></i><img style="color: rgb(51, 255, 51);" alt="http://is.muni.cz/do/1499/el/estud/praf/ps08/d_recht/no_av/img/02/05big.jpg" src="http://is.muni.cz/do/1499/el/estud/praf/ps08/d_recht/no_av/img/02/05big.jpg" /><br /><span style="font-size: 85%; color: rgb(51, 255, 51);"><i>Fridrich Barbarosa</i></span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Hitler merampok tombak suci dari Hapsburg dan ia menyimpannya di dalam</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">gereja St Catarina, tetapi pada tgl 30. April 1945 jam 14.10 ujung tombak</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">suci tersebut diambil oleh Lt. Walter William Horn (Ser. No. 01326328) dari</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">tentara AS, dan aneh tapi nyata tepatnya 80 menit kemudian setelah tombak</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">suci itu diambil alih, pada hari yang sama di Berlin jam 15.30 Hitler bunuh</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">diri di tempat persembunyiannya. Apakah ini ada kaitannya dengan tombak suci</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">tersebut yang sudah tidak dimiliknya lagi?</span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">General George S. Patton dari AS gusar sekali ketika ia mengetahui, bahwa</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">General Eisenhower ingin mengembalikan tombak suci tersebut kepada</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">pemiliknya di Wiena. Oleh sebab itulah banyak orang menduga ia membuat</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">duplikat dari tombak suci tersebut, sedangkan originalnya disimpan oleh dia</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">pribadi. Hal inilah yang menyebabkan General Patton menjadi seorang jenderal</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">yang terhebat di dunia, sehingga di th 1970 perusahaan film Twentieth</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Century Fox's telah membuat film khusus mengenai dia yang telah menghasilkan</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">delapan hadiah Oscar.</span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Entah aslinya entah duplikatnya dari tombak suci itu sekarang berada di</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">museum di Austria</span><img style="color: rgb(51, 255, 51);" alt="http://www.slovenia.info/pictures%5CTB_attractions%5C1%5C2009%5CCerkev_sv._Katarine,_Kuretno_197526.jpg" src="http://www.slovenia.info/pictures%5CTB_attractions%5C1%5C2009%5CCerkev_sv._Katarine,_Kuretno_197526.jpg" /><br /><span style="font-size: 85%; color: rgb(51, 255, 51);"><i>gereja St Catarina</i></span><br /><br /><img style="width: 472px; height: 327px; color: rgb(51, 255, 51);" alt="http://farm1.static.flickr.com/23/30812013_cd492aca58.jpg" src="http://farm1.static.flickr.com/23/30812013_cd492aca58.jpg" /><br /><span style="font-size: 85%; color: rgb(51, 255, 51);"><i>spear of destiny</i></span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Tulang memuat kekuatan, sedangkan mematahkan atau meremukan tulang bagi</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">orang Yahudi berarti mengalahkan sama sekali. Tuhan Yesus telah wafat</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">sebelum tulang-Nya dipatahkan, maka dari itu untuk membuktikan bahwa Ia</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">telah benar-benar wafat, lambungNya ditusuk oleh tombak. Dari sinilah mulai</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">timbul kepercayaan bahwa orang yang memiliki tombak suci tidak akan bisa</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">terkalahkan, karena ujung tombak tersebut telah disucikan oleh darah-Nya</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Yesus.</span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Gaius Cassius Longinus adalah tentara Rumawi yang barusan saja mengawali</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">tugasnya sebagai bintara Rumawi, pada saat ia ditugaskan untuk menjaga Tuhan</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Yesus dibukit Golgatha, maka dari itu ia belum pernah menggunakan senjatanya</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">untuk perang maupun membunuh. Pertama kali ia menusuk manusia, ialah menusuk</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">lambungNya Tuhan Yesus dikayu salib.</span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Setelah Yusuf dari Arimathea membawa jenazahNya Tuhan Yesus untuk di</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">makamkan, Pilatus memerintahkan Longinus untuk menjaga kuburanNya juga.</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Tetapi pada hari ketiga setelah Tuhan Yesus bangkit, Longinus segera pergi</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">ke kota untuk menyebar luaskan berita, tentang kebangkitan dari Tuhan Yesus,</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">hal ini tentu saja ditentang oleh orang-orang Farisi yang tidak menginginkan</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">terbuktinya bahwa Tuhan Yesus itu benar-benar Mesias atau Putera Allah. Maka</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">dari itu Longinus segera ditangkap dan dibunuh dengan dipancung kepalanya</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">oleh rekan-rekannya sendiri atas perintah dari orang Farisi.</span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Longinus, walaupun ia telah menusuk lambungNya Tuhan Yesus dengan tombak,</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">tetapi akhirnya ia percaya bahwa Tuan Yesus telah benar-benar bangkit dari</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">kematian, maka dari itu ia adalah martier pertama dari para pengikut</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Kristus. Oleh sebab itulah Bernini telah membuat patung dari Longinus di St</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Peter - Vatikan</span><img style="cursor: -moz-zoom-in; color: rgb(51, 255, 51);" alt="http://www.breviary.net/images/longinus.jpg" src="http://www.breviary.net/images/longinus.jpg" width="437" height="631" /><br /><span style="font-size: 85%; color: rgb(51, 255, 51);"><i>longinus</i></span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Yusuf dari Arimathea berangkat ke England dengan membawa antara lain kain</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">kafan bekas membungkus jenazah dari Tuhan Yesus (kain kafan dari Turin),</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">cawan suci (The Holy Grail) dan tombak suci Longinus. Kain kafan maupun</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">tombak Longinus semuanya sudah diketemukan, yang masih belum diketemukan</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">kembali s/d saat ini hanya cawan suci (The Holy Grail). Mengingat kedua</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">benda lainnya diketemukannya juga di Perancis maka mereka yakin bahwa cawan</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">suci tersebut juga masih berada di Perancis.</span><img style="cursor: -moz-zoom-in; width: 472px; height: 354px; color: rgb(51, 255, 51);" alt="http://paranormalknowledge.com/articles/wp-content/uploads/2008/10/holylance.jpg" src="http://paranormalknowledge.com/articles/wp-content/uploads/2008/10/holylance.jpg" /><br /><img style="color: rgb(51, 255, 51);" alt="http://www.topnews.in/files/holygrail.jpg" src="http://www.topnews.in/files/holygrail.jpg" /><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Ujung tombak tersebut sebenarnya bukan untuk membunuh Yesus, sebab pada saat</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">ujung tombak ditusukan ke lambung-Nya Tuhan Yesus telah wafat, melainkan</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">hanya untuk membuktikan bahwa Tuhan itu telah benar-benar wafat. Yohanes</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">19:33-34 Ketika mereka sampai kepada Yesus, mereka melihat Ia sudah</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">meninggal. Jadi mereka tidak mematahkan kaki-Nya. Tetapi lambung Yesus</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">ditusuk dengan tombak oleh seorang dari prajurit-prajurit itu; dan segera</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">keluarlah darah dan air.</span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Hanya sayangnya sampai detik ini tidak bisa dipastikan apakah ujung tombak</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">yang berada di Wina itu adalah ujung tombak yang asli ataukah yang palsu,</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">sebab di Polandia juga ada ujung tombak yang dinyatakan sebagai tombak dari</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Longinus?</span><br /><br /><div style="text-align: right;"><span style="color: rgb(51, 255, 51);">by gan</span><br /></div>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-11153230333953698562010-01-04T23:16:00.000-08:002010-01-04T23:19:00.713-08:00MUJIZAT NATAL<img alt="http://i.dailymail.co.uk/i/pix/2009/12/30/article-1239334-07B94BBD000005DC-780_468x571.jpg" src="http://i.dailymail.co.uk/i/pix/2009/12/30/article-1239334-07B94BBD000005DC-780_468x571.jpg" /><br /><left><br /></left><left></left><br /><left></left><br /><left></left><div style="text-align: left; color: rgb(51, 255, 51);"><span style="font-size: 130%;">Inikah keajaiban? Seorang ibu sempat empat menit berhenti bernapas ketika akan melahirkan. Dokter, yang berupaya mengoperasi <em>caesar </em>untuk menyelamatkan sang bayi, mendapati kenyataan bahwa sang jabang bayi juga terkulai lemas, tak bernapas.</span><p style="text-align: left;"><span style="font-size: 130%;">Akan tetapi, beberapa saat kemudian ternyata sang bayi kembali bernapas. Tak lama kemudian, sang ibu entah bagaimana akhirnya kembali bernapas. Keduanya kembali hidup. "Keajaiban" itu terjadi persis di malam Natal, Kamis (24/12/2009) di RS Memorial di Colorado Springs, Colorado, AS.</span></p><p style="text-align: left;"><span style="font-size: 130%;">Orang yang paling berbahagia karena mendapati dua orang terkasihnya itu kembali hidup adalah Mike Hermanstorfer (37). Pada malam Natal lalu, Hermanstorfer sedang menunggui istrinya, Tracy (33), yang akan melahirkan di RS Colorado. Ia sedang sedang menggenggam tangan istrinya ketika istrinya berhenti bernapas.</span></p><p style="text-align: left;"><span style="font-size: 130%;">Kemudian tim medis mengoperasi <em>caesar </em>demi menyelamatkan sang bayi, tetapi sang bayi terkulai, seakan tak bernyawa di pelukan ayahnya. Namun, beberapa menit kemudian, Hermanstorfer melihat tanda-tanda kehidupan pada putranya yang sedang ia gendong itu, sementara dokter juga sibuk memerhatikannya, dan tak lama sesudah itu ia diberitahu bahwa Tracy, entah bagaimana, juga sudah bernapas lagi.<br /></span></p><p style="text-align: left;"><br /></p><p style="text-align: center;"><img alt="http://i.dailymail.co.uk/i/pix/2009/12/30/article-1239334-07BA1A26000005DC-838_468x286.jpg" src="http://i.dailymail.co.uk/i/pix/2009/12/30/article-1239334-07BA1A26000005DC-838_468x286.jpg" /></p><p style="text-align: left;"><span style="font-size: 130%;"><br /></span></p><p style="text-align: left;"><span style="font-size: 130%;">"Kakiku lemas," kata Hermanstorfer, Selasa (29/12/2009). "Segala milikku di dunia direnggut, dan dalam setengah jam semuanya dikembalikan lagi padaku tentang kematian kedua orang yang dicintai itu."<br /><br />"Ia (Tracy) mengalami gagal jantung," kata Dr Stephanie Martin, dokter spesialis medis ibu dan fetus dari rumah sakit tersebut. "Ia tak menunjukkan tanda kehidupan. Tak ada detak jantung, tak ada tekanan darah, dia tak bernapas," katanya. "Dan bayi itu terkulai begitu saja, dan detak jantungnya sangat lemah."</span></p><p style="text-align: left;"><span style="font-size: 130%;"><strong>Kuasa tangan Tuhan</strong></span></p><p style="text-align: left;"><span style="font-size: 130%;">Setelah menjalani perawatan dan pemulihan, saat ini baik Tracy maupun sang jabang bayi yang diberi nama Coltyn itu tampaknya sehat dan tak mengalami masalah apa pun.</span></p><p style="text-align: left;"><span style="font-size: 130%;">Mengenai bagaimana dan kenapa Tracy sampai mengalami serangan jantung dan kemudian bisa pulih, Martin tak dapat menjelaskan. "Kami telah melakukan evaluasi menyeluruh dan tak menemukan penjelasan mengapa ini terjadi," katanya.<br /></span></p><p style="text-align: left;"><br /></p><p style="text-align: center;"><img alt="http://i.dailymail.co.uk/i/pix/2009/12/30/article-1239334-07B9F581000005DC-153_468x375.jpg" src="http://i.dailymail.co.uk/i/pix/2009/12/30/article-1239334-07B9F581000005DC-153_468x375.jpg" /></p><p style="text-align: left;"><span style="font-size: 130%;"><br /></span></p><p style="text-align: left;"><span style="font-size: 130%;">Hermanstorfer sendiri menyebut ini adalah kuasa tangan Tuhan. "Kami berdua percaya Tuhan, tapi kejadian ini, cobalah kau menjelaskannya, kalaupun kau bukan orang percaya. Tak ada penjelasan lainnya," tuturnya.</span></p><p style="text-align: left;"><span style="font-size: 130%;">Sedangkan Dr Martin memilih berkomentar netral ketika ditanya soal kuasa tangan Tuhan itu. "Bantuan apa pun aku terima." Ia menambahkan bahwa Tracy sempat empat menit kehilangan detak nadi.</span></p><p style="text-align: left;"><span style="font-size: 130%;"><strong>Seperti tidur</strong></span></p><p style="text-align: left;"><span style="font-size: 130%;">Tracy sendiri mengaku, ketika dipersiapkan untuk melahirkan di Kamis pagi, ia ingat ada suaminya, lalu ia mengantuk dan tertidur. RS sempat sibuk ketika ia berhenti bernapas. Para dokter dan perawat mencoba membangunkannya dengan kompresi dada dan tube pernapasan, tetapi tak ada yang berhasil.<br /><br />Lalu dokter memberitahu Hermanstorfer bahwa mereka akan mengeluarkan sang bayi karena gagal memulihkan istrinya. Setelah operasi <em>caesar</em>, tim medis terbagi dua, antara yang mengurus sang ibu dan putranya.<br /><br />Hermanstorfer mengatakan bahwa ketika putranya diberikan untuk ia peluk, "Ia sama sekali tak bernyawa." Tapi kemudian bayi itu mulai bernapas. "Hidupnya dimulai di tanganku. Perasaan itu tak tertandingi. Kehidupan terjadi di telapak tanganku."<br /></span></p><p style="text-align: left;"><br /></p><p style="text-align: center;"><img alt="http://i.dailymail.co.uk/i/pix/2009/12/30/article-1239334-07B9F61C000005DC-242_468x305.jpg" src="http://i.dailymail.co.uk/i/pix/2009/12/30/article-1239334-07B9F61C000005DC-242_468x305.jpg" /></p><p style="text-align: left;"><span style="font-size: 130%;"><br /></span></p><p style="text-align: left;"><span style="font-size: 130%;"><br /></span></p><p style="text-align: left;"><span style="font-size: 130%;">Teman-teman Tracy menanyakannya apakah ia melihat cahaya atau mengalami keanehan lain selama tak sadarkan diri dan hampir mati, tetapi ia mengaku tak mengalami apa-apa. "Rasanya seperti tidur saja," kata Tracy. "Bahkan ketika diberitahu dokter saya berpikir 'Astaga! Separah itu! 'Wow'."<br /><br />Keluarga Hermanstorfer, Senin (28/12/2009), telah pulang ke rumah mereka di luar Colorado Springs, selatan Denver. Keduanya mengaku khawatir penyakit itu bisa kambuh, tetapi Dr Martin juga tak bisa memberi banyak nasihat karena akar masalahnya pun belum jelas.<br /><br />Pasangan itu terpaksa merayakan Natal agak terlambat karena kejadian ini. Namun, Tracy berniat untuk menceritakan kisah ini pada putranya bila sudah cukup besar untuk mengerti bahwa ia "bayi mujizat". Selain Coltein, keluarga ini sebelumnya sudah punya dua anak, yaitu Austin (11) dan Kanyen (3), yang merupakan buah pernikahan Tracy sebelumnya.</span></p></div><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Read more: </span><a style="color: rgb(51, 255, 51);" href="http://unic77.blogspot.com/2010/01/mujizat-natal-ibu-dan-bayinya-hidup.html#ixzz0bihcHon9">http://unic77.blogspot.com/2010/01/mujizat-natal-ibu-dan-bayinya-hidup.html#ixzz0bihcHon9</a><br /><br /><div style="text-align: right;"><span style="color: rgb(51, 255, 51);">BY GAN</span><br /></div>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-89908843621791914802009-12-28T04:53:00.000-08:002009-12-28T04:55:25.326-08:00ACEH DAN GEREJA bag.5<p style="color: rgb(51, 255, 51);"> <span style="font-size:6;"><b>Gereja Dibakar, Umat di Aceh Tetap Teguh</b></span></p> <p class="MsoNormal" style="color: rgb(51, 255, 51);"><b> <span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; letter-spacing: 0pt;"> <br /> </span></b><span style="font-family:verdana;font-size:85%;">Oleh : Deco</span></p> <span style="color: rgb(51, 255, 51);font-family:verdana;font-size:85%;" ><br /> Glorianet - Tahun lalu, sekelompok orang menyerang sebuah gereja di Aceh. Kelompok itu membakar habis gereja yang sudah berdiri selama 28 tahun itu dan mencoba membunuh pendeta dan istrinya, namun mereka berhasil menyelamatkan diri dan menceritakan kisahnya.<br /> <br /> "Orang-orang memegang pisau siap untuk membunuh kami," kata Pendeta L. Saragih, kepada CBN. Saragih adalah pendeta Gereja Misi Injili Indonesia (GMII) sejak 2003.<br /> <br /> Ia mengisahkan, sekitar tengah malam dua truk dan 50 motor yang membawa sekitar 100 orang datang mengelilingi gereja. Ia dan istrinya tinggal dekat gereja, namun berhasil menyelamatkan diri ke hutan terdekat.<br /> <br /> "Saat saya mendengar orang Muslim berkata 'Bunuh mereka, bunuh mereka,' saya pikir itu cuma mimpi," kata N, istri Saragih. "Saya lari ke belakang rumah dan jatuh ke tanah. Saya menangis dan berdoa, "Dimana engkau Tuhan, dimana engkau Tuhan?"<br /> <br /> Tapi, lanjut N, "Kami hanya bisa tercengang saat kami lewat di depan mereka, mereka hanya melihat saja. Saya percaya malaikat Tuhan datang untuk melindungi kami."<br /> <br /> Saragih mengatakan kelompok Muslim menjadi marah saat mereka menerima undangan untuk menghadiri acara KKR di gereja. Meskipun mengaku tidak mengirimkan undangan, polisi meminta ia membatalkan acara itu.<br /> <br /> Namun, meski dilarang polisi, 60 orang Kristen tetap bertemu untuk berdoa.<br /> <br /> "Polisi berkata orang-orang akan marah kalau kami melanjutkan persekutuan, tapi saya tidak melihat sesuatu yang salah kalau kami memuji Tuhan," katanya. "Kami berdoa dan membaca Mazmur 23."<br /> <br /> Ia dan istrinya lari ke hutan ketika gereja dibakar sampai rata ke tanah. N, yang sedang hamil tiga bulan, jatuh beberapa kali saat melarikan diri. Dia kemudian dirawat untuk menghindari keguguran.<br /> <br /> Karena banyaknya ancaman mati, Saragih dan istrinya akhirnya pindah ke kota yang lebih besar. Bayi perempuan mereka lahir dengan selamat.<br /> <br /> "Saya mengatakan pada diri saya, saya akan berhenti menyatakan injil," kata Saragih. "Saya harus mengakui kalau saya bertanya kepada Tuhan mengapa ini semua terjadi. Tapi Dia membolehkan saya pengalaman yang menakjubkan ini bersama Dia. Kami berpikir tidak akan selamat, tapi dengan mujizat Tuhan menyelamatkan kami dan bayi kami."<br /> <br /> Karena imannya semakin diperkuat, ia berencana untuk masuk sekolah Alkitab. Saat ini Saragih sedang mempertajam kemampuan penginjilannya. <br /> <br /> Gereja di Aceh itu rusak, namun jemaatnya tetap mengadakan pertemuan doa di rumah-rumah mereka samentara menunggu pembangunan gereja yang baru. <br /> <br /> "Saat gereja kami dibakar, awalnya kami takut. Tapi kami sadar kami tidak boleh takut karena kami adalah pengikut Yesus Kristus," kata A, seorang penatua gereja.<br /> <br /> "Kami percaya jika kami mati, karena Yesus, kami akan hidup lagi," lanjut A. "Mereka (kelompok Muslim) tidak tahu apa yang mereka lakukan. <br /> <br /> "Kami percaya Allah mempunyai rencana yang baik bagi kami disini, di Aceh." (GCM/Kristianipos-CBN)<br /><br /></span><div style="text-align: right;"><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-family:verdana;font-size:85%;" >BY GAN</span><br /></div>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-83825299264258270122009-12-28T04:49:00.000-08:002009-12-28T04:56:22.221-08:00ACEH DAN GEREJA bag.4<div style="text-align: center; color: rgb(51, 255, 51);">Wakil Menteri Belanda Berdoa di Gereja Banda Aceh<br /><br /><div style="text-align: left;"><strong>BANDA ACEH, MINGGU —</strong> Wakil Menteri Transportasi dan Pengelolaan Air Belanda, Tineke Huizinga, melakukan kebaktian di Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB) di Banda Aceh, Minggu (18/1). Dari Banda Aceh dilaporkan, Wakil Menteri Huizinga beserta rombongan tiba di gereja di kawasan Peunayong itu dan langsung melakukan kebaktian Minggu.<br /><br />Kedatangan Huizinga yang tidak direncanakan tersebut untuk beribadah, dan mendapat sambutan hangat dari jemaat gereja setempat. Seusai melakukan kebaktian, wakil menteri yang mengenakan kemeja biru muda dan celana putih tersebut, sempat berfoto bersama rombongannya di depan gereja.<br /><br />Menurut juru bicara Kedutaan Besar Belanda Gonneke de Ridder, yang dihubungi dari Banda Aceh, tidak ada program resmi Wakil Menteri Belanda ini pada hari pertama kunjungannya. "Besok (Senin, 19/1) dia akan mengadakan pertemuan dengan Gubernur Aceh dan dengan kalangan pers serta melakukan kunjungan ke proyek rekonstruksi pascatsunami," katanya.<br /><br />Wakil Menteri Huizinga dijadwalkan akan meninjau kemajuan proyek rekonstruksi pascatsunami di Banda Aceh dalam rangkaian program kunjungan ke Indonesia yang dijadwalkan berlangsung 18-23 Januari 2009. Dalam kunjungannya di Banda Aceh dan Jakarta, ia akan meninjau berbagai proyek di antaranya pertahanan pesisir (<em>coastal defence</em>), penanganan masalah banjir di daerah perkotaan, air minum, sanitasi, dan perubahan cuaca.<br /><br />Di Banda Aceh, wakil menteri ini akan mendapat penjelasan mengenai proyek-proyek rekonstruksi, seperti proyek pertahanan pesisir, saluran pembuangan air kota, sistem peringatan dini, penyediaan air minum, dan sanitasi.<br /><br />Pada kesempatan itu, ia juga akan menghadiri acara penandatanganan perjanjian kerja sama jangka panjang antara perusahaan air minum Belanda dan Aceh. Belanda merupakan salah satu negara yang ikut membantu Aceh pascatsunami.<br /><br />Kementerian Lalu Lintas dan Perairan Belanda turut terlibat dalam renovasi pelabuhan Banda Aceh. Pascatsunami kerja sama antara Indonesia dan Belanda semakin erat, dalam kunjungan itu Wakil Menteri Huizinga ingin memperkuat kerja sama tersebut.<br /><br /><div style="text-align: right;">BY GAN<br /></div></div></div>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-61094676503203381132009-12-28T04:47:00.000-08:002009-12-28T04:48:52.389-08:00ACEH DAN GEREJA bag.3<h3 style="color: rgb(51, 255, 51);">Gereja Katolik Hati Kudus Banda Aceh Berawal dari Gereja Tentara Kolonioal </h3> <div class="colortbl2" style="padding: 2px; float: left; margin-right: 5px; margin-bottom: 5px; color: rgb(51, 255, 51);"><img src="http://www.reformata.com/includes/image.php?m=news&id=120&w=298" alt="87 KHAS.jpg" title="Gereja Katolik Hati Kudus Banda Aceh Berawal dari Gereja Tentara Kolonioal " border="0" /></div> <div style="list-style-type: disc; list-style-image: none; list-style-position: inside; color: rgb(51, 255, 51);"> <div align="justify"> </div><p align="justify">KITA tentu belum melupakan kejadian menyedihkan empat tahun lalu (2004). Satu hari setelah Natal, di ujung barat Indonesia terjadi bencana tsunami yang tidak hanya meluluhlantakkan kawasan yang sangat luas, namun juga menewaskan ratusan ribu orang. </p> </div> <div style="color: rgb(51, 255, 51);" align="justify"> </div><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="justify">Gelombang tsunami menerjang daratan hingga meluluhlantakkan hampir semua bangunan di radius 2 kilo meter dekat pantai. Ya, itulah “Minggu hitam”, tepatnya 26 Desember 2004 silam bencana tsunami melanda Aceh dan sekitarnya. Gelombang akibat muntahan retakan perut bumi itu telah menenggelamkan ratusan ribu orang. Anak kecil, orang tua, kaya dan miskin, perempuan atau laki-laki – tak pandang bulu, semua disapu oleh gelombang ganas tsunami. </p><div style="color: rgb(51, 255, 51);" align="justify"> </div><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="justify">Namun di balik itu ada satu hal yang menarik dari sekian banyak cerita “ajaib”, yakni ada satu bangunan tua tempat umat Katolik beribadah yang selamat dari terjangan derasnya gelombang tsunami itu. Padahal rumah ibadah itu letaknya hanya sekitar 10 meter dari Sungai Krueng Aceh , sungai yang membelah Kota Banda Aceh dan membawa air ke darat pada saat gelombang tsunami menerjang Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Bangunan itu adalah, Gereja Katolik Hati Kudus di Banda Aceh. </p><div style="color: rgb(51, 255, 51);" align="justify"> </div><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="justify"> Gereja yang dibangun sekitar tahun 1926 ini mungkin boleh dibilang bangunan tua, tapi daya tahannya lebih mantap dari bangunan yang didirikan setelahnya. Sedikit mengingat kejadian 4 tahun yang lalu itu – padahal berita di berbagai media menyatakan, beberapa waktu sebelumnya gempa sudah lebih dulu menghancurkan banyak rumah dan bangunan perkantoran, namun Gereja Katolik Hati Kudus tetap teguh berdiri, bahkan sampai saat ini. </p><div style="color: rgb(51, 255, 51);" align="justify"> </div><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="justify">Keberadaan gereja dan umat Katolik di Serambi Mekkah ini memang tidak bisa terlepas dari sejarah kelam pendudukan Belanda. Gereja yang dirintis sejak tahun 1885 dan diresmikan pemakaiannya sejak 26 September 1926 ini sebelumnya adalah kapel kecil “Hati Kudus” yang diperuntukkan bagi kebutuhan kerohanian tentara kolonial Belanda. Namun seiring berjalannya waktu, gereja yang dipimpin pastor pertamanya – Pastor Henricus Verbraak, SJ, yang juga seorang tentara Belanda – ini semakin bertambah, bahkan semakin terbuka dengan dibolehkannya masyarakat sipil yang nota bene adalah warga pribumi, pegawai pemerintah serta pedagang warga Tionghoa beribadah di sana. Pada tahun 1970-an, jumlah jemaat gereja ini mencapai 800 orang, melampaui kapasitas gereja yang hanya mampu menampung 400 orang.</p><div style="color: rgb(51, 255, 51);" align="justify"> </div><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="justify">Gereja Katolik Hati Kudus Banda Aceh dan bencana tsunami ini memang tak bisa dilepaskan dari keberadaan Pastor Ferdinando Severi, Pastor yang kala itu memimpin jemaat Gereja Hati Kudus Banda Aceh. Di gereja kecil dengan dinding berwarna krem dengan ornamen kaca warna-warni dan keramik empat warna inilah Pastor Ferdinando tinggal. Sudah lebih dari 13 tahun pria bertubuh besar kelahiran Italia 19 Desember 1934 tinggal dan melayani di sana. </p><div style="color: rgb(51, 255, 51);" align="justify"> </div><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Bencana tsunami pada 26 Desember 2004 yang silam memang tak merenggut jiwanya. Namun rasa sedih yang ditandai dengan mata berkaca-kaca tak bisa ditutupinya tatkala teringat peristiwa itu. Mengingat bencana yang telah menewaskan 37 umat Gereja Hati Kudus Banda Aceh dan 15 umat Katolik di Meulaboh. Secara teologis umat Katolik di Banda Aceh adalah kepunyaan Allah. Dan adalah hak Allah untuk memanggil mereka kembali ke dekapan-Nya, namun tak bisa dimungkiri, secara manusia umat Katolik di sana tetap saja adalah anak rohani Pastor Ferdinando yang telah dibimbing, digembalakan, dan dipimpin olehnya sekian tahun lamanya. ?<br /><br /></span><div style="text-align: right;"><span style="color: rgb(51, 255, 51);">BY GAN</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"></span></div>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-57537123323684581712009-12-28T04:43:00.000-08:002009-12-28T04:45:46.421-08:00ACEH DAN GEREJA bag.2<h1 style="color: rgb(51, 255, 51);">[Nasional] FW: 17 Gereja ditutup Pemda Aceh </h1><b style="color: rgb(51, 255, 51);">Ikranagara </b><a style="color: rgb(51, 255, 51);" title="[Nasional] FW: 17 Gereja ditutup Pemda Aceh" href="http://groups.yahoo.com/group/gbkp/post?postID=RJKUdz66IP8e2OjdVWYxcxsL3ekv9R2ZWvIDuWxIicZoTIt05XBNjlIgukR4hYBjixhI8Sl8xyLSaBTw5oipvKo">mailto:national@...</a><br /><i style="color: rgb(51, 255, 51);">Wed Nov 13 15:03:01 2002<span style="text-decoration: underline;"><br /><br /></span></i><pre><span style="color: rgb(51, 255, 51);">This is a multi-part message in MIME format.</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">------=_NextPart_000_00C8_01C28AE5.E75D7200</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Content-Type: text/plain;</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">charset="iso-8859-1"</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Content-Transfer-Encoding: quoted-printable</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">----- Original Message -----=20</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">From: Wita Hartanto <</span><a style="color: rgb(51, 255, 51);" href="http://groups.yahoo.com/group/gbkp/post?postID=_Hy9KRbSg8l5FbQlp96E8cfmmgKndSII-QOM1Bkj1bzCLZoJ9RaMuDnFJRk9rWrc95eK9JGR">wita@...</a><span style="color: rgb(51, 255, 51);">></span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">To: <undisclosed-recipients:;></span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Sent: Friday, October 18, 2002 8:50 AM</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Subject: Penutupan gereja di Aceh</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">note : mari kita doakan.</span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">17 Gereja Ditutup di ACEH Karena Syariat Islam</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">27/09/2002 Terangdunia.com Pada tanggal 19 Nov 2001 lalu telah terjadi</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">penutupan 17 (tujuh belas) gedung gereja di wilayah Kabupaten Aceh</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Singkil. Penutupan dilakukan oleh Pemda setempat atas desakan dari para</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">ulama. Penutupan dilakukan secara paksa karena kalau tidak umat Kristen</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">akan menanggung resiko.</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Adapun ke-17 gereja yang ditutup, yang sebenarnya sudah berdiri sejak</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">jaman penjajahan Belanda tersebut adalah sebagai berikut :</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">1. Gereja Kristen Pak Pak Daeri (GKPPD) Kab. Aceh Singkil, 12 buah</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">gedung gereja.</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">2. Huria Kristen Indonesia (HKI) Kab Aceh Singkil, 1 buah gedung gereja.</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">3. Gereja Misi Injili Indonesia (GMII) Kab Aceh Singkil, 1 buah gedung</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">gereja.</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">4. Gereja Katolik, Kab. Aceh Singkil, 3 buah gedung gereja.</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Hingga saat ini sekitar 10 ribu Jemaat dari gereja-gereja tersebut saat</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">ini hidup dalam kegelisahan dan takut. Sebagian besar tidak berani</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">beribadah, sementara yang lain terpaksa melakukan ibadah diperkebunan</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">kelapa sawit.</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Sementara itu sejak diberlakukannya Syariat Islam di Nangroe Aceh</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Darussalam ternyata berdampak pada kebebasan beragama. Sosialisasi Pemda</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">setempat bahwa penerapan Syariat Islam tidak diberlakukan pada non</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Islam, kenyataan dilapangan umat Kristen yang tidak mengenakan jilbab</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">dilempari.</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Informasi lain, bahwa sekitar tahun 1988 di Aceh Tengah tela h terjadi</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">pembakaran terhadap gedung Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Hingga</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">saat ini jemaat yang ingin membangun kembali gedung gerejanya tidak</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">diijinkan. Demikian informasi dari Aceh.</span><br /><br /></pre><div style="text-align: right;"><span style="color: rgb(51, 255, 51);">BY GAN</span><br /></div><pre></pre><br /><p> </p>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-21642149196077454902009-12-28T04:39:00.000-08:002009-12-28T04:41:53.704-08:00ACEH DAN GEREJA<span style="color: rgb(51, 255, 51);">ni kutipan dri ACEH COMMUNITY(/www.acehforum.or.id/meunasah-dan-gereja-t5149.html).</span><br /><center style="color: rgb(51, 255, 51);"><b><span style="font-size:180%;"> Meunasah dan Gereja</span></b></center><br /> <div style="color: rgb(51, 255, 51);" id="post_message_38622"> <div style="">Saya sering jalan-jalan ke kampung seberang dimana saya hampir tidak bisa menenukan Meunasah, dimana mana ada Gereja. Begitu sebaliknya di kampung saya.. diamana ada Meunasah.<br /><br />Pada suatu hari saya harus ke Toilet (mereka menyebutnya toilet tempat buang air) Gereja untuk buang air karena sudah sangat mendesak. saya lihat ada seoarang cleaning service dengan pakaian yg bersih dan rapi berdiri di dekat sana dan saya menyapa, boleh pak? saya bertanya dengan sopan, oh silahkan.. jawabnya sambil tersenyum, lalu saya membuka pintu dan melihat begitu harum dan bersihnya toilet itu, saya menoleh ke belakang dan bertanya kembali ke cleaning service itu, wah pak bersih sekali toiletnya..., lalu bapak tadi terseyum sambil berkata, pak coba lihat ke lubang kakus (tempat buang air besar) lihat ke arah air itu, jika bapak bawa air itu ke lab dan diperiksa, mereka akan berkata air itu steril dan layak untuk diminum... sambungnya dahsyat!<br /><br />Sejak itu saya terus teringat akan Meunasah di kampung saya, dimana WC (kita menyebutnya WC) meunasah di kampung saya sangat berbau pesing, bahkan 150 meter dan WC saya dapat menyium bau pesing dan bau kotoran yang sangat menyegat (putoh bulee idong). belum lagi didalam WC, mulai di depan pintu, joroknya bukan kepalang, kotoran manusia mulai yg kering sampai yg masih basah berserak-serak mulai dari depan pintu sampai ke lobang WC... kalau baunya sudah hal yg biasa kali, yg lebih parah lagi, puntung rokok betaburan di lantai, ternyata mereka merokok sambil buang air tuk mengilangkan bau kali ya?<br /><br />Ada apa dengan Meunasah kita? ada apa dengan orang-orang muslim?<br /><div style="text-align: right;"> by gan<br /></div></div></div>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-80568867295551930322009-12-07T01:28:00.000-08:002009-12-07T01:53:25.168-08:00CERITA TRAGEDY SAMPIT<span style="color: rgb(255, 0, 0);">ni artikel dari:</span><span style="color: rgb(255, 0, 0);" class="sender"><br />Ryo Saeba</span><span style="color: rgb(255, 0, 0);" class="date">,<br />Thu, 01 Mar 2001 18:54:01 -0800</span><br /><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">ni artikel penting bget ntuk dbaca buat pengetahuan,bukan untuk menghakimi ato memihak tpe sekedar introspeksi diri kita sebagai manusia yg jauh dri sempurna,dan peringatan untuk pemerintah yg kurang tegas dlam hukum dan pemerintahannya.....dsni tidak da yg nmaya jagoan ato menagya sendiri,</span> <span style="color: rgb(255, 0, 0);">INDONESIA adalah negara PANCASILA dan DEMOCRATIS yg punya berbagai agama, bukan negara AGAMAIS</span><span style="color: rgb(51, 255, 51);">........so ni artikel q kutip dri seseorang, nikmati atu......?</span><br /><br /><div style="text-align: right;"><span style="color: rgb(51, 255, 51);">BY GAN<br /><br /></span><div style="text-align: left;"><pre style="color: rgb(51, 255, 51);">Peristiwa Sampit dari kacamata "urang Bajar" <-- subject<br />Sampit yang baru-baru ini jadi berita hangat di negeri ini menjadi sebuah<br />kota yang digambarkan begitu menakutkan karena pertikaian etnis (saya<br />katakan di sini "pertikaian etnis" murni...tidak ada faktor SARA lainnya).<br />Masyarakat Dayak adalah masyarakat tradisional yang memegang teguh harkat<br />dan harga diri. Sejak "peradaban" masuk ke dalam kehidupan mereka, budaya<br />"kekerasan" yang dahulu secara turun-temurun mulai ditinggalkan.<br />Gambaran kasar tentang orang dayak secara umum, dilihat dari pengalaman saya<br />dan cerita dari beberapa orang yang sempat saya ajak bicara adalah; Orang<br />Dayak adalah masyarakat tradisional dan mempunyai sifat pemalu terhadap<br />pendatang. Tidak jarang saya jumpai masyarakat Dayak yang lari bersembunyi<br />dan hanya berani mengintip dari balik papan dinding rumahnya bila melihat<br />orang asing datang mendekat.<br />Namun, masyarakat Dayak mempunyai sistem kekerabatan dan persatuan yang kuat<br />antar masyarakat Dayak di seluruh pulau Kalimantan (termasuk Dayak di<br />wilayah Malaysia).<br />Saya punya pengalaman pribadi saat mencoba membuat karya foto tentang mereka<br />(Dayak)...ternyata sulit sekali melakukan pendekatan kepada mereka agar<br />bersedia di foto. Kebetulan saya ingin sekali membuat foto "portraiture"<br />sosok orang Dayak. Hehehehe...udah abis sebungkus rokok kretek yang terpaksa<br />saya beli (kan rokok gue bukan kretek) buat melakukan aksi<br />perdekatan...eehh...hasilnya nggak sesuai dengan keinginan....hehehehehe.<br /><br />Kenapa orang Dayak jadi beringas terhadap etnis Madura..?????<br />Terus terang, sebagai keturunan suku terdekat dari suku Dayak (Banjar), saya<br />sendiri kaget melihat keberingasan mereka....ternyata ada benarnya juga<br />cerita "Dayak makan orang" yang dulu sekali pernah saya dengar...hehehehe.<br />Banyak sebab yang membuat mereka seakan melupakan asazi manusia, baik sebab<br />langsung maupun tidak langsung.<br />Masyarakat Dayak di Sampit seperti selalu "terdesak" dan selalu mengalah dan<br />memang mereka lebih suka memilih mengalah.<br />Dari kasus pelarangan menambang intan di atas "tanah adat" mereka sendiri<br />karena dituduh tidak memiliki izin penambangan, sampai kampung mereka harus<br />berkali-kali berpindah karena harus mengalah dari para penebang kayu yang<br />terus mendesak mereka makin ke dalam hutan. Sayangnya, kondisi ini<br />diperburuk lagi oleh ketidakadilan hukum yang seakan tidak mampu menjerat<br />pelanggar hukum yang menempatkan masyarakat Dayak menjadi korban kasus<br />tersebut. Tidak sedikit kasus pembunuhan orang dayak (sebagian besar<br />disebabkan oleh aksi premanisme Dayak-Madura) yang merugikan masyarakat<br />Dayak karena tersangka (kebetulan orang Madura) tidak bisa ditangkap oleh<br />aparat yang "katanya" penegak hukum.<br /><br />Dalam keseharian Masyarakat Dayak, kehidupan mereka ternyata jauh dari<br />anggapan kita yang mengira bahwa mereka itu beringas. Mereka ternyata sangat<br />pemalu, menerima para pendatang, dan tetap menjaga keutuhan masyarakatnya<br />baik religi dan ritual mereka. Mereka tidak pernah mengganggu para penebang<br />kayu yang mendesak mereka untuk terus mengalah. Mereka tidak pernah<br />menentang anggota masyarakatnya yang ingin masuk agama yang dibawa oleh<br />orang-orang pendatang. Mereka dengan ringan-tangan membantu masyarakat<br />sekitarnya. Mereka tidak pernah membawa mandau, sumpit, ataupun panah ke<br />dalam kota Sampit untuk "petantang-petenteng".<br /><br />Etnis madura yang juga punya latar belakang budaya "kekerasan" ternyata<br />menurut masyarakat Dayak dianggap tidak mampu untuk beradaptasi (mengingat<br />mereka sebagai "pendatang"). Sering terjadi kasus pelanggaran "tanah<br />larangan" orang Dayak oleh penebang kayu yang kebetulan didominasi oleh<br />orang Madura. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu "perang antar etnis<br />Dayak-Madura".<br /><br />Entah bagaimana cara mereka (Dayak) membedakan suku Madura dengan suku-suku<br />lainnya, yang jelas suku-suku lainnya luput dari "serangan beringas" orang<br />Dayak.<br />Banyak yang mengaitkan peristiwa-peristiwa aneh selama "perang" tersebut<br />dengan kepercayaan animisme Dayak (Kaharingan). Banyak kolega-kolega saya<br />yang baru pulang dari Sampit menceritakan keberingasan orang Dayak dan<br />peristiwa-peristiwa aneh selama "perang" tersebut, sampai pada mitos<br />masyarakat Dayak tentang "Panglima Burung" yang mampu memenggal kepala orang<br />tanpa menyentuh sedikit-pun. Yang perlu diketahui adalah; saat ini di Sampit<br />bukan saja masyarakat dayak Sampit yang berada di sana, tetapi juga ada 5<br />suku besar Dayak lainnya dari beberapa propinsi di pulau Kalimantan (saya<br />nggak tau apakah Dayak di wilayah Malaysia juga ada....kalau ada jadi total<br />6 suku besar). Bayangkan, masyarakat Dayak yang sebelumnya bukan masyarakat<br />mayoritas di sana, saat terjadi "perang" jumlah mereka berlipat ganda.<br />Dari riwayat budaya Dayak, kalau 6 suku tersebut sudah berkumpul, berarti<br />PERANG BESAR...!!<br /><br />Pengungsian besar-besaran masyarakat suku lain (selain Dayak dan Madura)<br />hanya dikarenakan rasa ngeri melihat "perang" dan lumpuhnya perekonomian<br />Sampit. Alhamdulillah, beberapa rekan saya di sana (kebetulan bukan suku<br />Madura) masih aman-aman saja. Suku Dayak tidak merusak Gereja, Mesjid, atau<br />rumah peribadatan lainnya. Bahkan ada cerita yang mengabarkan bahwa mereka<br />(Dayak) tidak menyerang orang (madura) yang sempat bersembunyi di dalam<br />Masjid atau Gereja.<br /><br />Kenapa Madura..???<br />Dari hasil pengamatan saya, dan dari cerita rekan-rekan saya, masyarakat<br />suku Madura banyak "petantang-petenteng" di sana, bahkan bukan cuma di<br />Sampit...di Banjarmasin-pun mereka terkenal dengan sifat mereka itu.<br />Penilaian ini bersifat menyamaratakan anggapan "kekerasan" suku Madura<br />lhoo...memang tidak semuanya begitu. Dari cara mereka melakukan usaha dalam<br />bidang perekonomian saja, mereka terkadang dianggap terlalu "kasar" oleh<br />sebagian besar masyarakat Dayak, bahkan masyarakat Banjar sekalipun. Banyak<br />cara-cara pemaksaan untuk mendapatkan hasil usaha kepada konsumen mereka.<br />banyak pula tipu-daya yang mereka lakukan. Sekali lagi, tidak semua suku<br />Madura bersifat seperti ini.<br />Jadi, berita atau anggapan tentang kecemburuan sosial-ekonomi yang menjadi<br />penyebab pecahnya "perang" tersebut dari hasil pengamatan dan penilaian saya<br />adalah TIDAK BENAR.<br />Salah satu contoh yang pernah saya alami sendiri :<br />Saat turun dari Bis di Sampit (sekitar tahun 1993), tas saya yang cuma satu<br />dipaksa untuk diangkatkan oleh seorang pemuda dengan logat Madura-nya yang<br />kental. Dengan dalih "bisa saya bawa sendiri" saya coba menolak dengan halus<br />tawaran jasa porter tersebut. tapi dengan wajah tak bersahabat dan dengan<br />sedikit membentak, pemuda itu menarik tas yang saya genggam sambil berkata<br />dengan nada kasar "ini sudah peraturannya..! harus dibawakan". Nah lhoo...!!<br />peraturan dari mana..?? dari hongkong..??? hehehehe. Yahh... daripada cari<br />penyakit di kampung orang, saya terpaksa cari jalan damai saja lahh. Dan<br />sialnya, dia minta uang jasa sebesar Rp 10.000,-...!! EDANN..!! di air-port<br />aja gue cuma ngasih goceng..!! hahahahaha.<br /><br />Masyarakat Dayak tidak pernah peduli dengan nilai nominal. Mereka bisa saja<br />dengan suka rela ber"barter" dengan para pendatang tanpa proses<br />perpindah-tangannan uang. Mereka lebih memilih barter dengan kopi, gula,<br />garam, atau bahkan sebungkus rokok.<br />Penjarahan yang terjadi di Sampit lebih banyak dilakukan oleh suku-suku<br />pendatang lain yang tidak menjadi sasaran amuk suku Dayak<br /><br />Sekali lagi.....tulisan ini cuma bertujuan untuk menjelaskan keadaan Sampit<br />saat ini khususnya budaya orang Dayak, dan tidak ada maksud apapun. Sekedar<br />informasi, waktu perjalanan darat dari Banjarmasin-Sampit kira-kira 24<br />jam...non-stop. Alhamdulillah di Banjarmasin masih "aman-terkendali"<br />(hehehe....pake bahasa laporan pandangan mata kaya' di Radio....hehehe).<br />Sebenernya pengen sih cerita keanehan-keanehan yang terjadi di sana...tapi<br />saya nggak liat sendiri sih...jadi belum yakin banget kebenarannya. Yang<br />pasti, legenda "Panglima Burung" sedang trend di Banjarmasin...hehehehehe.<br /><br /><br />TAMBAHAN :<br />Sejak kecil, saya pernah mendengar istilah masyarakat Dayak yaitu;<br />"Mayau",atau "Bamayau" (ber-mayau/melakukan Mayau). Mayau digambarkan<br />sebagai "perang" yang seakan mewajibkan memotong salah satu anggota tubuh<br />musuh,<br />terutama KEPALA..!! ck..ck..ck.<br />Sampai sebelum pecahnya "perang" antar etnis Dayak-Madura, saya tidak pernah<br />mendengar, apalagi melihat Mayau tersebut, sehingga dengan berjalannya waktu<br />hal tersebut hampir saya lupakan. Begitu pecahnya "perang" tersebut, saya<br />terpaksa kembali mengingat cerita-cerita leluhur saya tentang Mayau yang<br />digambarkan begitu sadis, bengis, beringas...atau apapun kata-kata yang bisa<br />mewakili kebiadaban Mayau tersebut.<br /><br />Dulu waktu saya kecil, para orang tua sering menakut-nakuti anaknya dengan<br />Mayau...."Awas jangan main jauh-jauh, nanti ada Mayau". Nahhh....berarti<br />sudah sejak dulu leluhur saya tahu bagaimana seramnya Mayau tersebut, cuma<br />namanya juga anak-anak, mana tau Mayau kalau belum melihat...hmmmm.<br /><br />Pada awalnya pecah "perang" tersebut, selama 2 hari kota Sampit dikuasai<br />oleh suku Madura, yang kabarnya sambil mengancam masyarakat sekitar yang<br />kebetulan suku Banjar, China, Jawa, dan Bugis. Entah bagaimana kejadian<br />awalnya sampai suku Dayak merasa perlu untuk turun-tangan menyelesaikan aksi<br />tersebut dan membalas dengan aksi yang lebih kejam lagi.<br /><br />tambahan mengenai Panglima Burung;<br />Panglima Burung adalah salah satu tokoh yang berwibawa, sakti mandraguna,<br />dan penyabar....namun dia akan keluar dari persembunyiannya apabila batas<br />kesabarannya sudah sampai titik terendah dari toleransi. Panglima Burung<br />digambarkan sebagai tokoh gaib karena hanya masyarakat Dayak yang tahu<br />bagaimana memanggil (menghadirkan)-nya. Disamping memiliki pasukan sakti,<br />Panglima Burung dikabarkan juga memiliki ramuan sakti berupa minyak oles<br />yang disebut "Minyak Bintang". Minyak Bintang dipercaya memiliki khasiat<br />yang dapat membuat seseorang kebal dan dapat menyembuhkan luka dalam waktu<br />sekejap, bahkan membangkitkan kembali pasukan yang tewas saat perang.<br />ramuan ini akan manjur dan bekerja apabila bintang di langit sudah<br />kelihatan.<br />Entah kebetulan atau bukan, selama "perang" tersebut, langit pulau<br />Kalimantan pada malam hari tampak cerah sekali. Bintang-bintang di langit<br />seakan bersinar terang pada tiap malam.<br /><br />Terlepas dari segala macam legenda atau bahkan mitos masyarakat suku Dayak<br />dari mulai Panglima Burung, minyak bintang, sampai dengan Mayau, rasanya<br />perlakuan mereka saya rasakan sudah diluar batas-batas kewajaran. Entah<br />kejadian dan alasan apa yang menimbulkan habisnya kesabaran masyarakat Dayak<br />terhadap masyarakat Madura di Sampit, rasanya tindakan shock therapy Mayau<br />bukan jalan keluar yang manusiawi. Dan, rasanya tindakan balas dendam Carok<br />ala Madura-pun bukan jalan keluar yang bijak. Semoga kedua belah pihak dapat<br />belajar dari peristiwa ini, dan tidak ada lagi kejadian "sebelas kali<br />berjanji, sebelas kali mengingkari". Terlepas mana pihak yang salah,<br />"perang" selalu membawa penderitaan dan trauma yang berkepanjangan.<br /><br />;> SAYA MOHON MAAF KLO DA YG TERSINNGUNG DGAN ARTIKEN NI,SEKALI LGI NI UNTUK KEDAMAIAN DI NEGRI HTA<br /></pre><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"></span></div></div>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-30453110083200704202009-12-07T00:11:00.000-08:002009-12-07T00:17:56.718-08:00GKJW PANTI ASUHAN { BETHESDA }<p style="color: rgb(51, 255, 51);">Panti Asuhan Bethesda Tulungagung sudah 41 tahun menyelenggarakan pelayanan terhadap para anak papa yaitu anak-anak dari keluarga di bawah garis kemiskinan dan keluarga berantakan (broken home) akibat masalah ekonomi, terkena pemutusan hubungan kerja dan masalah lain.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Panti asuhan (PA) ini satu-satunya di lingkungan Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) yang terdiri atas 154 jemaat gereja Jawa di Jawa Timur dengan 138.000 warga. Beberapa Majelis Jemaat memprogramkan kunjungan ke PA Bethesda.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Yang berkunjung dan mengadakan kebaktian serta bakti sosial di sana dalam rangka Natal dan Tahun Baru, antara lain sejumlah warga Jemaat Sukun (Malang), Kertosono, Karangploso (Malang) dan pemuda Jemaat Mojokerto.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Setiap bulan yayasan harus menutup kebutuhan dana bagi 30 anak asuh (TK 2, SD 8, SMP 6, SMK 7, mahasiswa PT 4 di Yogya, Malang dan Tulungagung) beserta 2 pengasuhnya dan seorang pembantu rumah tangga panti. Kebutuhan setiap bulan rata-rata Rp 7 juta. Donatur tetap hanya Yayasan Dharmais, Jakarta.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Juli, Agustus dan Desember biasanya terjadi pembengkakan pengeluaran dana untuk sekolah dengan berbagai pungutan termasuk wajib beli buku pelajaran dan lembar kerja siswa (LKS). Desember juga perlu dana untuk perayaan Natal serta Tahun Baru.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);"><a href="http://www.wvi.org/">World Vision International (WVI)</a> yang bertahun-tahun menjadi penyandang dana, sejak 2003 tidak lagi mensuplai bantuan karena dana mereka dialihkan ke Indonesia bagian timur. <a href="http://www.dharmais.or.id/">Yayasan Dharma Bhakti Sosial (Dharmais)</a> Jakarta masih membantu sampai sekarang sejumlah Rp 1.250.000/bulan untuk bantuan pangan 25 anak @ Rp 50.000. Sesekali ada bantuan dari Departemen Sosial. Bantuan terbanyak dari para donatur yang datang tak terduga.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Sejak didirikan oleh GKJW dan diresmikan Penjabat Bupati Tulungagung, R. Soendarto, dalam rangkaian perayaan hari kemerdekaan 17 Agustus 1967, Panti Asuhan Bethesda berpindah-pindah dari satu rumah kontrakan ke rumah yang lain sampai mempunyai rumah sendiri yang mulai ditempati awal 1986.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Pdt. Soedarman (almarhum, berpulang 1982 dalam usia 58 tahun) sebagai pendeta GKJW di Jemaat Tulungagung yang memprakarsai pendirian panti, terpanggil ikut memecahkan masalah sosial waktu itu berupa banyaknya anak-anak telantar akibat peristiwa G30S/PKI tahun 1965.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Gagasan Pdt. Soedarman diwujudkan pertama kali di Trenggalek (30 km sebelah barat Tulungagung) dengan membuka Panti Asuhan GKJW di sana pada 1 September 1966. Pada waktu itu kelompok warga GKJW di Trenggalek merupakan bagian dari GKJW Jemaat Tulungagung. Karena Panti Asuhan Trenggalek kurang menggembirakan perkembangannya, ada gagasan memindahkan ke Tulungagung.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Bethesda adalah tempat pemandian di Yerusalem yang mempunyai lima serambi cukup luas. (Yoh.5:2, dst.) Istilah ini bentuk Yunani dari kata Aram bet hesda berarti rumah belas kasihan. Ada yang menyebut bet ‘esyda yang berarti rumah pancuran. (Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid I, 1992)</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Dari Jalan Diponegoro Tulungagung, panti pindah ke Kampungdalem. Dari situ kemudian panti boyong ke Kelurahan Bago menempati rumah keluarga Anwar yang tinggal di Cimahi, Jawa Barat.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Kepindahan yang terakhir ini terjadi 1977 saat Panti Asuhan Bethesda nyaris dibubarkan, karena kehabisan dana. Pdt. Soedarman yang menjadi ketua pengurus panti, melalui wartawan di Tulungagung membeberkan kisah sedih ini di Harian Umum Sinar Harapan Jakarta. Sambutan pembacanya sungguh luar biasa dan di luar dugaan.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Keluarga Anwar yang muslim, menyerahkan rumahnya di Bago untuk dikontrakkan dengan tarif khusus selama 10 tahun sampai dengan 1987. Saat itu bantuan dari para dermawan seluruh tanah air, terus mengalir.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Sementara itu meskipun di <a href="http://www.sinarharapan.co.id/">Sinar Harapan</a> ditulis lagi bahwa panti asuhan satu-satunya di kota Tulungagung ini tidak jadi gulung tikar, bantuan masih terus mengalir. Bahkan dari Irian Jaya dan juga dari dermawan muslim serta agama lain.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Ketika kehidupan anak-anak dalam panti normal, kesehatan Pdt. Soedarman justru tidak normal. Dia sering sakit sampai akhirnya dokter meminta agar pendeta yang berdedikasi tinggi ini beristirahat total karena hepatitis. Ini terjadi mulai 1979.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Sesuai anjuran Majelis Agung (Sinode) GKJW agar pelayanan social ditangani pengurus yang terpisah dari kepengurusan gereja, dibentuklah Yayasan Bethesda dengan Akta Notaris di Kediri No. 19 pada 17 Agustus 1980. Pendiri Yayasan adalah Pdt. Soedarman, M. Harjono Dwidjokoesoemo, Ny. Soegijati Soerana, Sumilan, Sumadi, Sri Sumani, Suleman Hadi, Koesdarjono, Suwoto, Suharsono, Wardhani Tjiptowardono, Moeljosoeseno, Mulyani, Pudji Krisanto, dan M. Tasahoedi.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Dari dana yang masih terus mengalir dari para dermawan, secara bertahap pembangunan asrama di atas tanah milik GKJW muali April 1982, dilaksanakan. Namun sebulan setelah meletakkan batu pertama, Pdt. Soedarman dipanggil Bapa pulang ke rumah-Nya.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Pembangunan berlanjut. Empat tahun setelah peletakan batu pertama, asrama bisa ditempati anak-anak. Pembangunan asrama berukuran 9 m x 25 m menghabiskan dana Rp. 75 juta lebih saat itu.</p> <div id="attachment_249" class="wp-caption aligncenter" style="width: 490px; color: rgb(51, 255, 51);"><a href="http://www.gkjw.web.id/wp-content/uploads/2009/01/pa-bethesda-41-thn.jpg"><img class="size-full wp-image-249" title="pa-bethesda-41-thn" src="http://www.gkjw.web.id/wp-content/uploads/2009/01/pa-bethesda-41-thn.jpg" alt="Anak-anak bersama Pak dan Bu Yakub saat syukuran HUT ke-41 PA Bethesda Tulungagung sekaligus reuni alumni. " width="480" height="359" /></a><p class="wp-caption-text">Anak-anak bersama Pak dan Bu Yakub saat syukuran HUT ke-41 PA Bethesda Tulungagung sekaligus reuni alumni.</p></div> <p style="color: rgb(51, 255, 51);"><strong>Aneka Mukjizat</strong><br />Dalam menapaki sejarahnya, keluarga Panti Asuhan Bethesda merasakan bahwa Tuhan adalah Tuhan yang benar-benar hidup. Tuhan yang berkarya. Tuhan yang baik kepada semua orang, juga kepada anak-anak Panti Asuhan Bethesda. Kebutuhan panti asuhan dipenuhi-Nya. Bahkan melimpah!</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Sebagian limpahannya diteruskan kepada para tetangga di Kelurahan Kenayan dalam bentuk bakti sosial kesehatan dan kegiatan bersama masyarakat sekitar untuk menandai HUT Panti Asuhan Bethesda sekaligus merayakan HUT kemerdekaan RI. Aula panti juga menjadi tempat kegiatan warga RT dan RW setempat, antara lain sebagai tempat pemungutan suara saat pemilihan umum.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Lepki yang kemudian digantikan WVII dan Yayasan Dharmais adalah penyandang dana tetap panti asuhan selama bertahun-tahun. Mulai Oktober 2003, tinggal Yayasan Dharmais dan Yayasan Manna Bandung, Jawa Barat, yang mengirimkan bantuan rutin selain terkadang dari Pemerintah.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Yayasan harus berusaha menggali potensi di kalangan masyarakat, terutama di lingkungan GKJW dan gereja-gereja lain. Kebutuhan rutin sebulan tahun 2008 rata-rata Rp 7 juta, sedang bantuan rutin hanya sekitar Rp 1,5 juta.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Sebagai manusia, tentu terkadang pengurus Yayasan menampilkan wajah pesimis. Namun iman mereka cukup kuat bahwa Tuhan tidak akan berlepas tangan. “Mintalah, maka kalian akan menerima. Carilah, maka kalian akan mendapat. Ketuklah, maka pintu akan dibukakan untukmu,” bunyi firman dalam Injil Matius 7:7 yang menyemangati para pengurus, pendiri yayasan, dan dewan penyantun.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Kejadian di luar logika sering terjadi di Panti Asuhan Bethesda. Tatkala pengurus membutuhkan sesuatu untuk kepentingan anak-anak sementara uang di kas tiada untuk itu, datanglah orang membawa dana sejumlah yang dibutuhkan. Langka tapi nyata!</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Awal 1986 menjelang penghuni Panti Asuhan Bethesda boyong ke asrama baru yang dibangun Yayasan selama empat tahun di Kenayan, listrik PLN belum bisa menyala. Instalasi sudah terpasang, tinggal menyambung dengan kabel ke tiang listrik di tepi jalan (gang) depan asrama. Namun karena Yayasan belum menyetorkan uang Rp. 400.000 ke PLN, penyambungan tidak bisa dilakukan.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Esoknya panti ketamuan utusan panitia perayaan Natal dan Tahun Baru dari Kediri, 30 km utara Kota Tulungagung. Mereka menyerahkan bantuan yang terkumpul dari peserta perayaan. Jumlahnya? Tepat empat ratus ribu rupiah. Yang mengagumkan, uang itu dari panitia perayaan Natal dan Tahun Baru keluarga Kristiani PLN se-eks Karesidenan Kediri. Benar-benar suatu mukjizat!</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Suatu saat televisi hitam-putih panti sudah sering rewel. Padahal anak-anak memerlukan hiburan seusai belajar atau pada malam Minggu dan Minggu siang. Rapat Yayasan memutuskan, dikeluarkan Rp 375.000,00 untuk membeli pesawat televisi berwarna 14 inci.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Seminggu setelah pembelian televisi, panti ketamuan para pemuda dan mahasiswa GKJW Surabaya. Mereka mengadakan kebaktian bersama anak-anak.. Terkumpul persembahan yang diserahkan kepada PA. Jumlahnya Rp. 380.000,00, lebih sedikit dari uang yang dikeluarkan Yayasan untuk pembelian pesawat televisi berwarna.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Salah satu berkat besar yang diterima panti asuhan ini adalah mengantarkan seorang anak asuhnya, Kristanto, lulus sarjana teologi strata I, Fakultas Theologia, <a href="http://www.ukdw.ac.id/">Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW)</a> Yogya.<br />Saat ini Kristanto menjadi vikar (calon pendeta) di GKJW Jemaat Rungkut, Surabaya setelah enam bulan di Jemaat Pare, Kediri. Ia akan disusul Agus Supriyono, juga anak PA Bethesda, yang saat ini duduk di semeseter VIII Fakultas Theologia. UKDW.( <a href="http://www.gkjw.web.id/satu-satunya-di-gkjw-panti-asuhan-bethesda-bagi-anak-papa">gkjw.web.id/satu-satunya-di-gkjw-panti-asuhan-bethesda-bagi-anak-papa</a>)<br /></p><p style="color: rgb(51, 255, 51); text-align: right;">BY GAN<br /></p>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-40068653938327540182009-10-05T03:52:00.000-07:002009-10-05T03:55:43.493-07:00SURAT KEPUTUSAN OLEH PGI<table border="0" cellpadding="0"><tbody><tr></tr><tr><td width="60" valign="top"> <p> </p><br /></td><td style="color: rgb(51, 255, 51);" valign="top"> <pre><span style="font-size:130%;">Nomor: 0055/PGI-XII/2000 20 Januari 2000<br />Hal: Tanggapan atas Sikap dan Pandangan terhadap Kerusuhan<br /> Maluku/Maluku Utara<br /><br />Yang terhormat Sdr Dr. Amien Rais<br />Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat RI<br />Di Jakarta<br /><br />Dengan hormat,<br /><br />Kami sampaikan salam sejahtera kepada Saudara dengan harapan<br />kiranya. Saudara diberi hikmah dan kebijaksanaan oleh Allah<br />Yang Maha Esa untuk melaksanakan tugas-tugas negara serta<br />kemampuan untuk mewujudkan harapan-harapan segenap rakyat<br />Indonesia, baik waktu sekarang ini maupun dimasa datang,<br />sesuai dengan jabatan yang dipercayakan segenap rakyat<br />Indonesia.<br /><br />Beberapa waktu lalu, Saudara hadir dan menjadi pembicara pada<br />sebuah acara yang menurut informasi dilakukan untuk menyatakan<br />solidaritas kepada warga masyarakat beragama Islam yang<br />disebut-sebut sebagai korban pembantaian, perkosaan dan<br />sebagainya di Maluku khususnya di wilayah Halmahera<br />Utara,Propinsi Maluku Utara.<br /><br />Kami mengikuti dengan cermat seluruh pemberitaan media massa<br />dan informasi mengenai hal-hal yang Saudara kemukakan pada<br />saat itu dan kemudian yang Saudara sampaikan kepada media<br />massa pada sejumlah kesempatan berikutnya dalam bentuk<br />wawancara atau pernyataan pandangan dan sikap Saudara.<br /><br />Berkaitan dengan itu perkenankan kami menyatakan beberapa hal<br />sebagai berikut:<br /><br />1) Pernyataan-pernyataan, pandangan dan sikap Saudara mengenai<br />kerusuhan di Propinsi Maluku umumnya dan di Halmahera Utara,<br />Propinsi Maluku Utara khususnya, membuat masyarakat terkejut<br />dan gelisah karena Saudara tidak memposisikan diri sebagai<br />pimpinan lembaga tertinggi negara. Warga masyarakat yang<br />beragama Kristen khususnya merasa mengalami fait-accompli oleh<br />pernyataan/pandangan Saudara yang menempatkan umat Kristen di<br />wilayah Halmahera Utara sebagai penganiaya, pembantai dan<br />sumber kekerasan terhadap umat Islam.<br /><br />2) Maafkan kami jika terpaksa menilai bahwa pernyataan/<br />pandangan Saudara mengenai kerusuhan khususnya yang terjadi<br />berhari-hari sejak 26 Desember 1999 hingga Januari 2000 di<br />kota Tobelo dan sekitarnya adalah hal yang sangat gegabah<br />karena Saudara lalai mendasarkan diri pada sejumlah fakta<br />objektif.<br />Hal objektif pertama yang Saudara lalaikan adalah fakta bahwa<br />apa yang terjadi di Tobelo dan sekitarnya adalah suatu<br />lingkaran kekerasan yang menjebak warga masyarakat, baik<br />masyarakat yang beragama Islam, Kristen maupun yang masih<br />menganut agama-agama suku.<br />Hal objektif kedua yang juga Saudara lalaikan adalah bahwa<br />kekerasan di Tobelo dan sekitarnya bukan fenomena independen<br />dan partial. Karena itu sangat naif untuk menilai apa yang<br />terjadi di Tobelo terlepas dan berbagai konflik lain di pulau<br />Ternate, pulau Tidore, di semua bagian pulau Halmahera dan<br />bahkan di Propinsi Maluku.<br />Hal objektif ketiga yang Saudara lalaikan adalah bahwa<br />kerusuhan di Propinsi Maluku dan Maluku Utara telah melibatkan<br />dan mengorbankan rakyat yang Saudara pimpin tanpa pandang<br />latar belakang agama mereka. Karena itu maaf jika kami katakan<br />bahwa Saudara telah keliru bersikap seakan-akan golongan<br />tertentu saja yang menjadi sasaran aksi-aksi kekerasan yang<br />terjadi.<br />Saudara nampaknya tidak tahu atau tidak perduli pada fakta<br />bahwa telah terjadi "pembersihan" desa-desa/pemukiman di pulau<br />Tidore, Ternate, di wilayah Halmahera Tengah dan ke arah<br />desa/pemukiman di jazirah selatan pulau Halmahera yang<br />penduduknya beragama Kristen. Hal ini terjadi sejak akhir<br />September-awal Oktober 1999. Beberapa bulan sebelum itu,<br />golongan tertentu di Sanana, kepulauan Sula, Maluku Utara,<br />telah terusir keluar dari wilayah pemukimannya. Apakah mereka<br />yang menjadi korban sia-sia itu bukan rakyat Indonesia?<br /><br />3) Kami ingin sampaikan kepada Saudara bahwa aksi-aksi<br />kekerasan di Maluku Utara dimulai dari peristiwa yang jauh<br />dari nuansa pertentangan antar umat beragama, pun dari waktu<br />ke waktu alasan-alasan dan warna agama terus dipaksakan<br />mewarnai kekerasan. Mengenai hal ini Saudara perlu<br />memperhatikan beberapa fakta sebagai berikut:<br /><br />a. Bahwa serangan pertama (yang membuka babak kerusuhan di<br /> Maluku Utara) ke desa-desa Kecamatan Kao oleh penyerang yang<br /> berasal dari Malifut (beragama Islam) dilawan juga oleh warga<br /> Kao yang beragama Islam. Masalahnya bersumber pada policy<br /> Pemda mengenai pemekaran Kecamatan yang ditolak oleh sebagian<br /> masyarakat yang telah terikat pada kesepakatan Adat.<br /><br />b. Ketika serangan berikut terjadi sementara warga Kao yang<br /> beragama Kristen melaksanakan kebaktian Minggu, yang<br /> menghadapi serangan itu adalah warga Kao lainnya yang tidak<br /> beribadah di hari Minggu dan mereka adalah Saudara-saudara<br /> yang beragama Islam.<br /><br />c. Serangan balasan terhadap warga asal Makian di Malifut yang<br /> mengakibatkan banjir pengungsi asal Makian ke Ternate dan<br /> Tidore misalnya melibatkan warga Kao, baik yang beragama<br /> Kristen maupun Islam.<br /><br />d. Kekerasan pertama yang meletus di Tidore dibuka oleh<br /> pembantaian seorang pendeta Gereja Protestan Maluku yang<br /> diundang Kapolsek menghadiri sebuah acara bersama para anggota<br /> Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Camat dll.).<br /><br />e. Ketika penghancuran gedung-gedung gereja (14 buah gedung<br /> gereja hancur) dan kekerasan terhadap warga yang beragama<br /> Kristen terjadi di kota Ternate misalnya, ada cukup banyak<br /> warga beragama Muslim di sana yang bangkit melawan aksi-aksi<br /> kekerasan tersebut.<br /><br />f. Hingga konflik pecah di Tobelo tanggal 26 Desember 1999<br /> (didahului dengan berbagai isu dan provokasi di hari-hari<br /> sebelumnya), 34 gedung gereja telah hancur terbakar paling<br /> kurang di 15 lokasi kerusuhan.Fakta-fakta ini nampaknya tidak<br /> diperhatikan oleh Saudara atau Saudara membiarkan diri<br /> diselubungi oleh informasi-informasi sepihak dan subjektif<br /> serta diberati oleh kepentingan-kepentingan politik golongan<br /> yang jelas-jelas berperspektif sangat sempit. Ini hanya<br /> sedikit dari fakta yang dapat kami beberkan untuk menopang<br /> agar Saudara bersikap objektif dan berani terlibat<br /> menghentikan kerusuhan melalui prakarsa dan langkah-langkah<br /> strategi dan effektif yang dimungkinkan oleh posisi dan<br /> kewenangan Saudara.<br /><br />4) Kami harus menyatakan bahwa pernyataan-pernyataan Saudara<br />mengenai kerusuhan di Halmahera Utara jelas-jelas telah<br />memojokkan warga negara yang beragama Kristen dan memberi<br />insinuasi pada pertentangan warga berbeda agama di negara ini.<br />Karena itu tesis Saudara semula bahwa kerusuhan di Indoensia<br />disebabkan karena ada banyak "daun-daun atau rumput kering",<br />tidak valid lagi. Fakta di lapangan membuktikan bahwa akar<br />kerusuhan bukanlah hanya karena adanya daun-daun atau<br />rumput-rumput kering tapi juga karena ada tindakan politisasi<br />terhadap "daun-daun atau rumput-rumput kering" itu. Kami<br />sangat kuatir apa yang Saudara ucapkan sejak pertemuan di Tugu<br />Monas, Jakarta, adalah salah satu dari sekian tindakan<br />politisasi yang akibatnya hanya mengorbankan rakyat yang<br />percaya kepada Saudara sebagai Ketua Lembaga Tertinggi Negara,<br />MPR RI. Kami selalau berbaharap bahwa dari Saudara sebagai<br />Ketua MPR RI, selalu datang pembelaan terhadap warga<br />negara/rakyat Indonesia yang mengalami penistaan, penderitaan,<br />fitnah dan kezaliman, tanpa pandang suku, agama, ras dan<br />golongannya.<br /><br />5) Lingkaran kekerasan di Maluku dan Maluku Utara akan dapat<br />diputuskan jika semua terutama Saudara sebagai Ketua MPR RI<br />berusaha dengan wewenang dan kepercayaan rakyat yang Saudara<br />miliki, mengeliminasi semua fenomena politik dan dramatisasi<br />angka-angka korban yang hanya akan menjadikan kerusuhan<br />konflik langgeng dan rakyat - tanpa pandang agama - menjadi<br />korban sia-sia. Selain itu jika Saudara berkenan, kualitas dan<br />kedudukan Saudara sebagai Ketua MPR sangat memungkinkan<br />Saudara untuk berada di luar dan membongkar fenomena<br />konspirasi politik di kalangan elit, yang berada di balik<br />kerusuhan dan pelanggengan penderitaan rakyat. Hal ini lebih<br />bermanfaat Saudar lakukan karena hal ini menjadi harapan<br />rakyat banyak termasuk kami dan Gereja-gereja di Indonesia.<br /><br />6) Kami harapkan semua langkah yang dilakukan Pemerintah<br />Pusat/Daerah, lembaga-lembaga legislative di pusat dan daerah,<br />TNI/POLRI, semua kelompok masyarakat, pimpinan dan tokoh<br />lembaga-lembaga agama Islam dan Gereja-gereja, dapat secara<br />sistematis memberi manfaat bagi terhentinya kekerasan<br />individual dan kolektif serta membuka peluang bagi<br />pemberdayaan masyarakat serta dialog-dialog ke arah<br />rekonsiliasi dan perdamaian yang langgeng. Kami juga berharap<br />kerusuhan sejenis tidak lagi meletus di bagian-bagian lain<br />tanah air kita. Jika di luar kemampuan kita sekalian kerusuhan<br />masih berlanjut atau meledak di tempat lain, perkenankan kami<br />menyarankan agar Saudara dalam kedudukan sebagai Ketua MPR RI,<br />bersedia menghimpun data-data sebanyak mungkin dari berbagai<br />pihak sebelum melakukan penilaian dan menyatakan pandangan<br />serta sikap Saudara. Saudara tentu paham bahwa rakyat biasa<br />tidak bisa secara lugas membedakan peran Saudara sebagai<br />pribadi, tokoh agama Islam, tokoh Muhammadyah atau Ketua MPR<br />RI. Kami yakin Saudara dapat memahami keadaan objektif rakyat<br />Indoensia sebagai keseluruhan yang sedang menderita. Mereka<br />semua menggantungkan harapan kepada Saudara sebagai Ketua MPR<br />RI dan terbantu jika Saudara menjadi lebih arif dan mampu<br />memberi jalan keluar yang tepat kepada rakyat untuk terbebas<br />dari neraka kerusuhan di Maluku/Maluku Utara atau di mana<br />saja. Untuk melanjutkan keinginan baik yang telah kami<br />tunjukkan kepada Saudara, kami selalu bersedia membantu<br />Saudara dengan sepenuh hati dan pikiran.Terimakasih atas<br />perhatian Saudara.<br /><br />Teriring salam dan hormat kami, Atas nama<br />MAJELIS PEKERJA HARIAN<br />PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA<br />DI INDONESIA<br /><br />Pdt Dr Sularso Sopater Pdt DrJ.M.Pattiasina<br />Ketua Umum Sekretaris Umum<br /><br />Tembusan disampaikan kepada yang terhormat:<br />1. Presiden Republik Indonesia di Jakarta<br />2. Wakil Presiden Republik Indonesia di Jakarta.<br />3. Ketua DPR RI di Jakarta<br />4. Para Wakil Ketua MPR RI dan DPR RI di Jakarta<br />5. Panglima TNI di Jakarta<br />6. KAPOLRI di Jakarta<br />7. Pimpinan Panja Maluku<br />8. Gubernur/KDH Tingkat I Maluku Utara di Ambon<br />9. Care-taker Gubernur Maluku Utara di Ternate<br />10. Ketua KWI di Jakarta<br />11. Pimpinan Gereja-gereja Anggota PGI di tempatnya masing-masing<br />12. Pimpinan PGI Wilayah di tempatnya masing-masing<br />13. Pimpinana PGPI, PII, GBI<br />14. Pimpinan Lembaga-lembaga Keumatan di Jakarta<br />15. Para Anggota MPH-PGI di tempatnya masing-masing<br />16. Dirjen Bimas (Kristen) Protestan Departemen Agama RI<br />17. Dirjen Bimas Katolik Departemen Agama RI</span></pre></td></tr></tbody></table>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-59130700163219185932009-10-05T01:27:00.000-07:002009-10-05T01:28:49.855-07:00Gereja orthodoks suriah<p style="color: rgb(51, 255, 51);"><b>Lahirnya Gereja Syria</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Gereja Syria diawali dari Yerusalem yang terdiri dari para Rasul Yesus Kristus, para penginjil dan orang-orang Yahudi yang telah menjadi Kristen. Gereja ini kemudian berpindah ke kota Antiokhia, dan kemudian ke Urhoy (Eddesa) ditambah dengan orang-orang Aramia yang sudah bertobat dan bangsa-bangsa non-Yahudi yang lain. Gereja ini pertama kali didirikan di Antiokhia oleh Rasul Petrus, pemimpin para rasul, yang dianggap sebagai Patriarkh pertama dari Tahta Suci Rasuliah Antiokhia. Rasul Petrus sendiri menunjuk Mar Awwad (St. Avodius) dan Mar Ignatius Sang Pencerah sebagai para pengganti beliau. Mereka kemudian menggantikan tugas rasulinya setelah Rasul Petrus mati shahid di kota Roma. Kemudian, kota Antiokhia tidak saja menjadi Gereja Kristen yang pertama, tertua dan paling terkenal, tetapi juga menjadi dasar dari Kekristenan. Di kota Antiokhia-lah saat itu para rasul Yesus Kristus disebut sebagai orang-orang Kristen.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);"><b>Doktrin Gereja Syria</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Asas keimanan Gereja Orthodox Syria dapat diringkas sebagai berikut: Gereja ini percaya sepenuhnya akan Satu pribadi ganda Tuhan Yesus, dan satu sifat ganda yang terdiri dari dua sifat: yaitu ilahi dan insani, yang tidak dapat bercampur, tak dapat dipisahkan dan tak berganti-ganti. Dengan kata lain, dua sifat (ilahi dan insani) tergabung dalam satu sifat yang tanpa bercampur, tak terlebur dan tak berubah-ubah, tak berganti dan tak rancu. Batasan ini berlaku bagi semua sifat keilahian dan kemanusiaanNya. Berdasarkan definisi ini, keilahianNya menyatu dengan kemanusiaanNya, atau dengan tubuhNya, ketika Almasih disalibkan di salib, dan tidak pernah keilahianNya meninggalkan tubuhNya, bahkan untuk sedetik pun. Karena itu, salah besar dan sangat menyimpang dari iman Kristen yang universal bila orang mengatakan, “Kristus itu disalibkan tubuhNya saja.” Tetapi sebaiknya dikatakan, “Firman Allah yang telah menjelma itu adalah Tuhan Yang Mahamulia yang telah disalibkan,” namun, kami mengatakan, “Ia telah menderita dan wafat dalam daging (dalam keadaannya sebagai manusia),” sebab keilahianNya tidak pernah tersentuh penderitaan dan kematiaan. Sebagai konsekuensinya, Maria adalah “Ibu dari Dia (Firman Allah yang telah menjelma) Yang Ilahi,” dan ungkapan “Engkau yang telah disalibkan bagi kami” adalah benar sebagaimana diucapkan dan diyakini dalam Trisagion, yang dialami oleh sifat kedua dariNya, yaitu Kristus. Asas iman inilah yang dipegang teguh oleh Gereja Syria Antiokhia dan Gereja Koptik Aleksandria yang telah menolak Konsili Kalsedonia dan dokumen Leo dari Roma (Buku besar yang disebut Surat Paus Leo), karena kami hanya mengakui dasar-dasar iman yang ditetapkan tiga konsili ekumenikal di Nikea tahun 325 Masehi, Konsili Konstantinopel tahun 381 Masehi dan Konsili Efesus 431 Masehi. Dari sini, nama “Orthodox” yang kami kenakan berarti “Iman Yang Benar” yang dikenal oleh ummat Syrian, Koptik, Armenia dan Ethiopia. Gereja-gereja itulah yang disebut sebagai “sister Churches” (Gereja-gereja saudari mereka). Mereka bersama-sama telah mengalami berbagai penderitaan dan penganiayaan-penganiayaan yang kejam yang ditujukan kepada mereka oleh Kaisar Byzantium panganut Konsili Kalsedon tersebut.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);"><br /><b>Liturgi Bahasa Arami</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Tidak bisa disanggah lagi bahwa bahasa yang diucapkan Yesus dan banyak generasi sebelum Masehi dan oleh Kekristenan mula-mula, dan sampai abad ke-5 Masehi adalah bahasa Arami (Syriac). Selain itu, orang-orang Yahudi telah menulis beberapa bagian kitab suci mereka dalam bahasa Arami atau dalam aksara Arami, sebagaimana dibuktikan oleh gulungan-gulungan kitab dari Laut Mati yang ditemukan pada tahun 1974 oleh Yang Mulia Mar Athanasius Yashu Samuel, yang saat itu menjadi Uskup di Yerusalem (sekarang sebagai Uskup untuk Amerika Serikat dan Canada). Maka terbukti bahwa para murid Yesus dan para penerus mereka menggunakan bahasa Syria (Arami). Maka, hanya dapat dipahami bahwa ibadah liturgis mereka dilakukan dalam bahasa Syria (Arami). Sebab para penginjil yang memberitakan Injil di Anthiokhia yang berasal dari Yerusalem itu beribadah dalam bahasa Syria (Arami), maka sudah tentu bahasa Syria (Arami) itu menjadi bahasa Liturgi gereja Anthiokhia, dan gereja ini memakai liturgi dalam bahasa Syria (Arami) yang disusun oleh Rasul Yakobus, saudara Tuhan Yesus sekaligus sebagai uskup pertama di Yerusalem. Semua orang tahu bahwa gereja di Yeruselam menggunakan Liturgi Rasul Yakobus sampai berakhirnya ketujuh-belas uskup Syria yang pertama. Namun, ketika para duta dari Konstantinopel mulai merebut kepemimpinan gereja di Antiokhia, mereka menggantikan Liturgi Rasul Yakobus dengan Liturgi Basilius dari Kaisarea (379 Masehi) dan Liturgi John Chrysostom (407 Masehi), yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Arami. Tetapi, Liturgi Rasul Yakobus sendiri tetap ada di gereja Antiokhia. Itu sebabnya maka Liturgi Syria (Arami) disebut sebagai Liturgi Antiokhia. Dari Liturgi ini maka dapat dilacak kembali asal-muasal semua liturgi gereja. Karena itu, Gereja Antiokhia sangat bangga bahwa Liturgi mereka menggunakan bahasa Syria (Arami), yaitu bahasa yang telah dikuduskan oleh lidah suci Tuhan kita, dan yang dihormati oleh lidah Maria, IbuNya dan oleh para rasulNya yang kudus. Dalam bahasa inilah Rasul Matius menuliskan Injil, dan dalam bahasa inilah Injil diwartakan pertama kali di Yudea, Syria dan daerah-daerah sekitarnya.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);"><br /><b>Baktinya bagi Injil</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Gereja Syria menjalankan peranan penting dalam bidang literatur Alkitab. Para sarjana mereka mengakar dalam lautan misteri Alkitab yang begitu luas dan tak terungkapkan. Merekalah yang pertama kali menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Syria (Arami), bahasa mereka sendiri. Kemudian, mereka melakukan pengkajian-pengkajian yang mendalam yang memperkaya perpustakaan-perpustakaan di Timur dan Barat dengan berjilid-jilid buku pelajaran dan tafsir Alkitab yang tak terhitung jumlahnya sekalipun malapetaka dan nasib buruk menimpa tanah kelahiran mereka, sehingga menyebabkan banyak kerugian karena Perang Dunia I, dan karena pemusnahan ribuan buku manuskrip kitab-kitab suci yang tak ternilai harganya itu oleh para musuh mereka. Setelah mereka mempelajari Alkitab dalam bahasa Arami mereka sendiri, maka mereka melakukan usaha-usaha tanpa lelah dengan menterjemahkan karya-karya tulis mereka itu ke dalam bahasa-bahasa lain. Maka sekitar tahun 404 Masehi, Malphan Daniel orang Syria serta Mesroph orang Armenia itu bekerja sama menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Armenia. Sarjana bahasa Arami yang berasal dari Arabia dari banu Thayy, Tanukh dan banu Aqula (Al-Kuufa) menterjemahkan Injil ke dalam bahasa Arab atas perintah Patriarkh Syria, Mar Yuhanna II, demi memenuhi permintaan Umair Ibnu Saad ibn Abi Waqqass Al-Anshari, raja di Jaziratul Arabia. Yuhanna bar Yawsef, seorang imam Syria dari kota Taphliss (selatan Rusia), menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Persia pada tahun 1221 Masehi. Pada dasawarsa pertama di abad ke-19, Raban Philipos orang Syria dari Malabar, India, telah menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Malayalam, bahasa yang dipakai di India Selatan. Pada abad lalu, abad ke-20, Chorepiscopus Mattay Konat orang Syria dari Malabar, telah menterjemahkan seluruh Perjanjian Baru kecuali kitab Wahyu, ke dalam bahasa Malabar.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);"><br /></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Sejumlah besar manuskrip dari warisan gereja ini yang tak ternilai artinya masih tetap dilestarikan. Manuskrip-manuskrip itu termasuk yang tertua di dunia, khususnya yang dipindahkan dari perbendaharaan Biara Gereja Syria di Mesir dan kemudian dibawa ke perpustakaan-perpustakaan Vatican, London, Milan, Berlin, Paris, Oxford, Cambridge dan perpustakaan-perpustakaan lain. Beberapa di antara manuskrip-manuskrip itu ditulis pada abad kelima dan keenam Masehi. Kemudian versi Injil yang tertua adalah manuskrip Injil dalam bahasa Syria (Arami) yang ditulis oleh seorang rahib dari kota Eddesa (Urhoy atau Urfa), yaitu Ya’qub Al-Urfa, di Urhoy pada tahun 411 Masehi. Injil dalam bahasa Arami ini masih disimpan di British Museum. Dalam kaitan ini, Abuna Martin telah menghimpun 55 manuskrip Injil berbahasa Arami yang berasal dari abad kelima, keenam dan ketujuh Masehi, jumlah yang cukup besar bila dibandingkan dengan 22 manuskrip Injil dalam bahasa Latin dan hanya 10 buah manuskrip Injil dalam bahasa Yunani. Gereja Syria Orthodox sangat teguh dalam kecintaan mereka akan Alkitab sehingga mereka berusaha menuliskan dan menghiasi Alkitab itu seindah mungkin. Mereka menggunakan huruf kaligrafi Estrangela dan Serta Barat. Di antara manuskrip terbaik yang terkenal adalah Injil yang ditulis oleh Patriarkh Rabuula dari Urhoy (Eddesa atau Urfa) yang diselesaikannya pada tahun 586 Masehi.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);"><b>Kegiatan Penginjilan</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Orang-orang Kristen Syria telah membawa obor Injil pertama kali ke seluruh daerah Timur. Bangsa-bangsa di Timur telah dibimbing oleh terang Injil untuk mengenal Kristus, sehingga beribu-ribu orang dari berbagai bangsa dan negara, yaitu bangsa-bangsa Arab dari berbagai suku, bangsa Persia, Afghan, India dan China. Mereka telah mengambil bagian dalam mewartakan Injil kepada bangsa Armenia. Pada abad keenam, orang-orang Suryani itu telah membawa kepada penggembalaan Kristus sejumlah besar warga bangsa Ethiopia dan Nubia melalui jerih lelah Abuna Yulian, dan sejumlah 70 – 80 ribu orang dari Asia Kecil, Qarya, Phrygia, dan Lydia melalui jerih lelah Mar Yuhanna dari Amed, yaitu uskup termasyhur dari Efesus. Syria (Arami) adalah bahasa liturgi dari seluruh gereja Timur selain digunakan bahasa-bahasa berbagai asal kebangsaan mereka. Gereja Armenian, misalnya, selain memakai bahasa Syriac (Arami) sehingga karena menggunakan bahasa ini mereka telah dikucilkan (oleh Gereja-gereja Byzantium), mereka menulis bahasa Armenia mereka dalam aksara Syria (Arami), sampai akhirnya Meshrope, salah seorang dari sarjana mereka, bekerja sama dengan Malfan Daniel orang Syria itu, akhirnya ia menjadi penemu aksara Armenia.</p><p><span style="color: rgb(51, 255, 51);">BY GAN</span><br /></p>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-71001472096754677882009-10-05T01:17:00.000-07:002009-10-05T01:21:59.379-07:00P.I di SUMATERA<table class="contentpaneopen"><tbody><tr><td class="contentheading" width="100%">Pekabaran Injil dan Gereja di Nias dan Pulau-pulau Lain Lepas Pantai Sumatera (1865-sekarang) </td> <td class="buttonheading" width="100%" align="right"> <a href="http://www.ikmnt.com/index.php?view=article&catid=8%3Adaerah-nias&id=64%3Apekabaran-injil-dan-gereja-di-nias-dan-pulau-pulau-lain-lepas-pantai-sumatera-1865-sekarang&format=pdf&option=com_content" title="PDF" onclick="window.open(this.href,'win2','status=no,toolbar=no,scrollbars=yes,titlebar=no,menubar=no,resizable=yes,width=640,height=480,directories=no,location=no'); return false;" rel="nofollow"><img src="http://www.ikmnt.com/images/M_images/pdf_button.png" alt="PDF" /></a> </td> <td class="buttonheading" width="100%" align="right"> <a href="http://www.ikmnt.com/index.php?view=article&catid=8%3Adaerah-nias&id=64%3Apekabaran-injil-dan-gereja-di-nias-dan-pulau-pulau-lain-lepas-pantai-sumatera-1865-sekarang&tmpl=component&print=1&layout=default&page=&option=com_content" title="Print" onclick="window.open(this.href,'win2','status=no,toolbar=no,scrollbars=yes,titlebar=no,menubar=no,resizable=yes,width=640,height=480,directories=no,location=no'); return false;" rel="nofollow"><img src="http://www.ikmnt.com/images/M_images/printButton.png" alt="Print" /></a> </td> <td class="buttonheading" width="100%" align="right"> <a href="http://www.ikmnt.com/index.php?option=com_mailto&tmpl=component&link=aHR0cDovL3d3dy5pa21udC5jb20vaW5kZXgucGhwP29wdGlvbj1jb21fY29udGVudCZ2aWV3PWFydGljbGUmaWQ9NjQ6cGVrYWJhcmFuLWluamlsLWRhbi1nZXJlamEtZGktbmlhcy1kYW4tcHVsYXUtcHVsYXUtbGFpbi1sZXBhcy1wYW50YWktc3VtYXRlcmEtMTg2NS1zZWthcmFuZyZjYXRpZD04OmRhZXJhaC1uaWFz" title="E-mail" onclick="window.open(this.href,'win2','width=400,height=350,menubar=yes,resizable=yes'); return false;"><img src="http://www.ikmnt.com/images/M_images/emailButton.png" alt="E-mail" /></a> </td> </tr> </tbody></table> <table class="contentpaneopen"><tbody><tr> <td valign="top"> <span class="small"> </span> </td> </tr> <tr> <td class="createdate" valign="top"> <br /></td> </tr> <tr> <td valign="top"> <p style="color: rgb(51, 255, 51);"><strong>Keadaan umum</strong></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">Yang terbesar dan paling padat pendudukknya di antara pulau-pulau lepas pantai barat Sumatera ialah Pulau Nias (kini sekitar 550.000). Pulau ini, sama seperti kepulauan Batu, pulau Enggano, dan kepulauan Mentawai, baru dijajah orang Belanda sekitar tahun 1900. Sebelumnya, Belanda hanya menguasai daerah di sekeliling Gunung Sitoli. Penduduknya, khususnya di pulau Nias, tidak menjadi pelaut, tetapi hidup dari usaha bercocok-tanam (Nias) atau dari pemberian alam (Mentawai). Maka masyarakatnya bersifat tertutup dan adat serta agama turun-temurun berpengaruh besar. Di semua pulau itu terdapat sejumlah pendatang dari Sumatera Barat yang beragama Islam. Daerah Nias Utara berbeda dari Nias Selatan dalam hal logat bahasa dan adat.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);"> </p><p style="color: rgb(51, 255, 51);"><strong>Permulaan usaha pI</strong></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">Akibat perang Hidayat (§ 23), sekitar tahun 1860 beberapa tenaga RMG kehilangan tempat kerja. Salah seorang di antara mereka bernama E.L. Denninger. Sebelum diutus ke Kalimantan ia pun telah menjadi tukang sapu cerobong asap rumah-rumah di Berlin. Oleh Pengurus RMG di Barmen, Denninger disuruh pergi ke tanah Batak, tetapi karena istrinya sakit ia terpaksa tinggal di Padang. Di sana ia menjalin hubungan dengan orang-orang Nias di perantauan. Namun, ia sampai ke kesimpulan bahwa lebih bermanfaat kiranya kalau pergi ke Nias sendiri. Pada tanggal 27 September 1865 Denninger mendarat di Gunung Sitoli. Sebelumnya dua Misionaris (Katolik) bangsa Perancis pernah bekerja di Nias (1832-1835), namun karya mereka tidak meninggalkan hasil yang nyata.</p><p style="color: rgb(51, 255, 51);"><strong>Perluasan sampai tahun 1890</strong></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">Selama 25 tahun pertama (1865-1890), usaha pI di Nias tetap terbatas pada daerah kekuasaan Belanda di sekitar Gunung Sitoli di pantai timur. Pada hari raya Paskah 1874, pertama kali dilayankan sakramen baptisan kepada 25 orang Nias. Pada tahun 1890 jumlah orang Kristen telah meningkat menjadi 706 jiwa. Meskipun demikian, dalam masa itu telah diciptakan sarana-sarana yang memungkinkan perluasan di kemudian hari. Pertama, orang Kristen Nias telah belajar untuk ikut aktif mengabarkan Injil. Salah seorang tokoh Nias yang berperanan besar dalam usaha pI ialah kepala kampung, Ama Mandranga. Di samping itu, terdapat guru-guru serta penatua-penatua yang diangkat oleh zendeling. Pada tahun 1882 didirikan sebuah lembaga pendidikan guru. Tetapi menonjollah bahwa penduduk Nias kalau meminta tenaga penginjil, lebih mengharapkan kedatangan seorang zendeling bangsa Eropa daripada tenaga sesuku mereka. Namun, para zendeling sadar akan peranan penting pembantu-pembantu mereka itu, sehingga mereka tetap berupaya meningkatkan wewenang pembantu itu di mata orang Nias. Pun upaya supaya jemaat-jemaat Nias menjadi swadaya telah dimulai agak dini. Sarana yang hendak disebut terakhir ialah penerjemahan Alkitab dan buku-buku lain ke dalam bahasa Nias (Utara) oleh pekabar Injil H. Sundermann, dengan bantuan Ama Mandranga dan beberapa orang Nias lannya (Injil Lukas, 1874; PB, 1891).<br /><strong> </strong></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);"><strong>Perluasan 1891-1916</strong></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">Dalam masa 25 tahun berikutnya, usaha pI maju dengan lebih cepat dan sarana-sarana tersebut di atas diperluas. Sebelum perluasan wilayah kekuasaan Belanda berlangsung, zending sudah maju ke Nias Barat (1892) dan Tengah (1895). Sebaliknya, daerah Nias Selatan dan Utara baru dapat ditempati pekabar Injil setelah ditaklukkan oleh gubernemen. Jumlah orang Kristen meningkat dari 706 menjadi 20.000 pada tahun 1915. Sementara itu, para zendeling menambahkan pada jumlah para guru dan penatua menjadi hampir 500. Diciptakannya pula jabatan sinenge ("rasul"), yang melayani jemaat-jemaat yang tidak mempunyai sekolah. Pada tahun 1906 ditahbiskanlah pendeta Nias yang pertama. Terjemahan seluruh Alkitab selesai dicetak pada tahun 1913. Bidang kegiatan para zendeling luas sekali: mereka membangun jalan-jalan, mendirikan bank tabungan, membuka kebun-kebun kopi, semua dalam rangka melicinkan jalan bagi usaha pI dan meningkatkan daya ekonomi jemaat Kristen. Berkat usaha mereka di bidang kesehatan, jumlah orang Kristen meningkat oleh pertumbuhan alamiah (masih terlepas dari masuknya orang yang bukan Kristen), sedangkan jumlah penduduk pulau Nias dalam keseluruhannya menurun akibat penyakit-penyakit menular. Dalam pada itu, para zendeling masih kurang senang melihat keadaan jemaat secara batin: penyalahgunaan minuman keras, kekacauan di bidang perkawinan, keengganan untuk memberi sumbangan berupa uang atau benda bagi kehidupan jemaat, masih merajalela. Pun mayoritas orang Nias tetap menolak Injil. Kata seorang zendeling. "Saya merasa bagaikan ular yang berusaha menggigiti besi".</p><p style="color: rgb(51, 255, 51);"><strong>Kebangunan besar</strong></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">Lalu berlangsunglah gerakan yang, melihat luasnya dan sifatnya yang khas, boleh dikatakan unik (tiada bertanding) dalam sejarah Gereja. Gerakan itu bertolak di jemaat Helefanicha, dekat Humene. Pada tahun 1916 seorang anggota jemaat terpukau oleh Firman Tuhan yang telah didengarnya di gereja. Di dalam hatinya bertumbuh kesadaran bahwa dirinya tidak layak hadir di hadapan Allah dan bahwa karena dosanya tak mungkin ia masuk ke Kerajaan Allah, tetapi harus dibuang ke neraka. Oleh karena itu, orang tersebut menangis terus-menerus. Karena diduga sakit, teman-temannya membawa dia kepada zendeling di Humene. Tetapi zendeling itu berasal dari kalangan pietis di Jerman, sehingga gejala tersebut tidak asing baginya. Maka dinyatakannya bahwa orang yang bersangkutan bukannya sakit, apalagi sakit jiwa, melainkan berbuat demikian karena menyesali dosanya dan bahwa penyesalan itu telah dikerjakan Tuhan di dalam hatinya. Lalu ditegaskannya kepada orang itu, bahwa ia harus membenahi hubungannya dengan orang-orang yang terhadapnya ia telah bersalah. Tetapi ketika orang yang menyesal itu berbuat demikian maka orang lain, yang kepadanya dimintanya ampun, mulai menangis pula karena menyadari dosanya sendiri. Peristiwa itu terulang terus, sehingga makin banyak orang yang terkena. Para zendeling dan penghantar jemaat kewalahan melayani semua orang yang datang kepada mereka memohon bimbingan. Orang-orang itu baru menjadi tenang setelah dalam hati mereka mendapat tanda yang memastikan keampunan dosa kepada mereka. Setelah dengan demikian mereka dibebaskan dari beban dosa, wajah mereka bersinar karena gembira, dan mereka menempuh kehidupan baru.</p><p style="color: rgb(51, 255, 51);"><strong>Hasil-hasilnya</strong></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">Kebangunan yang berlangsung selama sepuluh tahun lebih itu membawa hasil besar bagi kehidupan jemaat, untuk perseorangan dan untuk persekutuan. Orang menghayati agama Kristen secara lebih mendalam; kabar kesukaan tentang keampunan dosa telah menjadi kenyataan hidup bagi mereka. Pergaulan antara sesama anggota jemaat menjadi santai, bebas, tidak lagi dibuat kaku oleh kenangan akan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan oleh anggota yang satu terhadap yang lain. Kehidupan persekutuan jemaat diperkaya, sebab, daripada bersikap pasif sambil menunggu tindakan penghantar jemaat, kini anggota jemaat ikut serta dalam segala macam kegiatan persekutuan. Berbagai karunia menyatakan diri, seperti karunia kenabian (1 Kor. 12:10), penyembuhan melalui doa, mimpi-mimpi, keadaan ekstatis. Lahirlah juga sejumlah besar lagu gereja yang baru. Orang melakukan doa syafaat yang satu untuk yang lain. Kuasa adat berkurang. Anggota jemaat bergairah mengabarkan Injil kepada yang belum menerimanya dan mereka ini tertarik pula oleh kehidupan jemaat yang penuh anugerah itu, sehingga jumlah orang Kristen berlipat ganda, dari 20.000 (1915) menjadi 85.000 (1929). Sejumlah anggota jemaat yang berbakat dan giat dapat diangkat menjadi sinenge (guru Injil). Haruslah diakui bahwa di tengah suasana yang penuh emosi itu adakalanya terdapat pula gejala-gejala yang negatif, seperti pembunuhan diri karena putus asa, pemusnahan barang karena hari akhirat dianggap sudah dekat, munculnya nabi-nabi palsu.</p><p style="color: rgb(51, 255, 51);"><strong>Hasil jangka panjang</strong></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">Sesudah sepuluh tahun, gerakan kebangunan yang besar itu mereda. Lalu dalam banyak hal keadaan semula berlaku kembali. Jemaat kembali menjadi pasif, kerelaan berkorban bagi kehidupan jemaat menghilang lagi, disiplin gereja perlu diterapkan lagi, adat kembali berkuasa di atas hukum Kristen (khususnya dalam hal mas kawin/jujuran yang terlalu tinggi). Dalam dasawarsa-dasawarsa yang kemudian, sebagian dari massa yang masuk Kristen malah memisahkan diri atau berhasil ditarik oleh misi Katolik. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh karena kecilnya jumlah para zendeling dan tenaga terdidik bangsa Nias, sehingga sebagian besar orang Kristen yang baru itu tidak sempat menerima pengajaran secara intensif tentang iman Kristen. Setelah luapan emosi berhenti, agaknya tidak ada pengetahuan serta pengalaman Kristen yang dapat menjadi patokan pada jalan yang ditempuh, sehingga kesimpangsiuran tidak bisa dielakkan. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa peristiwa kebangunan besar kebangunan besar (bahasa Nias: fangesa sebu´a) itu ada pula hasilnya yang tetap. Seperti yang dikatakan seorang Nias, "Injil yang tadinya baru sampai ke kulit kami, kini telah masuk ke dalam hati kami. Seandainya bapak-bapak meninggalkan kami pada tahun 1914 (tahun permulaan Perang dunia I), maka mungkin agama Kristen akan hilang lagi dari Nias. Kini Injil akan tetap tinggal di pulau kami."</p><p style="color: rgb(51, 255, 51);"><strong>Gereja berdiri sendiri (1930/40)</strong></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">Setelah gerakan kebangunan mereda, para zendeling mulai memikirkan kemandirian gereja. Pada tahun 1936 selesailah mereka merancangkan tata gereja. Lalu diadakan sinode Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) yang pertama (November 1936). Sinode itu menerima tata gereja yang telah dirancangkan. Keinginan Pengurus RMG di Barmen supaya semua pekabar Injil bangsa Eropa otomotis menjadi anggota sidang sinode dipenuhi; sebaliknya para zendeling menolak permintaan orang Kristen Nias, agar setiap distrik gereja diperbolehkan mengutus seorang tokoh masyarakat (seorang kepala suku) ke sinode sebagai anggota yang berhak penuh. Pada tahun 1940, semua zendeling bangsa Jerman ditawan oleh gubernemen (§ 41,42). Maka fungsi ketua sinode (Ephorus) diambil alih oleh serang pendeta Nias, bernama Atefona Harefa. pada tahun 1942, para pendeta Belanda yang telah menggantikan orang Jerman yang ditawan itu diinternir pula oleh penguasa Jepang. Maka gereja harus benar-benar berdiri sendiri. Barulah pada tahun 1951 seorang utusan zending dari Jerman (seorang dokter) kembali bekerja di Nias, disusul oleh sejumlah orang Eropa yang lain. Namun, kedudukan mereka ini berbeda dengan kedudukan para zendeling sebelum perang: mereka mendapat status "penasihat". </p><p style="color: rgb(51, 255, 51);"><strong>Gerakan kebangunan baru</strong></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">Setelah kebangunan mereda, rasa rindu akan terulangnya pengalaman yang hebat itu tidak pernah hilang lagi. Dalam tahun ´30-an, dan terutama pada masa perang yang penuh sengsara itu, timbullah gerakan-gerakan baru yang serupa. Hanya, yang menjadi pusat perhatian dalam gerakan-gerakan ini bukanlah pengampunan dosa, melainkan karunia-karunia Roh dan mukjizat-mukjizat. Terdapat karunia bercakap-bercakap dengan bahasa roh (karunia lidah); di dalam ibadah orang secara mendadak mulai gemetar atau berseru-seru (gejala ekstase). Daripada memperkuat persekutuan gereja, gerakan-gerekan ini mengoyak-ngoyakkannya, sebab menjadi biang perpisahan. Gelombang pertama gerakan kebangunan telah menjadikan BNKP sebagai gereja-rakyat di Nias, tetapi gelombang berikutnya merusak kesatuan gerejawi di pulau itu.</p><p style="color: rgb(51, 255, 51);"><strong>Gereja-gereja di samping BNKP</strong></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">Pada tahun 1933 gerekan Fa´awosa (=persekutuan) mulai memisahkan diri dari pimpinan zending (kemudian BNKP), karena penganutnya menganggap harus mematuhi suara yang langsung diterimanya dari Roh lebih daripada aturan gerejawi. Setelah melepaskan diri dari induk maka kelainan-kelainan yang muncul tidak mungkin lagi diimbangi pengaruh dari saudara Kristen yang berpendapat lain; akibatnya dalam gerakan Fa´awosa itu (yang kemudian pecah menjadi beberapa kelompok) unsur-unsur agama Kristen semakin tercampur dengan unsur-unsur Islam dan agama suku. Pada tahun 1946 berdirilah kelompok lain, yaitu Angowuloa Masehi Idanoi Niha (kemudian namanya diubah menjadi: Agama Masehi Indonesia Nias, kemudian lagi: Gereja Angowuloa Masehi Indonesia Nias, AMIN juga). Akar perpecahan ini bukanlah gerakan kebangunan, melainkan soal wewenang para kepala suku di dalam gereja, yang muncul pada tahun 1936 itu. Dalam gereja AMIN pengaruh kepala suku itu besar. Hal ini mengingat kita akan bentuk gereja dalam lingkungan suku-suku German di Eropa (tahun 500-1000). Pada tahun 1950 sekali lagi segolongan orang Kristen di Nias Barat memisahkan diri dari BNKP, dengan nama Orahua Niha Keriso Protestan (ONKP). Dalam hal ini soal kedaerahan memainkan peranan disamping unsur kebangunan. Di Nias Selatan, unsur kedaerahan itu ditampung juga oleh misi Katolik Roma, yang mulai bekerja di situ pada tahun 1939. Baik ONKP maupun gereja Katolik Roma kemudian meluas ke seluruh wilayah pulau Nias sambil menyaingi BNKP. Namun, pada akhir abad ke-20 BNKP tetap merupakan gereja mayoritas penduduk Nias, dengan jumlah anggota ± 325.000 (60% penduduk pulau Nias). Di antara gereja-gereja yang telah memisahkan diri dari BNKP, tiga telah diterima menjadi anggota PGI, yaitu AMIN (18.000 anggota), ONKP, dengan 60.000 anggota, dan Gereja Angowuloa Fa´awosa Kho Yesu (AFY, 32.000 anggota). Gereja Katolik Roma di Nias berjumlah 90.000 jiwa.</p><p style="color: rgb(51, 255, 51);"><strong>Kepulauan Batu, Mentawai</strong></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">Penduduk kepulauan Batu sebagian besar terdiri dari suku yang serumpun dan sebahasa dengan penduduk Nias. Usaha pekabaran Injil dimulai pada tahun 1889 oleh Lembaga pI Lutheran di Negeri Belanda (§ 30). Pada masa perang, gereja di situ berdiri sendiri di bawah pimpinan seorang kepala suku; seusai perang orang Kristen di Kepulauan Batu bergabung dengan BNKP. Mengenai permulaan karya pI di Mentawai terdapat kisah sebagai berikut. Menjelang tahun 1900, pimpinana RMG di Barmen mendapat kiriman sebilah tombak, yang disertai surat dari syahbandar Padang (seorang Belanda), "Dengan tombak ini orang Mentawai telah membunuh seorang awak kapal dagang. Penduduk pulau itu masih orang kafir yang buas semua. Masih berapa lama lagi sampai mereka sempat medengar Injil?" Dengan demikian RMG tergugah untuk mengutus seorang zendeling, August Lett (1901). Ia ini dibunuh pada tahun 1909, pada saat hendak mengantarai pertempuran yang mengancam antara penduduk Mentawai dengan pasukan Belanda (bnd. § 39). Dengan bantuan guru-guru serta pendeta-pendeta Batak, di masa kemudian berhasil didirikan sejumlah jemaat. Gereja Kristen Protestan Mentawai (GKPM) berdiri sendiri pada tahun 1968. Walaupun dihimpit oleh usaha yang kuat dari pihak Islam dan misi KR, namun kini (1997) gereja ini meliputi 75% penduduk Mentawai, yaitu 24.000 jiwa lebih.</p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">Artikel ini diambil dari :<br />End, Dr. Th. van den. 2001. Ragi Carita 2. PT BPK Gunung Mulia, Jakarta. Halaman 211-217. <br /></p><p><span style="color: rgb(51, 255, 51);">BY GAN</span><br /></p></td></tr></tbody></table>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-28036734808233233372009-10-05T01:03:00.000-07:002009-10-05T01:07:01.649-07:00IRAN AND INDONESIA<p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center; color: rgb(51, 255, 51);" align="center"><span style="font-size:100%;"><strong><span style=";font-family:Verdana;" >Iran Membunuh Dua Ulama Sunni</span></strong></span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center; color: rgb(51, 255, 51);" align="center"><span style="font-size:100%;"><strong><span style=";font-family:Verdana;" ><br /></span></strong></span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center; color: rgb(51, 255, 51);" align="center"><span style="font-size:100%;"><strong><span style=";font-family:Verdana;" > </span></strong></span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Ahlis Sunnah di Iran dihadang banyak tragedy serangan yang disasarkan terhadap mereka berupa tekanan, kedhaliman, dan pemusnahan dari arah rezim fanatisme </span><!--[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" spt="75" preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"> <v:f eqn="sum @0 1 0"> <v:f eqn="sum 0 0 @1"> <v:f eqn="prod @2 1 2"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @0 0 1"> <v:f eqn="prod @6 1 2"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="sum @8 21600 0"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @10 21600 0"> </v:formulas> <v:path extrusionok="f" gradientshapeok="t" connecttype="rect"> <o:lock ext="edit" aspectratio="t"> </v:shapetype><v:shape id="_x0000_s1026" type="#_x0000_t75" alt="" style="'position:absolute;" allowoverlap="f"> <v:imagedata src="file:///C:\Users\ph34r\AppData\Local\Temp\msohtml1\01\clip_image001.jpg" mce_src="file:///C:\Users\ph34r\AppData\Local\Temp\msohtml1\01\clip_image001.jpg" title=""> <w:wrap type="square"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]--><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >golongan</span><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >.ilustrasi eramuslim</span><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" > </span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" ><img class="alignright size-medium wp-image-326" title="clipboard01" src="http://www.nahimunkar.com/wp-content/uploads/2009/04/clipboard01-211x300.jpg" alt="clipboard01" width="211" height="300" /></span><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Penguasa Iran melancarkan pembunuhan atas dua Ulama besar Ahlis Sunnah</span><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" > di kota Zahran Iran</span><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" > dengan tuduhan keterlibatan keduanya dalam aksi kebangkitan untuk pergolakan Iran. Ekskusi mati itu berlangsung pekan lalu dalam rangka sarana terror untuk menakut-nakuti jama’ah-jama’ah Sunni penentang di daerah-daerah yang dihuni oleh kebanyakan dari Ahlis Sunnah. Koran Al-Jumhuriyyah </span><span style="font-size:100%;"><strong><span style=";font-family:";" dir="rtl" lang="AR-SA">الجمهورية</span></strong></span><span style=";font-family:";font-size:100%;" dir="rtl" lang="AR-SA" >“</span><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" lang="AR-SA" > </span><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >” Mesir menyebutkan bahwa dua orang alim yang telah diekskusi mati<span> </span>itu adalah Maulawi Khalilullah Zari dan Hafidh Shalahuddin Sayyidi</span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%; direction: rtl; unicode-bidi: embed; color: rgb(51, 255, 51);" dir="rtl"><span style="line-height: 150%;font-family:Verdana;font-size:100%;" dir="ltr" ><span> </span></span><span style="font-size:100%;"><strong><span style="line-height: 150%;font-family:";" lang="AR-SA">مولوي خليل الله</span></strong><strong><span style="line-height: 150%;font-family:Verdana;" dir="ltr" lang="AR-SA"> </span></strong><strong><span style="line-height: 150%;font-family:";" lang="AR-SA">زاري وحافظ صلاح الدين سيدي</span></strong></span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Dan pembunuhan terhadap kedua Ulama Sunni itu dalam rangka pengusiran abadi terhadap Ahlis Sunnah di Iran dan operasi pemberedelan politik, agama, dan informasi secara keras setelah revolusi Khumeini dimana Iran menegaskan pembersihan secara meluas terhadap buku-buku rujukan (referensi) agama yang Sunni (Ahlis Sunnah).</span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Ahlis Sunnah di Iran menghadapi banyak tragedy serangan yang disasarkan terhadap mereka berupa tekanan, kedhaliman, dan pemusnahan dari arah rezim fanatisme golongan di Iran, di antaranya pembunuhan terhadap pembesar-pembesar Ulama, penghancuran masjid-masjid, penutupan madrasah-madrasah Diniyyah, mengusir tokoh-tokoh agama (Islam Sunni) dan pelajar/ mahasiswa penuntut ilmu dengan menjauhkan mereka. Semua itu dilangsungkan dengan tujuan mencabut Ahlus Sunnah dan mewajibkan madzhab Syi’ah atas bangsa-bangsa di Iran yang Sunni dari suku Kurdi, Balusy, Turki, dan sebagian Arab lainnya secara paksa dan kekerasan, sebagaimana telah terjadi 5 abad yang lalu di mana Daulah Shafawiyah memaksa –dengan kerjasama dengan orang-orang salib— Iran untuk mensyi’ahkan dengan kekuatan pedang dan terror setelah tadinya bersahabat dan mempengaruhi di dunia Islam. </span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Perlu diketahui bahwa Ahlis Sunnah di Iran adalah jumlah mayoritas kedua setelah Syi’ah yang berkuasa dari segi jumlah penduduk dan jumlahnya mencapai 15-20 juta jiwa, tetapi mereka (Ahlis Sunnah) itu dilarang membangun masjid satu pun di seluruh kota di Iran Raya. Dan sesungguhnya Teheran adalah satu-satunya ibukota di dunia yang tidak terdapat di dalamnya masjid satu pun milik Ahlis Sunnah. Ini pada waktu yang di sana ditemui adanya berpulu-puluh gereja-gereja, kuil-kuil, dan sekolahan-sekolahan milik Nasrani, Yahudi, Hindu, dan Majusi. (</span><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >2009-04-09 14:06:33<a href="http://online.alarab.co.il/view.php?sel=00129619">http://online.alarab.co.il/view.php?sel=00129619</a>).</span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" > </span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"><span style="font-size:100%;"><strong><span style=";font-family:Verdana;" >Bagaimana di Indonesia</span></strong></span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Perlu diketahui, LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) di Jakarta, sebelum tahun 2000 telah menerbitkan buku tentang ratusan ulama yang dibantai di Iran zaman kekuasaan Khumeini, dan masjid-masjid Ahlis Sunnah yang dihancurkan di Iran. Daftar nama para Ulama Sunni yang dibantai dan masjid-masjid Sunni yang dihancurkan itupun dicantumkan dengan jelas disertai riwayat singkatnya.</span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Sebegitu ganasnya kebengisan Syi’ah di Iran terhadap para Ulama Sunni, Masjid-masjid Sunni; bahkan maraji’ (buku-buku rujukan/ referensi) Sunni pun dibersihkan alias dimusnahkan.</span><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" > Namun anehnya di Indonesia, perguruan tinggi Islam (negeri) dan Muhammadiyah justru menerima dengan <em>welcome</em> terhadap referensi dari Iran, bahkan Iran telah memiliki 12 Iranian Corner di perguruan-perguruan tinggi Islam (negeri) dan Muhammadiyah di Indonesia. Perpustakaan-perpustakan Iran di perguruan tinggi Islam di Indonesia yang berjumlah 12 temnpat itu alhamdulillah telah dimusnahkan oleh Allah Ta’ala yang satu Iranian Corner yaitu di UMJ (Universitas Muhammadiyah Jakarta) ketika terkena musibah jebolnya tanggul Situ Gintung di Cierendeu Tangerang Banten, Jum’at shubuh, 1 Rabi’ul Akhir 1430H/ 27 Maret 2009.</span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Rector UMJ tampak meratapi karena kerugiannya mencapai 9-10 miliar rupiah, di antaranya Iranian Corner itu. Kalau memang dia sayang-sayang terhadap Islam Sunni, maka barangkali mau mengingat Allah, mengakui bahwa jelas di antara upayanya itu adalah menyuntikkan kesesatan dan penyesatan. Sehingga kalau mau sadar, maka rector UMJ maupun Muhammadiyah justru perlu memikir ulang, menimbang-nimbang lagi, apakah tidak besar madharatnya dengan menerima Iranian Corner di berbagai Universitas Muhammadiyah itu. Namun kalau cara berfikirnya model mantan rector UMS Malang, Malik Fajar, apalagi hanya buku-buku dari Iran, sedang buku-buku dari Israel pun dia terima sejak kira-kira tahun 1995-an. Hal itu dikemukakan oleh seorang petugas ketika Menteri Agama yang lalu, dr Tarmidzi Taher, datang ke kampus Universias Muhammadiyah Malang.</span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Di antara perguruan Tinggi Islam<span> </span>yang memiliki<span> </span>Iranian Corner, menurut Majalah <em>Hidayatullah</em> April 2009 adalah: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Muhammadiyah Jakarta (alhamdulillah Iranian Corner di UMJ ini telah musnah terkena banjir Situ Gintung, red) Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. </span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Bisa dibayangkan, Yogyakarta, satu kota saja ada 3 Iranian Corner; yang satu UIN, yang dua Muhammadiyah (?). Tampaknya Muhammadiyah ini tidak kapok-kapoknya. Dulu yang menyambut baik kedatangan aliran sangat sesat, Ahmadiyah, itu juga Muhammadiyah, walau belakangan mengakui kesalahannya atas keterlanjuran selama itu berangkulan dengan Ahmadiyah. Namun pengakuan kesalahan itu tampaknya tidak diujudkan oleh generasi belakangan, bahkan terkesan ogah-ogahan dalam menghadapi Ahmadiyah bersama Muslimin yang bersemangat untuk meminta agar Ahmadiyah dibubarkan. Bahkan sebagian orang Muhammadiyah tampak bersuara membela. Ini aneh sekali.</span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Sebaliknya, kadang Muhammadiyah dalam kiprahnya, justru <em>nyerempet-nyerempet</em> hal yang tidak berguna, dan mengandung masalah. Seperti untuk mengadakan hajat Muktamar Muhammadiyah di Jogjakarta mendatang, akan dibesar-besarkan dengan kesenian kolosal dengan mempercayakan sebagai supervisinya kepada sutradara yang sedang bermasalah dengan Ummat Islam yakni Hanung Bramantyo. Acara itu sebagai berikut:</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1.3pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Menandai kesiapan Kota Jogja menyambut kegiatan akbar itu, 18 Juli mendatang, panitia akan menggelar pagelaran kolosal Langen Carita dengan tema ”Sumunaring Surya Cahyaning Nagari”. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1.3pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"> </p><p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1.3pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Rencananya, gelaran itu akan disajikan di Stadion Mandala Krida dengan melibatkan 3.000 pemain dari beberapa kelompok masyarakat. “Selain siswa-siswa SD, SMP,dan SMA, juga diikuti ortom Muhammadiyah diantaranya , IRM, IPM, Tapak Suci, Hisbul Wathan, Aisyiyah, NA, AMM, Pemuda Muhammadiyah,” terang Ketua Pelaksana Kegiatan Herman “Doddy” Isdarmadi.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1.3pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" ><br /></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1.3pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" > </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1.3pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Masyarakat, lanjut dia, juga akan diundang dalam acara ini. Setidaknya akan ada 60 ribu audience yang diundang. Kepada peserta diwajibkan berpakaian santri zaman dulu. Dalam pergelaran itu, akan digambarkan perjalanan Muhammadiyah. Pagelaran ini disutradarai Harsoyo dengan supervisi Hanung Bramantyo. (Radar Yogya [ Rabu, 08 April 2009 ]).</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1.3pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" ><span> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Sementara itu sebenarnya seperti apa Hanung itu. <span> </span>Berikut ini mari kita ulang sejenak:<span> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1.3pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Menurut Hanung, banyak protes yang ditujukan kepada dirinya di balik kesuksesan film <em><span style="font-family:Verdana;">Ayat-ayat Cinta</span></em>. Sebagian besar dari mereka adalah perempuan yang menganggap Hanung pro poligami dan <em><span style="font-family:Verdana;">Ayat-ayat Cinta</span></em> mencerminkan budaya patriarki yang merugikan kaum perempuan. Oleh karena itu, Hanung pun bergegas membuat film <em><span style="font-family:Verdana;">Perempuan Berkalung Sorban.</span></em></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1.3pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" ><em><span style="font-family:Verdana;"><br /></span></em></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1.3pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Nah, melalui film <em><span style="font-family:Verdana;">Perempuan Berkalung Sorban</span></em> inilah Hanung membayar hutangnya, dengan membuat film yang turut memperjuangkan tema-tema feminisme yang <em><span style="font-family:Verdana;">content</span></em>-nya sejalan dengan materi perjuangan para liberalis dan pegiat kesetaraan gender. Dalam bahasa sederhana, Hanung didukung oleh kalangan pro kesesatan. Jadi, Hanung –kalu berdaya nalar yang panjang– mestinya faham bila ada ulama yang menyesatkan karyanya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1.3pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" ><br /></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1.3pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Film <em><span style="font-family:Verdana;">Perempuan Berkalung Sorban</span></em> dibuat berdasarkan novel karya Abidah El Khalieqy yang pernah diterbitkan oleh Yayasan Kesejahteraan Fatayat dan </span><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >the Ford Foundation. Menurut Indra Yogi, The Ford Foundation terlanjur mempunyai citra yang tidak bagus. </span><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Di Indonesia, Ford Foundation pernah ikut menerbitkan sebuah buku berjudul <em><span style="font-family:Verdana;">Gagasan Islam Liberal di Indonesia: Pemikiran Neomodernisme Nurcholis Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahib, dan Abdurrahman Wahid</span></em> yang diterbitkan secara bersama antara Paramadina, Yayasan Adikarya Ikapi, di tahun 1999. Buku tersebut aslinya merupakan disertasi Greg Barton (1995) tentang kemunculan pemikiran liberal di kalangan pemikir Indonesia.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1.3pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" ><br /></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1.3pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Selain itu, menurut Indra Yogi, Ford Foundation merupakan donatur penting bagi International Center for Islam and Pluralism (ICIP). Antara lain donasi yang pernah disalurkan Ford Foundation kepada ICIP adalah berupa dana segar sebesar satu juda dolar Amerika (US$ 1,000,000), yang ditujukan untuk <em><span style="font-family:Verdana;">Web-based distance learning courses to enable adolescent and adult Muslims in poor communities to continue their secular education</span></em>. (Kursus jarak jauh melalui situs internet yang memungkinkan orang Islam dewasa yang berasal dari komunitas miskin untuk melanjutkan pendidikan sekularnya).</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1.3pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" ><br /></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1.3pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Menurut catatan Adian Husaini, ICIP merupakan salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang sangat aktif menyebarkan paham Pluralisme Agama di pondok-pondok pesantren, juga aktif menyebarkan paham kesetaraan gender. Salah satu tokoh beken dari ICIP adalah Syai’i Anwar.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1.3pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" ><br /></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1.3pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Jadi, pendukung utama Hanung di dalam membuat film <em><span style="font-family:Verdana;">Perempuan Berkalung Sorban</span></em> ini adalah mereka yang selama ini aktif membela-bela kesesatan, antara lain Musdah Mulia. Sebagai aktivis kesetaraan gender, Musdah tidak setuju dengan seruan boikot yang dikumandangkan Ali Mustafa Yakub. Karena, menurut Musdah, film <em><span style="font-family:Verdana;">Perempuan Berkalung Sorban</span></em> justru mengungkapkan realitas penindasan terhadap perempuan dengan mengatasnamakan agama. (nahimunkar.com, <span class="post-date"><span style="font-family:Verdana;">February 10, 2009</span></span> <span class="post-time"><span style="font-family:Verdana;">8:46 pm</span></span> <span class="post-author"><span style="font-family:Verdana;">admin</span></span> <span class="post-cath"><span style="font-family:Verdana;"><a title="View all posts in Artikel" href="http://www.nahimunkar.com/?cat=14">Artikel</a>, </span></span><strong><span style="font-weight: normal;font-family:Verdana;" >Fenomena Sinetron dan Film Indonesia Bertendensi Merusak Citra Islam).</span></strong></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 1.3pt 0.0001pt 54pt; text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" > </span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"><span style="font-size:100%;"><strong><span style=";font-family:Verdana;" >Aktif di Lembaga Iran</span></strong></span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Kembali tentang Syi’ah di Indonesia, lebih dari itu, Iran memiliki lembaga pusat kebudayaan Republik Iran, ICC (Islamic Cultural Center), berdiri sejak 2003 di bilangan Pejaten, Jakarta Selatan. Dari ICC itulah didirikannya Iranian Corner di 12 tempat tersebut, bahkan ada orang-orang yang aktif mengajar di ICC itu. Menurut Majalah <em>Hidayatullah</em> yang mewawancarai pihak ICC, di antara orang-orang yang mengajar di ICC itu adalah kakak beradik: Umar Shihab ( salah seorang Ketua MUI –Majelis Ulama Indonesia Pusat–?) dan Prof Quraish Shihab (mantan rector IAIN Jakarta dan Menteri Agama zaman Soeharto selama 70 hari, pengarang tafsir Misbah), Dr Jalaluddin Rakhmat, Haidar Bagir, dan O. Hashem penulis produktif yang meninggal akhir Januari 2009. Begitu juga sejumlah keturunan <em>alawiyin </em><span> </span>atau habaib, seperti Agus Abu Bakar al-Habsyi dan Hasan Daliel al-Idrus.</span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Di samping itu banyak tokoh Islam Indonesia yang diundang untuk berkunjung ke Iran, kemudian <em>ngomongnya</em> sudah <em>pelo</em>, ada yang menganggap perbedaan Syi’ah dengan Sunni bukan perbedaan principal dan sebagainya. Tanpa malu-malu mereka telah menjilat Iran, padahal negeri itu adalah pembantai Ulama-ulama Sunni, bahkan penghancur masjid-masjid dan kitab-kitab rujukan Sunni. </span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Syi’ah di Iran yang memusnahkan Ahlis Sunnah itu di Indonesia berpenampilan seakan lemah lembut. Hingga banyak kaum ibu yang tertarik ikut ke pengajian-pengajian mereka. Bahkan Syi’ah merekrut para pemuda untuk diberi bea siswa untuk dibelajarkan ke Iran. Kini ada 300-an mahasiswa Indonesia yang dibelajarkan di Iran, disamping sudah ada 200-an yang<span> </span>pulang ke Indonesia dengan mengadakan pengajian ataupun mendirikan yayasan dan sebagainya. Di antaranya seperti ditulis Majalah <em>Hidayatullah:</em></span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Sekembalinya ke tanah air, para lulusan Iran ini aktif menyebarkan faham Syi’ah dengan membuka majelis taklim, yayasan, sekolah, hingga pesantren. Di antaranya Ahmad Baraqbah yang mendirikan Pesantren al-Hadi di Pekalongan (sudah hangus dibakar massa), ada juga Husein al-Kaff yang mendirikan Yayasan Al-Jawwad di Bandung, dan masih puluhan yayasan Syi’ah lainnya yang tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.</span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Menurut pusat data lembaga penelitian Syi’ah di Yogyakarta, Rausyan Fikr, seperti disampaikan dalam makalah yang ditulis oleh Pengurus wilayah Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Yogyakarta, AM Safwan, pada tahun 2001, terdapat 36 yayasan Syi’ah di Indonesia dengan 43 kelompok pengajian. Sebanyak 21 yayasan/ kelompok pengajian di tingkat provinsi, dan 33 yayasan/ kelompok pengajian di tingkat kabupaten. Kota.</span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Tidak hanya melalui pengajian, upaya penyebaran paham Syi’ah juga gencar dilakukan melalui penerbitan buku. Menurut hasil hitungan Rausyan Fikr, hingga Februari 2001 saja, tidak kurang 373 judul buku mengenai Syi’ah telah diterbitkan oleh 59 penerbit yang ada di Indonesia.<span> </span>(Majalah Hidayatullah, Rabi’ul Tsani 1430H/ April 2009, halaman 29).<span> </span></span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Itu belum kerjasamanya dengan para pengusung bid’ah dan bahkan pihak gereja. (lihat nahimunkar.com, <em>Kelompok Sesat Syiah “Mengaji’ ke Gereja,</em><span> </span>January 15, 2009 3:51 am admin Artikel). Pada 10 Muharram 1430 H, al-hamdulillah pihak MUI bersama pengurus dan pegiat Masjid At-Taqwa di Cirebon Jawa Barat bekerjasama dengan Polisi berhasil membatalkan akan diselenggarakannya haul Imam Husein di Masjid At-Taqwa. Acara haul itu menghadirkan seorang petinggi NU (Nahdlatul Ulama), Said Agil Siraj. Namun acara itu tetap diselenggarakan dengan dialihkan ke Keraton Kasepuhan, dan dikhabarkan, Said Agil Siraj marah-marah dengan adanya pembatalan di Masjid At-Taqwa ini. </span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style="font-size:100%;"><em><span style=";font-family:Verdana;" >Lhah,</span></em></span><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" > kenapa marah-marah? Padahal, pendiri NU sendiri, KH Hasyim Asy’ari adalah orang yang tidak mau adanya Haul (peringatan tahunan orang meninggal). Al-Marhum Pak ‘Ud (Yusuf Hasyim) putera Hasyim Asy’ari sendiri pernah penulis dengar, mengakui bahwa bapaknya (Hasyim Asy’ari) memang tidak mau adanya haul. <em>Kok</em> sekarang, generasi belakangan, justru bukan hanya mengadakan haul, tetapi haul dengan berbau-bau Syi’ah lagi. Ini mestinya dari kalangan NU perlu meluruskannya kembali, agar tidak semakin kebablasan. Yakni bid’ah plus aliran sesat,<span> </span>itu saja Syi’ah ini adalah induk dari aneka kesesatan.</span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Dari kenyataan itu, Syi’ah di Iran sebegitu ganasnya dalam membunuhi Ulama Sunni, menghancurkan masjid-masjid Sunni, dan membersihkan kitab-kitab rujukan Sunni. Tetapi di Indonesia justru lembaga-lembaga perguruan tinggi Islam negeri dan Muhammadiyah mendirikan Iranian Corner di 12 tempat, masih pula sebagian tokoh Ormas Islam besar lainnya yang justru mengklaim bahwa merekalah yang Ahlus Sunnah ternyata tampak mengais-ngais proyek atau kegiatan dari Syi’ah. Sambil sesekali berkilah bahwa ada tradisi-tradisi NU yang dari Syi’ah. </span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Apa sebenarnya yang mereka bela? </span></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;" >Semoga Allah menunjuki hamba-hamba-Nya yang ingin menegakkan agama-Nya yang bersifat memberantas kesesatan, apalagi induk kesesatan yang membenci kebenaran. Dan semoga Allah menghindarkan Muslimin yang teguh dari aneka bujukan dan rayuan para penyesat yang kini di Indonesia merasa mendapatkan angin longgar hingga ada yang duduk di MUI, perguruan tinggi Islam, ormas-ormas Islam dan lembaga<span> </span>lainnya.</span></p><p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style="font-size:100%;"><br /></span></p><p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: right; text-indent: 27pt; color: rgb(51, 255, 51);"><span style=";font-family:Verdana;font-size:10pt;" ><span style="font-size:100%;">BY GAN</span><br /></span></p>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-63031167958203950882009-10-05T00:51:00.000-07:002009-10-05T00:55:37.675-07:00BAGAIMANA NEGERI INI ?<p style="color: rgb(51, 255, 51);">1. Kasus etnis Dayak Madura di Kalbar-Kalteng<br /></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);"> Teori agresivitas lebih cocok adalah pemicu atau korek api utk menyalakan<br />api unggun yg sudah disediakan banyak lengkap dgn minyak tanahnya. Kesalahan<br />kalau kita mau cari sumber salahnya, lebih tepat dilamatkan ke Pemda<br />setempat yg tidak belajar2 juga padahal sudah ada kasus Sambas sebelumnya.<br />Teori KY atau KIKEN YOCHI dalam management QA(Quality Assurance) perusahaan<br />Jepang seharusnya dapat diterapkan Pemda setempat. KY yg artinya Danger<br />Forecasting atau kemampuan yg disyaratkan kpd karyawan agar dapat<br />mengantisipasi bahaya dalam kerja (berkaitan dgn safety at work) atau<br />preventive action sebelum menghasilkan product NG atau scrap yg akan<br />merugikan perusahaan. Kesalahan penempatan etnis Madura dalam pemerintahan<br />setempat yg cukup berpengaruh dalam decision making dirasakan outputnya<br />sekarang2 ini yg banyak merugikan suku Dayak yg memang kelihatannya<br />cenderung pasif dalam pelaksanan pemerintahan. Puncaknya dirasakan dimana<br />perangkat atau aparat hukum ternyata tidak cukup memberikan warning kpd<br />etnis Madura yg cenderung demonstratif seperti suka membawa2 clurit atau<br />golok tanpa ada peringatan secara hukum atau dilarang sekalipun. Akibatnya<br />adalah si Madura akan cenderung natural atau feel home dgn kebiasaan tsb.<br />Ditambah dgn tindak tanduk atau kebiasaan hidup suku ini yg cenderung suka<br />memaksa dan 'main keroyok' dalam kepentingan tertentu (dan ini sering<br />'direstui' Pemda setempat) terjadilah akumulasi emosi ini. Hasilnya adalah<br />kerusuhan massa yg kita lihat, yg katanya Madura memulai selama 3 hari<br />lantas dibalas oleh suku Dayak dgn aksi turun gunung dan aksi2 yg kita kenal<br />dgn ethnic cleansing itu.<br /></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">2. Kasus Ambon-Maluku<br /></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);"> Identik dgn kasus Sampit-Sambas. Kesalahan dimulai dari penempatan<br />kebablasan berdasarkan teori proporsional Habibie yg tidak proporsional itu.<br />Penempatan orang2 non kristen yg membabi buta di jajaran pemda maupun dirjen<br />kementrian/ BUMN tanpa mempertimbangkan latar belakang pendidikan dan<br />pengalaman dari disiplin yg ada menyebabkan kerusakan total tatanan sosial<br />budaya ug sudah mapan di Ambon dan Maluku. Kita masih ingat betapa bersihnya<br />kota Ambon di masa dulu membuktikan efektifnya pemda Ambon/maluku. Policy<br />sektarian ala HMI dan ICMI pada era akhir Soeharto terutama era Habibie<br />menyebabkan benih2 atau cikal bakal friksi antar etnis menjadi demikian<br />tense. Agresivitas dari kisah sopir angkot (kristen) vs preman pemeras<br />(muslim) hanya pemicu saja. Ditambah ramuan rekayasa (patent ORBA) jadilah<br />kue kerusuhan yg telah banyak memakan nyawa baik orang Maluku sendiri<br />(kristen/islam) maupun dari Jawa-Sumatera (Laskar Jahad). Sekali lagi bukan<br />karena isu islamisasi!<br /></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">3. Kasus Mei 98 / Pembakaran-perusakan gereja<br /></p><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Rasanya terlalu dangkal menimpakan persoalan pada agresivitas semata utk </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> kasus di atas. Agresivitas sendiri ada yang positif dan negatif. Kalau atas </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> dasar agresivitas (mending kalau yg negatif) lalu orang boleh </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> merusuh-menjarah-membakar-memperkosa, terlalu dangkallah tuduhan ini hanya </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> karena argumen agresif. </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Agresivitas negatif misalnya sifat2 demonstratif menenteng celurit atau </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> golok yg sering diperlihatkan etnis Madura ataupun laskar2 tertentu yg </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> membawa2 nama agama. Ini jelas mengundang sikap antipati massa. Ada lagi </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> misalnya agresifitas membakar atau merusak cafe atau tempat hiburan padahal </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> ada perangkat hukum yg mengaturnya. Ini juga menimbulkan kecaman masyrakat. </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Ada lagi sikap agresifitas yg cenderung dilakukan massa mayoritas misalnya </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> massa yg keluar dari sholat Jum'atan. Mereka cenderung menghalangi jalan </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> atau bahkan menutup jalan dgn alasan dipakai utk acara sholat. Atau </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> tindakan2 tdk bertanggung jawab lainnya dilakukan massa walaupun baru saja </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> selesai sembahyang. Lantas, sikap sikap agresifitas seperti ini boleh </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> dibalas dgn pembakaran-kerusuhan? </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Agresivitas suku Cina Indonesia saya rasa berbeda perspektifnya dgn kasus2 </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> di atas. Eksklusif, saya akui mungkin. Sebagian besar chinese di seluruh </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> dunia, dari ononya cenderung individualistis. Saya rasa seluruh bangsa di </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> duniapun cenderung eksklusif atau cenderung memilih habitatnya sendiri jika </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> disuruh memilih. Kita bisa lihat ada China town, kampung Arab, Belanda </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Depok, kampung Melayu dsb. Exclusiveness saya rasa bukan dosa besar. Ini </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> lebih tepat saya rasa HAM orang utk bersikap eksklusif. Tidak bisa orang </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> bersikap ekslusif lantas kita boleh membakar-merusuh atau memperkosa orang2 </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> demikian. Lagipula, kalau kita sudah mapan, biasanya orang cenderung </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> memagari kehidupannya. Seperti kita lihat pemukiman Menteng, Pondok Indah, </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Pantai Mutiara dsb. Mereka eksklusif karena mampu dan berhak utk itu. So why </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> fussy about that? </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Agresif Cina? Agresif utk ulet, hidup layak saya rasa2 sah2 saja dan HAM </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> orang sekali lagi. Saya paling tidak menyukai teori kecemburuan sosial sbg </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> alasan kerusuhan-pembakaran atau pembersihan etnis. Lebih tepat iri hati dan </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> dengki saya rasa buat orang2 perusuh yg tidak menyukai kesuksesan orang </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> lain. Masalahnya adalah, whenever you vandalized some people esp. if they </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> are chinese, you are free to walk without being punished. So jadilah </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> vandalism thd suku ini. Bukan agresifitas ataupun ekslusif. Kalau ekslusif </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> saja alasannya, kok Blok M-Menteng-Pondok Indah tidak kena kerusuhan. Get </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> real man! </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Pembakaran gereja? Karena agresifitas aktivitas kristenisasi? Lantas dakwah </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> itu apa? Kenapa orang tidak boleh berdakwah kpd orang lain? Kalau saya ada </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> menemukan jalan keluar dari satu gedung yg sedang terbakar,bolehkah saya </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> beritahu orang lain ada pintu keluar? Lantas saya dibakar atau diserang </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> karena saya memberitahukan hal tsb? Minggu lalu ada berita satu gereja di </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> satu tempat di Bekasi dilarang oleh 'warga setempat' karena mengganggu </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> masyarakat setempat kerena kebisingan suara yg ditimbulkan. Lho, bising mana </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> sama azan subuh-lohor-magrib-asar yg tidak pernah diukur desibelnya itu? Be </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> fair lah. Agresifitas membagikan sembako dikatakan membeli iman. Melakukan </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> konsultasi medis gratis dikatakan melakukan kristenisasi terselubung. Tidak </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> melakukan kegiatan, dikatakan tidak peka pada kesulitan masyarakat setempat. </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Pokoknya salah terus! Tetapi inti diskusi kali ini, tindakan2 yg mungkin </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> over rajin melakukan penginjilan sehingga menimbulkan gesekan2 sensitif pada </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> tingkat grass root, perlu diingatkan atau diberitahu. Tapi jangan dibalas </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> dgn pengrusakan-pembakaran-pembunuhan-pemusnahan gereja. Jangan jadikan </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> agresifitas sebagai alasan pembenaran pengrusakan rumah ibadah, AGAMA </span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> MANAPUN!</span><br /><br /><div style="text-align: right;"><span style="color: rgb(51, 255, 51);">BY GAN</span><br /></div>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-75376787972079467162009-10-05T00:36:00.000-07:002009-10-05T00:40:29.088-07:00PERISTIWA AMBON<pre><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Keterlibatan pihak asing bukan cerita baru.</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Ada upaya jadikan Ambon Timor Timur kedua.</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" > </span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Hampir tak ada wilayah aman di Malu-ku Utara. Kali ini di desa</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Gorua. Siang itu, Kamis (30/12), dengan peralatan perang</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >seadanya warga muslim desa Gorua ber-tarung mati-matian</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >menahan gempuran ratusan pasukan Nasrani. Puluhan pemuda dan</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >orang tua mempertaruhkan nyawa dan kehormatan menahan gempuran</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >mematikan pasukan merah yang dipimpin oleh pdt Soselisa dan J.</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Huwae (mantan Camat Tobelo). Pertempuran berlangsung tak</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >seimbang. Pertahanan warga muslim akhirnya bobol. Menurut</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >catatan Posko Peduli Umat, penyerbuan itu mengakibatkan</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >hancurnya masjid al-Muttaqin dan syahidnya 30 warga muslim</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >dengan tubuh dicincang.</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" > </span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Dalam perjalanan ke desa Gorua, dengan pengeras suara J.</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Soselisa meneriakan kata-kata yang tak bisa dilupakan oleh</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >warga muslim: "Orang Islam Indonesia harus dihabiskan karena</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >bikin kotor. Jangan takut, maju terus, karena ada bantuan dari</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Belanda, Inggris dan Australia. Jadikan Tobelo sebagai Israel</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >kedua. Tokoh-tokoh Islam Gorua harus ditangkap hidup-hidup,</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >seperti H. Abdurahim, H. Ahmad (Imam Gorua), dan H. Husni</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Hakim ..."</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" > </span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Benarkah ada keterlibatan negara-negara yang diteriakkan J.</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Sosulisa itu?</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" > </span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Sulit dibuktikan. Namun, kecurigaan adanya kekuatan asing yang</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >bermain dalam konflik berdarah itu juga sulit untuk dinafikan.</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Di awal-awal kerusuhan Ambon misalnya, ditemukan sejumlah</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >senjata api dalam suatu pengiriman peti mati dari negeri</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Belanda. Berbarengan dengan ditemukannya dokumen RMS (Republik</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Maluku Selatan). Namun, karena kelalaian kaum muslimin,</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >dokumen itu diserahkan ke aparat tanpa sempat digandakan.</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" > </span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Hawa keterlibatan asing terasa dengan banyaknya selundupan</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >senjata ke wilayah kon-flik itu. Pertengahan Desember lalu,</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >tim sweeping gabungan TNI dan Polri ber-hasil meringkus</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >pemasok amunisi, granat dan meriam di Pelabuhan Lantamal</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Halong. Para pemasok yang berhasil disergap itu ialah Sony</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Salakory, Monalisa Palapessy dan Johanis Tenlima. Disinyalir</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >penyelundupan senjata itu sudah berlangsung lama.</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" > </span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Maraknya penggunaan senjata juga terlihat dari korban-korban</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >tewas yang umumnya terkena tembakan peluru tajam. "Sebagian</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >besar korban meninggal dari pihak muslim karena terkena</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >tembakan," kata dr Joserizal Jurnalis, petugas medis dari</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) yang pernah</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >bertugas di Ambon kepada SAKSI. "Anehnya, umumnya tembakan</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >tepat di kepala," imbuh Joserizal keheranan.</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" > </span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Ihwal keterlibatan asing diamini oleh Tamrin Amal Tamagola.</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Saat pecah pertempuran Islam-Nasrani di Maluku Utara, ia</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >mendapat kabar bahwa pesawat helikopter milik Australia yang</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >bolak-balik di kawasan itu. Pesawat itu diketahui milik PT</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Nusa Halmahera Minerals (NHM), perusahaan tambang emas di</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Malifut, Halmahera. Pihak muslim mencurigai helikopter itu</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >menyelundupkan senjata dari Belanda bagi kelompok Nasrani</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >lewat para pekerja asal Australia di NHM.</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" > </span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Namun, Tamrin menyangsikan bila ber-bagai aksi itu dilakukan</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >RMS. "Saya tak percaya. RMS sudah mati," ujar sosiolog UI asal</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Maluku Utara ini.</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" > </span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Pemerintah Australia secara resmi telah membantah tudingan</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >bahwa warga negaranya menjadi perantara pasokan senjata ke</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Maluku Utara. Demikian pula dengan pemerintah Belanda. Dalam</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >keterangan persnya, Menlu Jozias van Aarsten membantah tuduhan</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >bahwa warga Belanda keturunan Maluku memasok senjata kepada</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >kelompok tertentu di Maluku. Pemerintah Belanda, katanya,</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >mendukung rekonsiliasi.</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" > </span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Berbeda dengan keterangan Aarsten, sebuah harian Belanda,</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Volkskrant, memuat pernyataan mengejutkan dari tokoh-tokoh</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Maluku di negeri kincir angin itu. Dalam edisi Rabu (12/1),</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >harian berpengaruh itu mengutip imbauan seorang warga Maluku.</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >"Orang-orang Maluku di Belanda agar mengumpulkan dana untuk</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >membeli senjata untuk dikirim ke Maluku demi membantu</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >christian brothers en sisters dalam pertempuran melawan</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >muslim," tulis Volkskrant. Desakan untuk mengirim senjata itu</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >diperuntukkan bagi daerah-daerah yang mereka sebut</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >'benteng-benteng Nasrani yang terancam'. Warga Maluku lain</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >yang berasal dari Bovensmile menyampaikan informasi yang</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >diterima dari rekannya di Ambon, bahwa pejuang-pejuang nasrani</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >telah dibantai oleh muslim yang bekerjasama dengan TNI. Warga</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Ambon itu meminta untuk segera dikirim senjata, "sehingga</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >setidaknya bisa mati secara terhormat."</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" > </span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Informasi yang bertolak belakang juga disampaikan oleh warga</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Maluku asal Moordrecht. Ia menyatakan, dirinya tidak bisa</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >membiarkan orang-orang Nasrani di Maluku dibantai begitu saja</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >oleh warga muslim. Bila mereka tidak membantu supaya</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >pertempuran berimbang, maka kelak orang Nasrani di Maluku tak</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >tersisa.</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" > </span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Setelah konflik berlangsung hampir satu tahun, pihak Nasrani</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >berharap keterlibatan pihak asing sebagai penengah. PGI</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >(Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia) mendesak pemerintah</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >mendatangkan pasukan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) untuk</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >penyelesaian konflik di Maluku. Alasannya, TNI sudah memihak</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >kelompok Islam. "Sekarang ini sering terjadi</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >penembakan-penembakan dan bom oleh tentara yang diikuti oleh</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Islam di belakangnya," ujar Pdt Dr Josefh M Pattiasina,</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Sekretaris Umum PGI kepada SAKSI.</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" > </span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Menurut Pattiasina, jika pasukan PBB tidak segera didatangkan</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >bisa terjadi pemusnahan orang-orang Maluku. "Di Pulau Buru</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >jemaat kita sudah habis dibabat oleh Islam," ujar nya.</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Sebaliknya, Tamrin Amal menolak kedatangan pasukan asing,</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >karena hal itu bertentangan dengan kedaulatan negara. "Konflik</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >maluku adalah persoalan internal Indonesia," tegasnya.</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Mungkinkah desakan PGI itu sebagai upaya internasionalisasi</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >masalah Maluku sebagaimana Timor-Timur? Belum ada data pasti.</span><span style="font-size:130%;"><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >Tapi, bila itu benar, kewajiban kita un-tuk mencegahnya.</span><span style="font-size:130%;"><br /><br /></span><span style="color: rgb(51, 255, 51);font-size:130%;" >BY GAN</span><br /></pre>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-85866519505971479992009-10-05T00:32:00.000-07:002009-10-05T00:36:02.065-07:00Tidak Ada Pemusnahan Umat Kristen Di Indonesi?<span style="color: rgb(51, 255, 51);">Kerusuhan di Tanah Air:</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);" class="judul"></span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">PAKAR Etika Politik, Franz Magnis-Suseno SJ yang juga rohaniawan Katolik berupaya meyakinkan masyarakat Jerman bahwa tidak benar tuduhan pengamat asing bahwa di Indonesia sedang terjadi pemusnahan sistematis umat Kristen oleh kaum Islam.</span><br /> <br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> "Data menunjukkan bahwa dari sekitar 10.000 korban meninggal dan ratusan ribu pengungsi dalam kasus Maluku, dua pertiga korban adalah warga muslim dan hanya sepertiganya umat Kristen," katanya dalam ceramah di depan publik Jerman, di Hamburg, Senin (25/02).</span><br /> <br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Hal tersebut ditulis dalam siaran pers Konsulat Jenderal RI (KJRI) Hamburg, Jerman, yang diterima ANTARA Brussel, Senin sore (Selasa WIB).</span><br /> <br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Menurut dia, kerusuhan berantai di Situbondo, Tasikmalaya, Jakarta, Kupang, Halmahera, tidak dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk menyimpulkan bahwa di Indonesia sedang terjadi pemusnahan umat Kristiani oleh umat Islam.</span><br /> <br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Magnis dalam ceramah bertema "Islam in Wirtschaft und Gesselschaft in Sudostasien" (Islam Dalam Ekonomi dan Kehidupan Bermasyarakat di Asia Tenggara), mengatakan latar belakang dan akar konflik SARA di Indonesia yakni</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> ketidakpuasan, kekecewaan, perasaan terluka, dikhianati, dan dilecehkan selama bertahun-tahun dibawah rejim Soeharto.</span><br /> <br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> "Pemerintahan rejim Soeharto telah berhasil menurunkan angka kemiskinan absolut dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia bagi kemakmuran bangsa, tetapi gagal total dalam menciptakan keadilan sosial," katanya.</span><br /> <br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> "Pemerintahan rejim Soeharto membungkam semua pengeritik dan lawan politiknya dengan tuduhan komunis, anti pembangunan, dan anti Pancasila, yang pada akhirnya telah melahirkan sebuah masyarakat yang bungkam," kata gurubesar dan pimpinan Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Driyakara, Jakarta.</span><br /> <br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Acara tersebut terselenggara atas kerjasama antara Institut fur Asienkunde (Institut untuk Studi Asia), Ostasiatische Verein eV (Perkumpulan Asia Timur), Seminar fur Indonesische und Sudseesprachen (Jurusan Bahasa Indonesia dan Austronesia), Deutsch-Indonesische Gesselschaft (Lembaga Persahabatan Jerman-Indonesia) dan Deutch-Malaysische Gesselschaft (Lembaga Persahabatan Jerman-Malaysia).</span><br /> <br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Ceramah tersebut dihadiri oleh masyarakat Jerman, dan kalangan akademisi, pemerhati masalah Indonesia dan Asia Tenggara, pengamat militer Indonesia, dan kalangan dunia usaha.</span><br /> <br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Lebih lanjut Magnis mengatakan seluruh masyarakat Indonesia berkeinginan untuk hidup berdampingan secara damai dengan meningkatkan dialog antar umat beragama.</span><br /> <br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Ia kemudian mencontohkan, sejumlah anggota dari kelompok Banser NU telah turut mengamankan gedung gereja dan jalannya ibadah warga Kristen, ketika terjadi serangan atas sejumlah gereja di Jawa dan Sumatera pada 2001. </span><br /> <br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Fakta ini agaknya tidak terpublikasi oleh media massa Jerman. Fakta lainnya, ada seorang anak muda yang juga anggota Banser NU telah menyelamatkan umat Kristen di sebuah gereja di Jawa Timur.</span><br /> <br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Anak muda itu membawa lari keluar bom yang ditemukan di dalam gereja. Bom itu akhirnya meledak kemudian menewaskan dirinya, namun warga Kristen di dalam gereja berhasil diselamatkan.</span><br /> <br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Ketika beberapa kelompok muslim radikal di Indonesia tahun lalu mengancam akan melakukan aksi "sweeping" terhadap warga AS serta kepada umat Kristen, maka pimpinan Muhammadiyah Prof Maarif menyatakan diri sebagai orang pertama yang berdiri di depan membela warga Kristen.</span><br /> <br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Contoh lain yang tidak terpublikasi media massa Jerman, kata Magnis-Suseno, bahwa NU dan Muhammadiyah sepakat untuk menolak penerapan syariah Islam sebagai hukum positif di Indonesia.</span><br /><br /><div style="text-align: right;"><span style="color: rgb(51, 255, 51);">BY GAN</span><br /></div>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-65205897801415379942009-10-05T00:16:00.000-07:002009-10-05T00:23:47.504-07:00PEMUSNAHAN PAPUA BARAT<a style="color: rgb(51, 255, 51);" class="katakunci">Buku:</a><br /> <a style="color: rgb(51, 255, 51);" class="judulberita">Rumpun Melanesia Korban Pemusnahan Etnis</a><br /><br /> <a style="color: rgb(51, 255, 51);" class="isiberita"><img src="http://www.jurnalnet.com/file/popular/resensi/Buku%20Pemusnahan%20Etnis%20Melanesia%20%28kecil%29.jpg" align="right" border="0" /><br />Judul Buku : Pemusnahan Etnis Melanesia; Memecah Kebisuan Sejarah Kekerasan di Papua Barat<br />Penulis : Socratez Sofyan Yoman<br />Penerbit : Galang Press, Yogyakarta<br />Cetakan : I, Desember 2007<br />Tebal Buku : 473 Halaman<br /><br />"Papua Barat adalah suatu wilayah yang sangat memprihatinkan karena penduduk pribumi dalam keadaan bahaya pemusnahan." – Mr. Juan Mendez (Penasehat Khusus Sekjen PBB Bidang Pencegahan Pemusnahan Penduduk Pribumi).<br /><br />Fenomena kekerasan yang menimpa Rumpun Melanesia di Papua Barat dapat digolongkan dalam pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat. Sebab, kekerasan, intimidasi, eksploitasi, pemerkosaan, hingga pembunuhan penduduk asli Papua Barat itu melanggar nilai-nila kemanusiaan. Pelanggaran itu tidak hanya berbentuk kekerasan fisik, tetapi juga berbentuk kekerasan budaya, ekonomi, politik, hingga agama. Ada anggapan bahwa Aneka kekerasan yang dilakukan oleh Indonesia terhadap penduduk asli Papua Barat bukan tanpa sengaja, melainkan justru merupakan rekayasa politik pemerintah Indonesia untuk menguasai pulau "cenderawasih" tersebut.<br /><br />Terlepas benar atau tidak anggapan itu, yang jelas, besarnya hasrat Indonesia untuk menguasai tanah Papua Barat telah memarjinalisasi dan menindas Rumpun Melanesia. Saat ini, Eksistensi etnis Melanesia di Papua Barat terancam musnah (punah). Mereka telah menjadi orang nomor dua di negerinya sendiri (Indonesia).<br /><br />Ironisnya, sejak terintegrasinya Papua Barat ke dalam NKRI, penduduk asli Papua Barat menjadi objek praktek politik genosida (pemusnahan etnis secara sistematis dan terorganisir) NKRI. Berbagai bukti kekerasan yang dilakukan Indonesia terhadap penduduk asli Papua Barat yang tersaji dalam buku ini, merupakan justifikasi dari praktek pemusnahan Rumpun Melanesia oleh bangsa Indonesia.<br /><br />Buku yang berjudul PEMUSNAHAN ETNIS MELANESIA, Memecah Kebisuan Sejarah Kekerasan di Papua Barat yang ditulis oleh Socratez Sofyan Yoman, ini memotret fenomena-fenomena kekerasan yang menimpa penduduk asli Papua Barat sejak terintegrasinya Papua (1 Mei 1963 - sekarang) ke dalam NKRI. Socratez berhasil mendemonstrasikan secara gamblang, kritis, jujur, dan transparan berbagai kasus kekerasan yang menjadi bukti adanya praktek politik pemusnahan ras secara sistematis tersebut.<br /><br />Tujuan ditulisnya buku ini, menurut Socratez, adalah untuk mencari resolusi yang tepat guna mencegah keberlanjutan konflik antara Papua dan Indonesia. Karena Penulis adalah seorang gerejawan (Ketua Umum Badan Pusat Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua), maka tidak heran, aroma ke-Gejera-an dalam bahasa buku ini sangat kental. Namun, hal itu tidak mempengaruhi focus pembahasan buku ini, yakni mengungkap secara gamblang dan jujur kasus-kasus kekerasan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia terhadap penduduk asli Papua Barat.<br /><br />Memang, dalam sejarahnya, keberadaan (eksistensi) orang-orang kulit hitam selalu dinomorduakan. Stigma-stigma seperti bodoh, miskin, tertinggal, dan primitif yang dilabelkan pada mereka mengindikasikan bahwa eksistensi mereka berada di bawah orang-orang kulit putih. Implikasinya, ras kulit hitam selalu menjadi korban kekerasan, Perlakuan tidak adil, intimidasi, pembunuhan, pemerkosaan, perbudakan, dan lain lain. Politik apartheid di Afrika dan kekerasan terhadap Rumpun Melanesia di Papua Barat adalah dua contoh penindasan yang dilakukan oleh ras kulit putih terhadap orang-orang kulit hitam.<br /><br />Menurut Socratez, dalam proses pemusnahan penduduk asli Papua, Indonesia menempuh dua jalur operasi besar yakni operasi militer dan operasi transmigrasi. Operasi militer bertujuan untuk menteror, mengintimidasi, menindas, hingga membunuh orang asli Papua yang dianggap mengancam keutuhan NKRI. Sedangkan operasi transmigrasi adalah untuk merebut segala yang dimiliki penduduk asli Papua Barat.<br /><br />Selain itu, jalan lain yang ditempuh Indonesia dalam upaya pemusnahan etnis Melanesia di Papua Barat adalah dengan melakukan polarisasi dan isolasi Rumpun Melanesia. Dengan istilah lain, Indonesia menerapkan politik devide et empera yang pernah dilakukan Belanda (dulu) untuk memecah belah Indonesia. Dengan menerapkan politik ini di Papua Barat, itu berarti Indonesia telah menjadi neo-kolonialisme bagi rakyat Papua.<br /><br />Dalam buku ini dijelaskan, politik devide et empera atau adu-domba itu dijalankan dengan melakukan polarisasi dan isolasi terhadap penduduk asli Papua. Tujuannya adalah untuk memecah kekuatan mereka. Dalam aplikasinya, rakyat Papua dikelompokan menjadi dua kelompok yang kontradiktif, yaitu "kelompok merah putih Vs kelompok pro-belanda atau pro-Papua Merdeka", "pantai Vs pedalaman", "Provinsi Irian Jaya Barat Vs Provinsi Papua", Pro-NKRI Vs Pro-Otonomi Khusus yang separatis", dll. (hlm 226)<br /><br />Berangkat dari sekian usaha yang dilakukan Indonesia dalam rangka pemusnahan penduduk asli Papua dan menguasai pulau cenderawasih tersebut, maka kehadiran buku ini menjadi sangat penting guna mencegah keberlangsungan politik genosida dan politik devide et empera di tanah Papua Barat. Dengan begitu, eksistensi Rumpun Melanesia dapat diselamatkan dari bahaya pemusnahan etnis.<br /><br />Sebagai seorang gerejawan yang dihormati di lingkungannya, Socratez melalui buku ini berharap agar Indonesia tidak lagi memandang Papua Barat dengan paradigma kolonialisme. Sebab, paradigma itu hanya akan memecah kesatuan NKRI dan tentunya merugikan rakyat Papua. Jika politik devide et empera dan politik genosida masih dipakai Indonesia untuk menguasai wilayah Papua Barat, maka penduduk asli Papua Barat (Rumpun Melanesia) terancam musnah dari muka bumi. Oleh karena itu, kehadiran buku ini diharapkan mampu menyadarkan Indonesia bahwa Papua Barat adalah bagian NKRI dan penduduknya adalah penduduk Indonesia.<br /><br />Sungguh menarik sekali membaca buku setebal 473 halaman ini. Selain tersaji bukti-bukti tentang kekerasan yang menimpa rakyat Papua Barat oleh bangsanya sendiri (Indonesia), buku ini juga menawarkan sebuah solusi yang oleh penulis diyakini mampu memecah sekat antara Indonesia dan Papua Barat.<br /><br />Akhirnya, semoga kehadiran buku ini dapat mengetuk dan membuka pintu hati kita (Indonesia), sehingga kita sadar bahwa Rumpun Melanesia, ras kulit hitam di Papua Barat adalah saudara kita (orang melayu, ras kulit putih) yang perlu dilindungi. Selamat membaca!<br /><br /></a><div style="text-align: right;"><a style="color: rgb(51, 255, 51);" class="isiberita">BY GAN</a><br /></div>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-70062052557585635592009-09-03T00:55:00.000-07:002009-09-03T00:58:48.717-07:00MENELUSURI KUTUKAN2 BENDA SENI.....<strong></strong><strong style="color: rgb(51, 255, 51);">KUTUKAN LUKISAN “CRYING BOY”</strong><p style="color: rgb(51, 255, 51);"><img class="aligncenter size-full wp-image-122" title="crying-boy" src="http://tidakmenarik.files.wordpress.com/2009/02/crying-boy.jpg?w=490&h=644" alt="crying-boy" width="490" height="644" /><br /><br />Pada tahun 1985, Inggris dibuat heboh dengan rangkaian kebakaran yang terjadi secara misterius. Kehebohan pun berlanjut ketika ditemukan bahwa di semua rumah yang nyaris terbakar habis, terdapat sebuah benda yang tidak tersentuh api, yaitu lukisan anak laki-laki yang menangis. Kabar yang lebih mengejutkan muncul, ternyata sebelumnya sudah banyak kasus serupa lain yang tidak meninggalkan petunjuk logis.</p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">Setelah ditelusuri, konon sang objek lukisan tersebut adalah seorang anak yatim piatu yang orang tuanya meninggal terbakar. Tak berapa lama setelah lukisan tersebut diproduksi, studio sang pelukis hancur terlalap api. Bocah tersebut pun kemudian tewas dalam sebuah ledakan. Katanya, arwah si bocah-lah yang menghantui melalui tangisan dalam lukisan tersebut.</p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">Untuk menghilangkan kutukannya, sebuah terbitan lokal pun menggelar aksi pembakaran lukisan yang diproduksi secara massal tersebut. Banyak lukisan berhasil dimusnahkan, tetapi diperkirakan masih ada ribuan cetakan lainnya beredar di seluruh dunia.</p><strong style="color: rgb(51, 255, 51);">TEROR ROBERT THE DOLL</strong><p style="color: rgb(51, 255, 51);"><img class="aligncenter size-medium wp-image-123" title="robert-the-doll" src="http://tidakmenarik.files.wordpress.com/2009/02/robert-the-doll.jpg?w=225&h=300" alt="robert-the-doll" width="225" height="300" /></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">Kalau berkunjung ke Museum East Martello, Florida, kita bisa melihat sebuah boneka berumur lebih dari satu abad, Robert the Doll. Boneka berukuran seperti bocah kecil ini sangat terkenal, lho! Bukan karena boneka peninggalan abad ke-19 ini lucu, tapi karena horor!!! hiii….</p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">Kisahnya berawal sekitar tahun 1896, ketika keluarga Otto memberikan boneka kepada anak bungsunya Robert Eugene Otto. Saking terpikatnya, sang anak memberikan namanya sendiri, Robert, kepada boneka itu, dan mengganti panggilan dirinya menjadi, Gene.</p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">Semenjak itu, kejadian demi kejadian aneh terjadi di rumah keluarga Otto, dari mulai terdengar suara tawa asing, berbagai kekacauan dan kerusakan, sampai laporan para tetangga yang melihat penampakan mengerikan Robert. Yang paling parah, Robert sepertinya memperbudak Gene hingga bocah tersebut shock dan ketakutan. Melihat ketidakberesan tersebut, keluarga Otto menyingkirkan Robert ke loteng.<br /><br />Ketika Gene sudah dewasa, ia menemukan kembali boneka Robert. Dalam waktu singkat, boneka itu pun kembali “menguasai” diri Gene, hingga ia nyaris gila. Warga kota yang melewati rumah keluarga Otto dihantui teror Robert dari jendela kamarnya.</p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">Kabarnya, kejadian mengerikan itu terus berlanjut sampai museum tempat tinggal Robert sekarang. Wah, kalo bonekanya kya gini, kyanya gada lucu-lucunya sama sekali, yaa??</p><p style="color: rgb(51, 255, 51);"><strong>KERIS</strong><br /><br /><img class="aligncenter size-full wp-image-124" title="keris" src="http://tidakmenarik.files.wordpress.com/2009/02/keris.jpg?w=400&h=300" alt="keris" width="400" height="300" /><br /><br />Seringkali kita dengar cerita mengenai senjata khas Indonesia yang memiliki kekuatan sehingga dapat bergerak, berdiri, bahkan terbang dengan sendirinya. Kisah itu pun dibarengi dengan kejadian mistis mengerikan.</p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">Salah satu legenda yang terkenal sampai sekarang adalah kisah kesaktian keris buatan Mpu Gandring. Keris sakti tersebut banyak menelan korban, termasuk pembuatnya. Mpu Gandring dihabisi degan sadis oleh pemesan keris tersebut, Ken Arok. Sejak itu, keris Mpu Gandring tidak berhenti meminta tumbal yang haus kekuasaan, termasuk Ken Arok dan keturunannya. Konon, katanya, keris tersebut kemudian dibuang ke laut dan berubah wujud menjadi seekor naga. Wahh mistis banged deh!</p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">Ternyata sampai saat ini pun masih banyak pembuat keris sakti alias keris pusaka. Pembuatannya pun harus melalui tahap yang berat seperti mencocokkan tanggal lahir dan tujuan si pemesan, berpuasa, melakukan perhitungan dengan penanggalan Jawa, dan banyak ritual lainnya. Legenda keris Mpu Gandring pun dipegang teguh sampai sekarang, bahwa keserakahan akan berujung pada kehancuran.<strong> JANGAN GANGGU FIRAUN</strong><br /></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);"><img class="aligncenter size-full wp-image-125" title="pharaoh_3" src="http://tidakmenarik.files.wordpress.com/2009/02/pharaoh_3.jpg?w=325&h=450" alt="pharaoh_3" width="325" height="450" /><br /><br />Jangan pernah coba-coba mengutak-atik mummy Firaun beserta barang peninggalannya, kalau kita gak mau bernasib sama seperti Carnarvon. Pembesar Inggris ini, konon mendadak meninggal dunia setelah membongkar kuburan Tutankhamun, salah satu Firaun pada tahun 1923. Anehnya lagi, di hari Carnarvon meninggal, seluruh listrik di Kairo pun padam tanpa ada yang tahu penyebabnya.</p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">Tutankhamun merupakan Raja Mesir yang memiliki kisah tragis. Diangkat sebagai Firaun ketika berumur 9 tahun, ia hanya sempat sekejap merasakan kekuasaan. Belum genap 19 tahun, ajla menjemputnya. Penyebab kematiannya masih belum mencapai titik terang, walaupun banyak yang percaya akan adanya konspirasi pembunuhan sadis terhadap raja belia tersebut.</p><p style="color: rgb(51, 255, 51);">Misteri Tutankhamun pun terus berlanjut hingga kini. Katanya, terdpat kutukan bahwa barangsiapa yang mengganggu sang raja dalam tidur panjangnya, akan merasakan kemalangan. Walaupun banyak yang meragukan kutukan tersebut, hal aneh terus terjadi. Seorang petugas berkebangsaan Amerika yang membawa topeng Tutankhamun kabarnya mendadak terserang stroke, dan seorang pemuda Jerman yang nekat mencuri salah satu harta karun Tutankhamun mati dengan mengenaskan. Masih berani coba-coba ???.</p><p style="color: rgb(51, 255, 51); text-align: right;">BY GAN<br /></p>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-844739880730096702009-09-03T00:31:00.000-07:002009-09-03T00:55:06.966-07:00BENDA2 PENINGGALAN TUHAN JESUS<span class="corners-top"><span></span></span> <div class="postbody"> <h3 style="color: rgb(51, 255, 51);" class="first"><a href="http://answering-ff.org/board/peninggalan-peninggalan-raksasa-t3930.html#p91256">Peninggalan-Peninggalan Raksasa</a></h3> <div style="color: rgb(51, 255, 51);" class="content"><span style="font-weight: bold;"><span style="text-decoration: underline;">Penemuan Kerangka & Fosil</span></span><br />- Kerangka manusia yang berukuran hampir 17 kaki, yang diketemukan di Gargayan, sebuah propinsi di Pilipina bagian Utara. <br />- DiCina bagian Selatan, juga diketemukan bagian-bagian kerangka manusia, yang berukuran hampir 10 kaki.<br />- Salahsatu rangka, di Amerika<br /><img src="http://i237.photobucket.com/albums/ff276/hehemampus/JOE-GIANT2.jpg" alt="Image" /><br /><img src="http://i237.photobucket.com/albums/ff276/hehemampus/skull_1d.jpg" alt="Image" /><br /><br />- Mumi Antrim, Ireland. Dengan panjang 12ft (Photo from the British Strand magazine. Dec 1895)<br /><img src="http://i237.photobucket.com/albums/ff276/hehemampus/giantsghf.jpg" alt="Image" /><br /><br /><span style="text-decoration: underline;"><span style="font-weight: bold;">Peninggalan kota-kota Prasejarah</span></span><br />- Pembangunan kota-kota “raksasa” dan pengangkutan batu-batu besar, yang beratnya<br />ribuan ton di machu Picchu, Baalbek, Gizeh, Pisco dan di lain-lain tempat dapat sekaligus<br />difahami dengan adanya orang-orang, yang bertenaga sangat besar, dan adanya ilmu pengetahuan mereka.<br />- Patung-patung, yang berukuran 22 kaki atau lebih, diketemukan di tempat-tempat tertentu<br />di bumi kita ini, di Peru, di kepulauan Marquesas dan di tempat-tempat lain.<br />- Sebuah bengkel alat kerja pra sejarah, yang berumur 300.000 tahun, dan diketemukan di Agadir (Morocco). Di antara benda-benda, yang diketemukan itu, terdapat alat-alat kerja tangan. Dan, percaya boleh dan tidak percayapun terserah, masing-masing alat kerja tangan itu beratnya 8 kg, dan hanya dapat digunakan oleh tangan-tangan besar, yang hanya mungkin dimiliki oleh orang yang berukuran tinggi badan 16 kaki!<br />- <span style="font-weight: bold;">Baalbek</span>, Dari kota Damaskus ke Utara, di sana terdapat suatu teras yang disebut “Baalbek”; yakni suatu podium atau panggung yang terdiri dari balok-balok batu, di antaranya ada yang panjang nya 65 kaki dan beratnya 2.000 ton. Sampai sekarang para arkeologis belum dapat menjelaskan secara meyakinkan; mengapa, bagaimana,dan oleh siapa teras Baalbek itu dibangun. Sebuah batu yang disebut “Hadjar El-Goubla” (Batu dari Selatan) dan mempunyai berat dua juta kilogram!<br /><img src="http://i237.photobucket.com/albums/ff276/hehemampus/baalbek_16.jpg" alt="Image" /><br /><img src="http://i237.photobucket.com/albums/ff276/hehemampus/semttulo.jpg" alt="Image" /><br /><img src="http://i237.photobucket.com/albums/ff276/hehemampus/stonebig.jpg" alt="Image" /></div> <div id="sig91256" class="signature"><span style="color: rgb(51, 255, 51);">Bagaimana kamu berani berkata: “Kami bijaksana dan kami mempunyai Taurat Tuhan?” </span><span style="font-weight: bold; color: rgb(51, 255, 51);">Sesungguhnya, pena palsu penyurat sudah membuatnya menjadi bohong.</span> <br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">(Yeremia 8 : 8) </span><br /> <br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">...karena</span><span style="font-weight: bold; color: rgb(51, 255, 51);"> kamu telah memutarbalikan perkataan-perkataan Allah yang hidup, TUHAN semesta alam, Allah kita .</span> <br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);">(Yeremia 23 : 36) </span><br /><br /><div style="color: rgb(51, 255, 51);" id="p91257" class="post bg1"> <div class="inner"><span class="corners-top"><span></span></span> <div class="postbody"> <div class="content"><img src="http://i237.photobucket.com/albums/ff276/hehemampus/baalbek1.gif" alt="Image" /><br /><img src="http://i237.photobucket.com/albums/ff276/hehemampus/baalbek.jpg" alt="Image" /><br /><img src="http://i237.photobucket.com/albums/ff276/hehemampus/mysterious-giant-stone-02-750.jpg" alt="Image" /><br /><br /><br />- <span style="font-weight: bold;">Teluk Pisco</span>, Gambar-gambar yang diukir pada dinding tinggi dari batu karang terjal berwarna merah . Jika anda datang ke tempat itu dengan kapal laut, dari jarak 12 mil lebih anda akan dapat melihat suatu bentuk yang tingginya hampir 820 kakiseperti suatu tangkai kail raksasa atau seperti sebatang tempat lilin raksasa. Seutas tambang yang panjang ditemukan pula pada pilar tengah dari batu ini.<br /><br />- <span style="font-weight: bold;">Tiahuanaco</span> (Peru), terdapat “Berhala Besar”, terbuat dari satu balok tunggal batu pasir yang panjangnya lebih dari 24 kaki, seberat 20 ton. Berhala itu ditemukan di dalam Kuil Tua, tubuh berhala tersebut terdapat beratus-ratus simbol.Satu keajaiban arkeologi yang lain dari Amerika Selatan ialah Gerbang Monolitas Matahari di Tiahuanaco yakni suatu gerbang yang tingginya hampir 10 kaki, lebarnya 16 ½ kaki, dipahat dari satu balok batu tunggal. Beratnya ditaksir lebih dari 10 ton. Empatpuluh delapan buah bujursangkar yang disusun, mengapit patung yang menggambarkan dewa terbang.<br /><br /><br />- <span style="font-weight: bold;">Sacsahuaman</span> (Inca), terdapat balok batu yang beratnya ditaksir 20.000 ton, suatu balok batu tunggal sebesar rumah bertingkat empat. Balok itu telah dihias sempurna sekali dengan seni yang paling tinggi; mempunyai anak-anak tangga dan jalan-jalan melandai, serta di hiasi dengan spiral-spiral dan lubang-lubang. Pemecahan teka-teki itu dipersulit lagi oleh kenyataan bahwa balok itu berdiri terbalik alias ter jungkir. Jadi anak-anak tangga itu menurun dari atap; lubang-lubangnya menghadap kejurusan yang berlainan. Siapa yang dapat membayangkan bahwa tangan manusia, usaha menusialah yang menggali, mengangkut, lalu membentuk balok batu ini? Kekuatan apakah yang telah menjungkirbalikkannya? Kekuatan raksasa semacam apakah yang dipekerjakan di sini? dan untuk maksud apa?</div> <div id="sig91257" class="signature">Bagaimana kamu berani berkata: “Kami bijaksana dan kami mempunyai Taurat Tuhan?” <span style="font-weight: bold;">Sesungguhnya, pena palsu penyurat sudah membuatnya menjadi bohong.</span><br />(Yeremia 8 : 8)<br /><br />...karena<span style="font-weight: bold;"> kamu telah memutarbalikan perkataan-perkataan Allah yang hidup, TUHAN semesta alam, Allah kita .</span><br />(Yeremia 23 : 36)<br /><br />Waktu untuk bertindak telah tiba bagi TUHAN; <span style="font-size: 134%; line-height: 116%;"><span style="font-weight: bold;">mereka telah merombak Taurat-Mu.</span></span><br />(Mazmur 119: 126)<br /></div> </div> <span class="corners-bottom"><span></span></span></div> </div><hr style="color: rgb(51, 255, 51);" class="divider"> <span style="color: rgb(51, 255, 51);" class="corners-top"><span></span></span> <div style="color: rgb(51, 255, 51);" class="postbody"> <div id="sig91258" class="signature">- <span style="font-weight: bold;">Piramida Cheops </span>(Mesir), 2.600.000 potong balok raksasa telah dipotong dan ditambang, dihias, diangkut dan dipasang di tempat lokasi bangunan seteliti satu perseribu bagian dari satu inci. Sebuah gunung buatan setinggi 490 kaki, ada yang menghubungkan piramida ini dibangun oleh Firaun Khufu karena semua prasastinya dan lembaran-lembaran sejarahnya dihubung-hubungkan kepadanya. Beberapa berpendapat lain piramida ini telah ada jauh sebelumnya dan dibangun bukan hanya oleh satu masa pemerintahan Firaun tetapi beberapa masa Firaun, Di Perpustakaan Bohlean di Oxford terdapat sebuah tulisan kuno di mana pengarang “Copti” bernama Mas-Udi menetapkan bahwa Raja Mesir yang bernama Surid yang membangun piramida besar di Mesir itu.Raja Surid ini memerintah Mesir sebelum banjir besar. Raja Surid yang bijaksana ini memerintahkan para pendeta, supaya menuliskan segala kearifan mereka, dan menyembunyikannya di dalam piramida. Jadi,kalau menurut hikayat Copti, piramida itu didirikan sebelum banjir besar. Herodatus dalam Buku II nya tentang “Sejarah “ memperkuat dugaan itu. Para pendeta dari Thebes telah menunjukkan kepadanya 341 buah patung raksasa, yang masing-masing berarti satu generasi kependetaan tinggi, sedang seluruhnya mencakup masa 11.340 tahun.Sehingga mereka berpendapat piramida itu dibangun 12.000 tahun lalu, hal ini juga diperkuat oleh umur “Sphinx” dimana bagian bawahnya terjadierosi yang cukup hebat, hanya terpaan angin gurun ribuan tahunlah yang dapat membuat erosi sedalam kuranglebih 2 meter tersebut.<br /><img src="http://i237.photobucket.com/albums/ff276/hehemampus/1832022-Claire--like-a-child-on-a-g.jpg" alt="Image" /><br /><br />- <span style="font-weight: bold;">Pulau Easter</span>, pulau kecil ini jauh dari benua manapun dan peradaban manapun. Ratusan patung besar-besar tersebar di seluruh pulau. Gunung yang besar-besar diubah bentuknya, batu vulkanis yang bagaikan baja dipotong-potong bagaikan memotong mentega layaknya dan 10.000 ton batu karang besar-besar bertebaran di mana-mana. Ratusan patung besar di antaranya ada yang tinggi nya antara 33 sampai 66 kaki dan beratnya kurang lebih 50 ton, beberapa patung raksasa ini memakai topi, tetapi topi-topi inipun tidak banyak membantu menjelaskan dari mana asalnya patung-patung ini. Batu untuk topi-topi itu yang beratnya ada yang lebih dari sepuluh ton satu balok letaknya jauh dari bagian badannya, topi tersebut harus dikerek ke atas setinggi masing-masing patung. Menurut seorang penyelidik Thor Heyerdahl, patung-patung raksasa ini berasal dari tiga zaman. Yang tersempurna dari tiga kebudayaan itu ialah yang tertua. Pembuatan patung-patung ini seperti terhenti tiba2, dimana balok-balok batu raksasa setengah jadi berserakan.<br /><img src="http://i237.photobucket.com/albums/ff276/hehemampus/HU036665.jpg" alt="Image" /><br /><br />- <span style="font-weight: bold;">Patung-patung dari Olmec </span>pun luar biasa. Patung-patung yang kepalanya berhelm indah itu, hanya dapat di kagumi di tempat mana dia ditemukan; karena beratnya luar biasa, tak akan ada satu jembatan pun yang dapat menahannya dalam pengangkutan patung itu ke salah satu musium. Kita hanya dapat mengangkat monolit-monolit kecil yang beratnya hanya lima puluh ton atau kurang, itupun harus dengan alat-alat angkat dan angkutan yang paling mutakhir. Alat-alat teknik yang kita miliki sekarang ini akan berantakan bila digunakan untuk mengangkat dan mengangkut muatan yang beratnya ratusan ton seperti patung-patung itu.<br /><br /><span style="font-weight: bold;"><span style="text-decoration: underline;">Teori dan arkeolog pendukung</span></span><br />Beberapa ahli berpendapat bahwa puluhan ribu tahun yang lalu, ada satelit lain yang berputar dekat dengan bumi sehingga mengurangi gaya gravitasi bumi, teori ini dikemukakan oleh Hoerbiger 1927. Diperkuat lagi dengan penemuan berhala besar(Tiahuanaco) yang memuat ratusan simbol-simbol diinterpretasikan oleh H.S. Bellamy dan P. Allan mereka membuat kesimpulan simbol-simbol itu merupakan catatan kumpulan yang sangat banyak tentang pengetahuan astronomis, yang didasarkan kepada bentuk bumi yang bulat ini waktu satelit itu mengorbit mengitari bumi sebanyak 425 kali putaran dalam satu tahun yang berumur 288 hari. Mereka terpaksa berkesimpulan bahwa berhala itu mencatat keadaan benda-benda langit pada 27.000 tahun yang lalu.<br />Bukti-bukti pendukung lainnya dari arkeolog ditemukan pada gambar2 relief peninggalan kebudayaan Sumeria, terdapat beberapa relief yang ukuran manusianya lebih besar dibanding yang lainnya,dalam buku “The Cosmic Code” yang ditulis oleh Zecharia Sitchin dia berpendapat bahwa beberapa orang Sumeria berbadan diatas normal orang-orang biasa. Dalam relief astronomi Sumeria juga terdapat planet lain dalam system tata surya kita dan mereka sudah mengenal planet Pluto yang baru kita temukan beberapa puluh tahun lalu.<br /><img src="http://i237.photobucket.com/albums/ff276/hehemampus/anunnaki_sumeria_2.jpg" alt="Image" /><br /><img src="http://i237.photobucket.com/albums/ff276/hehemampus/sumerian.gif" alt="Image" /><br /><br />...karena<span style="font-weight: bold;"> kamu telah memutarbalikan perkataan-perkataan Allah yang hidup, TUHAN semesta alam, Allah kita .</span><br />(Yeremia 23 : 36)<br /><br />Waktu untuk bertindak telah tiba bagi TUHAN; <span style="font-size: 134%; line-height: 116%;"><span style="font-weight: bold;">mereka telah merombak Taurat-Mu.</span></span><br />(Mazmur 119: 126)</div> </div><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);" class="corners-top"><span></span></span> <div style="color: rgb(51, 255, 51);" class="postbody"> <div class="content">baca topik ini, gue jadi inget gambar kerangka manusia raksasa, HOAX sih, tetapi pada awal kemunculan gambar ini di Internet, sempat terjadi kehebohan, bahkan sampai-sampai professor di Universitas Oxford inggris ingin pergi ke arab saudi untuk meneliti.<br /><br /><img src="http://farm4.static.flickr.com/3056/2590752630_62134ab84d.jpg" alt="Image" /></div> </div><br /><div style="text-align: right;"><span style="color: rgb(51, 255, 51);">BY GAN</span><br /></div><br /><br /></div> </div>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-15726714475105278302009-09-03T00:29:00.000-07:002009-09-03T00:31:08.076-07:00The Burial Cave of Jesus.....???<a href="http://indexdollar.org/" rel="NOFOLLOW"><span style="font-weight: bold; color: rgb(204, 0, 0);"><span style="font-size:85%;"><br /></span></span></a> <p style="text-align: center;"><img src="http://i98.photobucket.com/albums/l260/magiddo/Yesus.jpg" width="250" height="156" /></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Sebentar lagi akan diputar film dokumenter tentang penemuan peti mati dan tulang belulang, yang katanya sudah berusia 2000thn dan di klaim sebagai milik Yesus (yg ada dlm Alkitab). Bisa dibilang merupakan lanjutan dari cerita “Da Vinci Code”. Ini sangat menggelikan. Dari topik pembahasannya saja sudah ga sesuai sama tradisi orang Yahudi. Anda tau kenapa? Karena dalam tradisi Yahudi, orang yang wafat (meninggal) tidak dimasukkan dalam peti mati. <st1:city><st1:place>Ada</st1:place></st1:city> dua tradisi yang dijalan-kan di <st1:country-region><st1:place><st1:country-region><st1:place>Israel</st1:place></st1:country-region></st1:place></st1:country-region>, pertama; orang yang wafat akan dikubur dengan kain kafan dan yang kedua; orang yang meninggal diberi rempah-rempah.<span id="more-142"></span> Setelah buku Dan Brown dapat ditangkis dan Film Da Vinci Code dapat dibantah, ternyata beberapa orang masih “berupaya†mencari-cari lagi celah dengan memberikan bukti lain yang dibuat oleh produser James Cameroon dan sutradara Simca Jacobovici dalam film The Lost Tomb Of Christ. Tapi motivasinya mungkin hanya sebagai hiburan, atau sensasi karena nantinya akan banyak yang tertarik menyaksikan fim ini. Semua orang akan penasaran karena menyangkut Nama Yang Besar. Kalau saja, 25% orang Kristen menyaksikan film ini, maka kira2 penonton sudah berjumlah 1-2 milyar orang. Hmm..<o:p></o:p></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Berdasarkan dokumenter yang dibuat, penemuan tulang belulang ini berasal dari Talpiyot daerah <st1:city><st1:place><st1:city><st1:place>Jerusalem</st1:place></st1:city></st1:place></st1:city> (thn 1980) . sementara makam Yesus yang sudah ada sebelumnya, terpelihara sejak 2000 tahun yang lalu.<o:p></o:p></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);"><em>Sejarah singkat Makam Yesus yang asli sbb :</em><br />Setelah Yesus di Salib dan dimakamkan;<br />Pada tahun 135M, Hadrian mempersembahkan Kuburan Yesus sebagai bangunan ibadah kepada Yupiter. Konstruksi pertama pada tahun 324M, terletak di Kalvari - Bukit Golgota <st1:place><st1:placetype><st1:place><st1:placetype>Church</st1:placetype></st1:place> Of <st1:placename><st1:placename>Holy Sephulcre</st1:placename></st1:placename></st1:placetype></st1:place>. Pada tahun 326M, tempat ibadah ini dihancurkan oleh Ratu <st1:city><st1:place><st1:city><st1:place>Helena</st1:place></st1:city></st1:place></st1:city> dan pada pemerintahan Konstantinus, Makam Yesus itu dibangun menjadi bangunan yang megah.<br />Pada tahun 614M, Monumen dan bangunan megah itu dihancurkan oleh orang-orang <st1:country-region><st1:place><st1:country-region><st1:place>Persia</st1:place></st1:country-region></st1:place></st1:country-region>, lalu dibangun kembali dengan skala yang lebih kecil dari aslinya oleh Abbot Modestos.<br />Kemudian dihancurkan kembali oleh Khalif Hakem pada tahun 1009. Penghancuran Gereja-gereja inilah salah satu hal yang menyebabkan terjadinya perang salib.<br />Pada tahun 1408, bangunan makam Yesus direstorasi kembali oleh Konstantin Monochus. Dan pada tahun 1149 yang bernama Crusader, membangun kembali tempat itu sampai sekarang.<o:p></o:p></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);">Lalu sekarang ada yang mengatakan peti mati dan makam yang ditemukan di klaim sebagai milik Yesus. Atas dasar apa?<o:p></o:p></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);"><em>Coba kita bandingkan dengan sejarah penemuan yang baru;</em><br />Ditemukan 27 tahun yang lalu ketika pekerja konstruksi Israel menggali pondasi untuk membangun sebuah bangunan di kompleks industri di Talpiyot - Yerusalem, mereka menemukan sebuah gua yang diperkirakan sudah berusia 2000 tahun dan terdapat 10 peti mati dari batu.<br />Kemudian para arkeolog, mulai mempelajari batu-batu dan tulang belulang yang ditemukan itu. Benda-benda dipelajari selama 20 thn untuk menterjemahkan tulisan dan usia benda-benda peninggalan. Dan ditemukan-lah tulisan-tulisan diantaranya sebagai berikut (dalam terjemahan bhs <st1:country-region><st1:place>Indonesia</st1:place></st1:country-region>);<br />Yesus, Maria dan <st1:country-region><st1:place>Judah</st1:place></st1:country-region>.<o:p></o:p></p> <span style="color: rgb(51, 255, 51);">Lalu maria disini </span><em style="color: rgb(51, 255, 51);">diperkirakan</em><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> adalah “Maria Magdalena”. </span><st1:country-region style="color: rgb(51, 255, 51);"><st1:place>Judah</st1:place></st1:country-region><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> diperkirakan sebagai anak dari Yesus dan Maria. Yang uniknya lagi </span><em style="color: rgb(51, 255, 51);">ada hasil tes DNA</em><span style="color: rgb(51, 255, 51);">, membuktikan pernyataan diatas adalah benar. Loh… kok bisa????? DNA ini dibandingkan dengan DNA siapa??? hmm…</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Hasil penemuan ini sudah disiarkan melalui tv di the Discovery Channel, Britain’s Channel 4, Canada’s VisionTV dan Israel’s Channel 8</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Prof Amos Kloner sendiri (Arkeolog </span><st1:country-region style="color: rgb(51, 255, 51);"><st1:place>Israel</st1:place></st1:country-region><span style="color: rgb(51, 255, 51);">) tidak menghubungakn nama tersebut dengan Yesus yang ada dalam Bible dan beliau menyatakan bahwa nama ini sangat umum di kalangan Yahudi.</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Professor Juergen Zangenberg yang berasal dari Jerman, menyatakan dokumenter ini tidak realistis. Dan hanya menginginkan kepopuleran dan uang.</span><br /><span style="color: rgb(51, 255, 51);"> Produser James Cameroon dan sutradara Simca Jacobovici mungkin menganggap dokumenter ini sebagai “peluang bisnisâ€. Mereka juga memanfaatkan dan melebih-lebihkan penemuan ini untuk dijadikan cerita yang akan laku dipasaran. Mengingat kesuksesan Dan Brown lewat novel Da Vinci yang menduduki peringkat nomor 1 (satu) di dunia.</span>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-4931440089219418672009-09-03T00:20:00.000-07:002009-09-03T00:23:54.091-07:00PERGUMULAN ORANG2 KRISTEN DI INDONESIA.......<p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Dalam tahun 1860-an orang Kristen Protestan di Indonesia berjumlah sekitar 120.000 (§ 27). Pada tahun 1938 orang yang sudah dibaptis berjumlah 1.665.771, atau sekitar 2,5% seluruh penduduk Indonesia. Di antaranya 700.000 termasuk GPI, 415.000 termasuk HKBP. Kelompok besar lainnya terdapat di Nias (125.000) dan di Sangir-Talaud (120.000). Di pulau Jawa pada tahun itu ada 98.000 orang Kristen, di antaranya 27.000 anggota GPI. Kita menarik kesimpulan bahwa lebih dari separo orang Kristen Indonesia tinggal di atau berasal dari daerah yang sudah dikristenkan pada masa VOC, dan bahwa pada waktu itu sepertiga dari orang Kristen di Indonesia termasuk gereja yang lahir dari usaha zending Jerman (RMG). Badan-badan zending Belanda dan gereja-gereja mandiri yang lahir darinya (yang biasanya terdapat di daerah-daerah yang berpenduduk jarang atau yang beragama Islam) mencakup sekitar 235.000 jiwa atau 15% (tidak termasuk 120.000 yang di Sangir-Talaud). Orang Kristen Indonesia warga badan gereja yang berasal dari Amerika (Metodis, CAMA) berjumlah 15.000 orang. Anggota gereja Adventis (1938:±5.000) dan Pentakosta tidak terhisab dalam angka-angka ini.</p><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Penyebaran lebih merata</b></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Boleh dikatakan bahwa pada tahun 1860 belum ada kekristenan pribumi di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi (di luar Minahasa dan Sangir-Talaud), dan Irian, sebab di masing-masing daerah itu orang Kristen berjumlah paling banyak beberapa ratus orang. Agama Kristen masih terbatas pada daerah-daerah bekas jajahan Kompeni (dan daerah Portugis di NTT. Pada tahun 1938, agama Kristen sudah tersebar ke seluruh wilayah Nusantara, walaupun belum secara merata. Pada tahun itu persentase orang Kristen Protestan tetap paling tinggi di Maluku Selatan, di Sulawesi Utara, dan di Nusa Tenggara Timur, di samping di Sumatera Utara. Namun, di Sumatera, di Sulawesi (tidak terhitung Minahasa dan Sangir-Talaud), dan di Irian, persentase orang Kristen berada pula di atas persentase nasional. Di Kalimantan dan di Jawa, persentase orang Kristen jauh di bawah persentase nasional.</p><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Alasan masuk Kristen</b></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Pokok ini sudah dibicarakan juga dalam § 14 dan 27. Dalam masa yang kita bicarakan di sini, faktor-faktor yang sudah disebut di sana tetaplah berperan. Dilihat dari sudut pandangan rakyat, zending tetap bersekutu dengan penguasa kolonial; alasan psikologis (§ 14) bahkan lebih kuat lagi kini daripada sebelum abad ke-19, disebabkan pengaruh peradaban Barat semakin terasa sampai ke pelosok. Di pihak lain, kita tidak perlu beranggapan seakan-akan orang Indonesia, khususnya mereka yang tinggal di pedalaman dan yang masih menganut agama dan kebudayaan nenek-moyang, memandang para pekabar Injil dari Barat dengan takjub dan dengan senang hati mengikuti saran mereka agar masuk ke agama yang "lebih tinggi" itu. Dari laporan para zendeling kita tahu bahwa kebalikannya yang benar. Orang Irian, Poso, dan lain-lain cenderung untuk memandang enteng orang kulit putih yang belum fasih berbicara, yang tidak memiliki kepandaian-kepandaian yang perlu untuk menyambung hidup di tengah rimba raya. Mereka baru terkesan oleh pribadi seorang pekabar Injil kalau ia ini berhasil menyamai mereka dalam salah satu kepandaian itu, seperti mengadakan perjalanan jauh melalui hutan rimba (A.C. Kruyt di Poso) atau berburu rusa (Gouweloos di Kendari), atau ikut berbicara dalam perkara-perkara adat yang berbelit-belit (A.C. Kruyt, Nommensen). Atau mereka tertarik karena ia bersama mereka menghadapi bahaya musuh yang menyerang kampung atau bahaya ombak di laut (Geissler di Irian). Pun adanya rasa hormat bagi pribadi pekabar injil itu belum berarti mereka rela untuk menerima agama yang dibawanya. Berkali-kali kita melihat bahwa tokoh-tokoh "kunci" di salah satu lingkungan menerima agama Kristen karena menjadi yakin bahwa agama itu menawarkan jalan keluar dari keadaan yang macet. Berkenaan dengan kehidupan pribadi: jalan keluar dari cengkeraman roh-roh, karena agama Kristen menawarkan perlindungan oleh Allah (Yesus Kristus) yang lebih kuat daripada roh-roh itu. Berkenan dengan kehidupan suku: karena agama Kristen dengan perintah kasihnya menawarkan jalan keluar dari lingkaran setan berupa perang antar-kampung dengan balas-membalas yang tak henti-hentinya (demikianlah alasan Raja Pontas Lumbantobing, § 42). Di beberapa daerah, zending sendiri tidak berhasil memutuskan lingkaran setan itu, namun pekabaran Injil membangkitkan kesadaran yang begitu kuat, sehingga orang masuk Kristen secara massal begitu pemerintah kolonial masuk memaksakan perdamaian. Tentu ada juga alasan-alasan lain yang menyebabkan orang masuk Kristen. Didaerah-daerah dengan unsur feodal yang kuat,rakyat dengan sendirinya mengikuti kepalanya kalau ia ini sudah masuk. Ada yang masuk berdasarkan pertimbangan ekonomis , yakni karena agama Kristen, yang tidak mengenal kurban hewan dan sebaginya, merupakan agama yang murah dibandingkan dengan agama nenek moyang. Ada pula yang menjadi Kristen lewat jalur "alamiah": selagi masih bocah mereka masuk sekolah zending, dipungut seorang zendeling menjadi anak asuh, mereka menempuh pendidikan menjadi guru zending dan dengan jalan itu pun mereka dibimbing ke baptisan. Akhirnya, kita perlu memperhatikan orang-orang perseorangan, yang terutama terdapat di pulau Jawa, yang sudah lama mencari kebenaran agama, "air jernih", dan yang menemukannya di dalam Injil. Dalam kisah mengenai petualangan rohani tokoh-tokoh itu biasanya mimpi-mimpi memainkan peranan besar.</p><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Yang penting kita pegang dalam membicarakan persoalan alasan-alasan untuk masuk Kristen ialah paham ini: orang masuk Kristen bukan karena terpukau oleh pribadi dan pesan zendeling Barat itu, melainkan karena pertimbangan-pertimbangan mereka sendiri, yang berakar dalam lingkungan agama, kebudayaan, dan politis mereka sendiri. Dengan perkataan lain: mereka menerima amanat (Injil) sang zendeling, namun mereka menampungnya di dalam kerangka acuan lingkungan mereka sendiri. Hal ini penting untuk diperhatikan karena menyadarkan kita bahwa setelah masuk Kristen pun, orang-orang yang bersangkutan tidak semata-mata tergantung secara rohani dari sang zendeling, tetapi menghayati iman mereka yang baru dengan cara sendir. Mungkin sekali cara ini berlainan dengan cara pekabar Injil dari Barat menghayati iman Kristen, dan yang diduganya atau diharapkannya menjadi cara orang Kristen Indonesia menghayatinya pula.</p><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Persiapan untuk baptisan</b></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Pada masa yang kita bahas dalam pasal ini, masa persiapan untuk baptisan tetap berbeda-beda. Dalam lingkungan GPI, sering beberapa hari dianggap sudah mencukupi. Badan-badan zending biasanya syarat lebih berat: orang harus mengikuti pelajaran agama sampai menghafalkan pokok-pokok utama dari Alkitab dan dari ajaran keselamatan. Lamanya pelajaran itu setengah tahun hingga dua tahun. Yang menonjol ialah praktik CAMA di Kaltim dalam hal ini (§ 50). Yang memberikan pengajaran katekisasi biasanya seorang guru Indonesia; hanya pada tahap permulaan atau di tempat tinggal seorang zendeling, zendeling itu sendiri yang mengajari calon-calon baptisan. Bahan yang dipakai sering merupakan terjemahan buku katekisasi yang dipakai dalam gereja Belanda; adakalanya seorang zendeling menyusun buku katekisasi yang baru. Bahasa yang digunakan bisa bahasa Melayu, bisa bahasa daerah (bnd. § 26). Upacara pembaptisan tetap didahului oleh ujian. Di kalangan lembaga-lembaga zending, ujian ini biasanya bersifat penyelidikan mendalam mengenai pengetahuan dan keadaan rohani si calon. Pembaptisan berlangsung dengan cara pemercikan; hanya badan-badan yang berakar dalam kebangunan rohani di Amerika menggunakan baptisan selam.</p><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Tanggapan oleh masyarakat bukan Kristen</b></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Masyarakat bukan Kristen tidak suka melihat kalau anggota-anggota masyarakat itu masuk Kristen. Maka tidak jarang orang Kristen menghadapi pertentangan dari pihak masyarakat, apakah itu masyarakat yang menganut agama suku, Hindu, atau Islam. Dalam lingkungan agama suku, pertentangan itu dicetuskan terutama oleh kekhawatiran kalau-kalau penolakan orang Kristen untuk turut menyelenggarakan upacara untuk nenek moyang dan untuk memelihara adat seutuhnya akan membuat marah nenek moyang dan dengan demikian akan mendatangkan malapetaka. Agaknya pada masa 1860-1942 tidak pernah terjadi pembunuhan (paling tidak, secara terbuka) atas diri seorang Kristen, pun di daerah/pada masa pemerintah kolonial tidak berkuasa. Sebaliknya, yang sering berlangsung ialah pemboikotan secara ekonomis. Desa merupakan persekutuan kerja; orang secara bersama membangun rumah, membuat perahu, menggarap sawah. Kalau seseorang dikucilkan dari persekutuan itu, maka keadaannya menjadi serba sulit. Di Jawa Barat, mula-mula juga di Tapanuli, kenyataan ini memaksa para zendeling untuk mengumpulkan orang-orang Kristen dalam kampung-kampung tersendiri (Cideres, Hutadame). Tetapi adakalanya masyarakat menanggapi masuknya agama Kristen dengan cara yang lebih rasional: orang membandingkan hasil sawah-ladang orang Kristen, yang ditanami tidak dengan menjalankan upacara tradisional, dengan hasil sawah-ladang lainnya: kalau ternyata sama saja maka tiada alasan untuk menentang agama yang baru itu. Dalam keadaan hampa kuasa yang di beberapa daerah terjadi dalam bulan Maret 1942 dan dalam tahun 1945, orang Kristen banyak menderita, khususnya di daerah Jabar, Jateng, dan Sulsel. <span style="color: rgb(255, 0, 0);">Pemberontakan DI/TII</span> merupakan zaman yang paling buruk, sebab <span style="color: rgb(255, 0, 0);">sejumlah orang Kristen, khususnya pemimpin jemaat, dibunuh oleh anggota gerombolan.</span></p><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Gerakan kebangunan dalam agama suku</b></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Tidak jarang juga masuknya agama Kristen (dan/atau pemerintah kolonial) mencetuskan gerakan kebangunan dalam lingkungan agama suku. Orang merasa tidak puas karena adat mereka dirongrong oleh ketentuan-ketentuan pemerintah dan oleh pengaruh pekabaran Injil. Lalu mencullah seorang nabi yang menganjurkan supaya orang kembali melaksanakan adat dan menghormati dewa-dewa. Demikianlah misalnya di Tana Toraja pada tahun 1919, 1921, dan 1923, atau di Tapanuli (§ 42). Biasanya gerakan seperti itu akhirnya ditindas oleh pemerintah kolonial, seperti di Tapanuli pada tahun 1916.</p><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Gerakan-gerakan sinkretistis</b></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Berhadapan dengan masuknya agama Kristen, agama suku tidak bersifat pasif saja atau menentang semata-mata. Adakalanya para penganutnya secara kreatif menampung unsur-unsur agama Kristen. Demikianlah kita dengar bahwa di Sumba seorang pemuka agama suku memasukkan tokoh Adam dan Hawa ke dalam mitos tentang penciptaan dunia. Pada tahun 1929 di Tana Toraja, dalam upacara persembahan kurban kepada dewata, nama Adam dan Yesus dipanggil bersama nama-nama dewata. Di Poso, sekitar tahun 1920, sebagian penduduk (yang tetap menganut agama nenek moyang) tidak bekerja lagi pada hari Minggu, agar tidak menimbulkan murka Allahnya orang Kristen. "Pue Ala" di situ sudah ditampung lingkungan para dewata. Di beberapa daerah muncullah tokoh-tokoh "nabi", yang pemberitaannya menggabungkan unsur-unsur Kristen dan bukan Kristen. Begitu di Poso; di sana seorang wanita mengaku telah mendapat perintah dari Pue Ala (nama Allah yang dipakai oleh para pekabar Injil) dan dari Pue mPalaburu (Tuhan Pencipta) untuk mengajak orang agar berkelakuan baik dan mengikuti ibadah gereja dengan setia. Tetapi di samping itu, katanya, ia ditugaskan untuk menyembuhkan orang sakit dan untuk menyuburkan tumbuhnya padi. Kedua kegiatan ini dilakukannya seluruhnya menurut cara yang lazim dalam lingkungan agama nenek moyang. Maka berduyun-berduyunlah orang menghadiri baik kebaktian Kristen maupun upacara-upacara tradisional. Di Sumba seorang anak muda, yang telah mendapat ilham dalam mimpi, menganjurkan orang agar mendengarkan dan menaati pemberitaan zendeling (1925).</p><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Mesianisme</b></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Kadang-kadang gejala sinkretisme itu menjelma dalam gerakan mesianis (gerakan yang berpusat pada seorang tokoh yang mengaku diutus oleh Allah untuk membawa zaman kesejahteraan). Pada tahun 1912, di kampung Letwurung (Babar, Maluku Selatan) muncul seorang tokoh yang mengaku dirinya adalah Yesus Kristus yang telah kembali dari sorga ke bumi untuk menyembuhkan segala penyakit dan membangkitkan orang mati. Dalam lingkungan Sadrach (§ 24,46) terdapat keyakinan yang serupa berkenaan dengan tokoh Sadrach. Rupanya di sini kita menghadapi gerakan-gerakan yang berlatar belakang agama tradisional, namun mengambl alih ciri-ciri tertentu (misalnya nama tokoh Mesias) dari agama Kristen. Gerakan yang serupa paling sering muncul di Irian, yaitu gerakan Koreri (§ 36). Rupanya sudah ada gerakan-gerakan Koreri sebelum Zending masuk. Tetapi setelah agama Kristen menjadi agama yang dominan, unsur-unsur Kristen ditampung dalam gerakan Koreri. Begitu misalnya dalam gerakan yang besar pada tahun 1938-1943, yang ditokohi seorang wanita bernama Angganita Menufaur. Angganita mengambil nama Maria, tempat tinggalnya disebut Betlehem, dan tokoh Manseren Manggundi (tokoh Mesias dalam mitos asli) disamakan dengan Yesus. Pengikut gerakan itu malah melancarkan tuduhan bahwa para zendeling dan guru telah mengeluarkan satu lembar dari Alkitab, yaitu yang mengandung pernyataan bahwa Yesus adalah Manggundi. Meskipun demikian, mereka tetap mau dipandang sebagai orang Kristen. Dibandingkan dengan Afrika, di mana muncul ribuan gereja sempalan yang berdasarkan sinkretisme dan mesianisme, di Indonesia gerakan seperti itu jarang terjadi (§ 44).</p><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Sama seperti pada masa sebelumnya, ibadah menikuti pola Barat. Dalam hubungan ini perlu dicatat bahwa sesungguhnya pola "Barat" itu adalah pola yang sudah berlaku dalam gereja segala zaman, namun dalam gereja Belanda atau (di Medan kerja RMG) Jerman telah diberi warna tertentu. Maka "mengikuti pola barat" berarti bahwa,</p><ol style="color: rgb(51, 255, 51);" type="a"><li> gedung gereja bersifat sederhana. Biasanya gedung gereja itu memakai gaya bangunan ala Barat. Adakalanya seorang zendeling membangun gereja menurut gaya setempat di pusat resortnya (begitu di Malang, dengan memakai gaya pendopo, atau di Sangalla´, Tator, mirip rumah Toraja). Tetapi biasanya jemaat-jemaat lain tidak mau mengikuti contoh itu.</li><li> peranan jemaat terbatas pada menyanyi saja;</li><li> tata kebaktian bersifat sederhana, dengan tempat besar bagi pemberitaan firman dalam khotbah;</li><li> perayaan Perjamuan Kudus jarang dilakukan.</li></ol><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Bahasa Ibadah</b></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Di wilayah GPI biasanya ibadah memakai bahasa Melayu; di wilayah badan-badan zending sedapat mungkin bahasa daerah yang digunakan dalam khotbah (bnd. § 26). Tetapi karena penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa daerah memakan waktu bertahun-tahun, maka biasanya mula-mula dipakai Alkitab bahasa Melayu. Di beberapa daerah, hanya terjemahan PB yang diterbitkan. Dalam abad ke-19 terjemahan Leydecker (§ 15) mulai dianggap sudah tidak memuaskan lagi. Antara tahun 1815-1860, beberapa bagian Alkitab diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu yang lebih sederhana. <a name="56">Pada tahun 1879, Lembaga Alkitab Belanda menerbitkan Alkitab terjemahan Klinkert, yang menggantikan terjemahan Leydecker (namun tidak diterima di Maluku). Terjemahan Klinkert itu sudah jauh lebih dekat dengan bahasa Melayu orang Melayu sendiri. Pada tahun 1938, PB terjemahan Klinkert pada gilirannya diganti oleh terjemahan Bode; pada tahun 1971 terbitlah terjemahan baru Lembaga Alkitab Indonesia, yang menggantikan PL-Klinkert dan PB-Bode (dalam tahun 1990-an terjemahan baru itu pun mengalami revisi). </a></p><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="56"><b>Pemimpin ibadah</b></a></p><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="56">Yang memimpin ibadah biasanya penghantar jemaat Indonesia. Mereka ini tidak memakai lagi kitab khotbah yabg dicetak, tetapi sedapat mungkin dibimbing oleh zendeling resortnya melalui bagan khotbah yang dipersiapkan oleh zendeling dan yang sedapat mungkin dibicarakan bersama mereka. Sakramen biasanya dilayankan oleh zendeling. Isi khotbah paling sering menyangkut keselamatan yang dianugerahkan kepada manusia oleh karya Kristus dan perlunya menempuh kehidupan yang sesuai dengan anugerah itu.</a></p><p style="color: rgb(51, 255, 51); text-align: right;"><a name="56">BY GAN<br /></a></p>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-18535624359521919802009-09-03T00:10:00.000-07:002009-09-03T00:16:18.143-07:00KEHIDUPAN JEMAAT2 DI JAWA SAAT (± tahun-tahun 1830-an sampai 1860-an)<p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Sejak abad ke-18, sebagian besar pulau Jawa dikuasai oleh orang-orang Belanda secara langsung. Setelah VOC bubar (1799), sampai tahun-tahun 1820-an, keadaan politis adalah tidak tetap : pemerintah-Belanda yang mengganti VOC, diusir oleh orang-orang Inggeris (1811), tetapi lima tahun kemudian orang-orang Belanda kembali lagi (1816). Penguasa-penguasa yang silih-berganti ini membawa serta cita-cita yang luhur, yang di Eropa telah dicetuskan oleh Pencerahan (§ 17). Beberapa kali terjadi reorganisasi di bidang ekonomi (sistim perpajakan, soal tanah) dan politik. Dan Gubernur-Jenderal yang pertama sesudah masa pemerintahan Inggeris mempunyai rencana-rencana yang sangat baik untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Jawa. Tetapi negeri Belanda menghadapi peperangan di Jawa (Perang Diponegoro, 1825-1830) dan di Eropa (1830-1839). Akibatnya, perbendaharaan negara Belanda kosong, dan tenaga orang-orang Jawa dikerahkan untuk mengisinya kembali melalui sistem Tanam Paksa. Sistim itulah yang menentukan kebijaksanaan pemerintah Belanda di Jawa mulai dari tahun-tahun 1830-an sampai 1860-an. Negeri Belanda membutuhkan uang, dan jangan hendaknya membutuhkan uang, dan jangan hendaknya ada yang mengganggu keamanan dan ketertiban, sehingga kelancaran arus itu terputus. Oleh karena itu pemerintah enggan mengizinkan lembaga-lembaga zending bekerja di Jawa selama masa itu, dan sesudah itu pun pekerjaan mereka sering mengalami rintangan dari pihak para pejabat pemerintah. </p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Keadaan di bidang keagamaan</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Dalam abad ke-16, pedalaman Jawa sudah diislamkan (bnd ps 2). Di ujung Timur pulau itu, agama Hindu masih bertahan sampai sekitar tahun 1770. Tetapi Kompeni mengusir orang-orang Bali dari sana, sehingga daerah itu pun dimenangkan bagi Islam. Namun demikian, di tengah-tengah masyarakat Jawa Islam itu corak berpikir dari zaman sebelum kedatangan Islam, sempat hidup terus. Di satu pihak, seluruh hidup orang-orang Jawa, khususnya di desa-desa, tetap diatur oleh adat. Di lain pihak, banyak orang Jawa terpengaruh oleh kebatinan. Orang-orang ini mempersoalkan nilai upacara keagamaan, kunjungan ke tempat-tempat ibadah, kitab-kitab suci dan sebagainya. Bagi mereka, hal-hal ini bersifat "lahiriah" dan dengan demikian lebih rendah martabatnya daripada hal-hal "batiniah", yaitu ibadah dalam hati. Mereka memandang agama sebagai "ngelmu", "ilmu", yaitu pengetahuan rahasia yang memberi kekuatan batin kepada yang memilikinya. Rupanya justru dalam abad ke-19 dunia rohani orang Jawa mengalami pergolakan yang besar dan banyak orang yang berjalan keliling Jawa untuk mencari "ngelmu" baru. Perlu dicatat bahwa pengaruh kebatinan ini lebih besar di Jawa Timur dan Tengah daripada di Jawa Barat.</p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Agama Kristen di Jawa ± 1815</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Sekitar tahun 1815, penganut-penganut agama Kristen hanya terdapat dalam golongan orang yang bukan-Jawa : orang-orang Belanda serta keturunan mereka, dan sejumlah orang yang berasal dari Indonesia Timur. Orang-orang Kristen ini terutama terdapat di ketiga kota besar di pantai Utara : Surabaya, Semarang dan Batavia. Tetapi ada juga yang hidup di pedusunan, misalnya sebagai pengusaha di bidang perkebunan dan tuan tanah. Sekitar tahun 1815, orang Jawa atau Sunda yang beragama Kristen boleh dikatakan tidak ada. Jemaat-jemaat Kristen di kota-kota besar, dan orang-orang Kristen yang berserak itu hidup terpencil dan tidak merasa terpanggil untuk menyebarkan Injil kepada massa orang pribumi di sekitar mereka. Anggota-anggota jemaat Depok malah dilarang bergaul dengan penduduk desa-desa tetangga yang beragama Islam.<b> </b> </p><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><b> <span style="color: rgb(255, 0, 0);">p.I.</span></b><b style="color: rgb(255, 0, 0);">Kegiatan</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Gereja (GPI) tidak melakukan pekabaran Injil, dan negara tidak mengizinkan lembaga-lembaga p.I. dari Eropa mengisi lowongan itu. Oleh karena itu, pekabaran Injil di pulau Jawa harus berpangkal pada beberapa orang Kristen perorangan. Di antara mereka ada yang hidup di kota, ada yang di pedalaman. Kita menyebutkan beberapa nama. Di daerah Jawa Timur ada Bapa Emde serta kelompoknya (mulai dari tahun 1851) di Surabaya, dan Coolen di Ngoro (sejak ± tahun 1830). Di Jawa Tengah terdapat a.l. beberapa isteri pengusaha Eropa di pedalaman, a.l. ny. Philips (tahun 1850-an). Di Jawa Barat, kita menemukan sejumlah anggota jemaat GPI di Batavia, a.l. mr Anthing (mulai dari tahun 1850-an). Tokoh-tokoh perintis ini memperkenalkan Injil kepada sejumlah orang Jawa. Di antara mereka ini tampil pula tokoh-tokoh yang giat menyiarkan Injil di tengah teman-teman sebangsanya, a.l. Paulus Tosari (1813-1882, Kristen sekitar 1840); Tunggul Wulung (± 1803-1884, Kristen sek. 1853) dan Sadrach (1840-1924, Kristen sek. tahun 1855). Khusus di Jawa Barat, Mr. Anthing dibantu juga oleh sejumlah penginjil yang berasal dari daerah di sekitar Batavia.</p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Jawa Timur: Emde</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="b18">Di Jawa Timur, kegiatan p.I. dimulai oleh seorang Jerman yang telah merantau ke Indonesia. Bapa Emde (1774-1859) adalah seorang pietis dari Jerman yang berlayar ke Indonesia untuk melihat dengan mata kepala sendiri, apakah benar bahwa perkataan dalam Kej. 8:22 tentang musim dingin dan musim panas tidaklah sesuai dengan keadaan di daerah katulistiwa. Ia menetap di Surabaya, di mana ia bekerja sebagai tukang arloji. Di situ ia dikunjungi oleh Joseph Kam, ketika ia ini sedang dalam perjalanan ke Maluku (§ 20) dan kunjungan Kam itu membangkitkan semangat misioner pada Emde. Ia mendirikan suatu perkumpulan p.I. (1815) dan mengadakan pertemuan-pertemuan keagamaan di rumahnya. Alat-alat untuk p.I. diperoleh dari Bruckner, seorang pekabar Injil yang telah diutus ke Jawa bersama Kam, menjadi pendeta di Semarang, tetapi kemudian beralih ke lembaga p.I. Baptis Inggeris, yang pada tahun 1792 didirikan oleh William Carey. </a><a name="b17">Bruckner telah mengarang selebaran-selebaran dalam bahasa Jawa, dan Emde mendesak dia agar menterjemahkan P.B. ke dalam bahasa Jawa. Terjemahan itu selesai dicetak pada tahun 1831, tetapi langsung disita oleh pemerintah. Namun Emde sebelumnya sudah menerima beberapa bagian terjemahan tersebut dalam bentuk salinan tangan, dan itu disebarkannya, bersama isteri dan anak-anak perempuannya, bersama dengan selebaran-selebaran, dengan menyodorkannya kepada orang-orang yang kebetulan liwat atau dengan menempelkannya di tempat-tempat ramai.</a></p><a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="b17"> </a><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="b17">Mula-mula pekerjaan Emde itu tidak banyak membawa hasil. Pendeta GPI di Surabaya memandang dia sebagai saingan dan mengadukannya kepada pemerintah. Akibatnya, Emde harus meringkuk dalam penjara selama beberapa minggu. Hal ini terjadi pada tahun 1820; di kemudian hari sikap GPI menjadi lebih positif. Tetapi di kalangan orang-orang Jawa juga pekerjaan Emde pada mulanya tidak mendapat sambutan yang hangat.</a></p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="b17"><b>Coolen</b></a></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="b17">Dalam pada itu, di Jawa Timur telah muncul pusat penyiaran agama Kristen yang kedua. Pusat kedua ini ialah Ngoro, dan pemimpinnya ialah Coolen (1775-1873). Coolen lahir dari keluarga Belanda, tetapi ibunya adalah puteri bangsawan Jawa. Dari ibunya itu diwarisinya tradisi kebudayaan Jawa, sehingga ia menguasai wayang, musik dan tari-tarian Jawa. Pada tahun 1827, ia memperoleh kawasan hutan yang luas, kira-kira 60 Km dari kota Surabaya. Pembukaan hutan itu berhasil baik. Banyak orang Jawa datang ke sana dan diberi tanah dengan syarat yang lunak. Ngoro menjadi desa yang sangat makmur, yang pada waktu kelaparan melanda Jawa Timur dapat membagi beras kepada ribuan orang.</a></p> <a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="b17"> </a><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="b17"><b>p.I. oleh Coolen</b></a></p><a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="b17"> </a><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="b17">Di Ngoro tidak ada paksaan dalam hal agama. Coolen menyuruh orang membangun sebuah mesjid. Tetapi dalam memimpin desanya, iapun tetap bertindak sebagai seorang Kristen. Apabila seseorang hendak membajak sawahnya, Coolen diminta untuk membuka alur pertama. Maka ia memegang alat luku sambil menyanyikan : "O gunung Semeru, o Dewi Sri, berkatilah karya tangan kami. Dan di atas segala-galanya kami pohonkan karunia dan kekuatan dari Yesus, yang kekuasaanNya tiada bertara". Beberapa di antara orang-orang yang datang ke Ngoro adalah orang yang pernah melakukan kejahatan. Coolen mengizinkan mereka menetap di Ngoro, tetapi ia berusaha untuk menunjuk jalan kepada mereka supaya memperbaiki diri. Kepada mereka diberitahukannya "ilmu Kristen" tentang pelepasan manusia dari dosa oleh Juruselamat dunia. Pada hari-hari Minggu, Coolen mengadakan kebaktian di pendopo rumahnya sendiri : di situ ia berdoa dan membacakan suatu pasal dari Alkitab, lalu orang mengangkat nyanyian serta orang dengan gaya tembang. Selanjutnya sepanjang hari Minggu, orang menghabiskan waktunya dengan bermain gamelan, dengan wayang dan dikir, yakni mengulang-ulangi rumus-rumus Kristen (Doa Bapa Kami dan sebagainya) dengan cara yang dipakai juga oleh santri-santri Islam. Pada hari-hari lain, pada sore harinya, Coolen mengajarkan agama Kristen dan rumus-rumus Kristen kepada mereka yang berminta. Dengan cara itu terbentuklah suatu jemaat Kristen. Coolen mengangkat seorang pengantar jemaat, yang disebut Kyai penghulu, dan dua orang penatua. Anggota-anggota jemaat ini mempunyai banyak hubungan ke luar, yaitu dengan teman-teman sebangsanya dari desa-desa lain; terhadap teman-temannya itu mereka memuji "ilmu" Coolen, sehingga orang datang dari jauh untuk "mengadu ilmu" dengannya, dan kalau mereka kalah, maka mereka berguru pada Coolen. Tetapi semuanya ini berlangsung tanpa ada hubungan dengan pendeta serta jemaat GPI di Surabaya. Pun sakramen baptisan dan perjamuan tidak dilayankan di Ngoro.</a></p><a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="b17"> </a><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="b17"><b>Kelompok Wiung</b></a></p><a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="b17"> </a><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="b17">Di desa Wiung, yang letaknya tidak jauh dari Surabaya, ada suatu kelompok orang yang taat beragama. Mereka biasa berkumpul dalam rumah modin desa itu, yang bernama Pak Dasimah. Pada suatu hari salah seorang anggota kelompok ini membawa-serta sebuah buku kecil dalam bahasa Jawa yang diberikan kepadanya oleh seorang perempuan keturunan Eropa di Surabaya. Katanya, ia enggan mengambilnya, tetapi akhirnya dengan setengah terpaksa buku itu diterimanya juga. Pak Dasimah membukanya dan heran sekali ia melihat kata-kata yang pertama : "Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus......"(Mrk 1:1). Ia tidak begitu suka akan isinya, tetapi karena buku itu agaknya mengandung hal-hal keagamaan yang belum dikenalnya maka ia tidak membuangnya melainkan membuatnya menjadi pokok pembicaraan dalam kelompoknya.</a></p><a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="b17"> </a><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="b17">Kemudian sekitar tahun 1834, seorang anggota kelompok Wiung bertemu dengan seorang kyai yang telah berguru pada Coolen. Kyai ini mengucapkan sebuah rapal yang isinya tidak lain melainkan Keduabelas Pasal Iman. Pengunjung dari Wiung itu teringat akan buku yang telah dikenalnya di sana, dan ia cepat pergi membawa berita ini kepada Pak Dasimah. Setelah mengetahui bahwa rapal itu asalnya dari Ngoro maka Pak Dasimah. Setelah mengetahui bahwa rapal itu asalnya dari Ngoro maka pak Dasimah beserta sejumlah temannya berjalan ke sana meminta "toya wening", air jernih (hidup). Coolen menyambut mereka dengan ramah dan selama sepuluh hari mereka sempat menerima pengajaran agama Kristen seperti yang diberikan di Ngoro. Setelah itu mereka pun pulang, tetapi di Wiung ajaran itu tetap menjadi pokok renungan dan pembicaraan bagi mereka, dan setiap tahun mereka kembali ke Ngoro. Dalam pada itu, Pak Dasimah menyebarkan "ilmu" baru yang telah diperolehnya dengan cara yang sudah dilihatnya di Ngoro, yaitu melalui wayang.</a></p> <a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="b17"> </a><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="b17"><b>Perbedaan Emde-Coolen</b></a></p><a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="b17"> </a><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="b17">Setelah lima tahun mendapat kunjungan dari orang-orang Wiung, Coolen merasa sayang melihat mereka harus menempuh jarak yang jauh itu. Ia memberi mereka nasehat agar pergi ke Surabaya mencari seorang Kristen bernama nyonya Emde. Pak Dasimah lalu pergi berkunjung kepada Emde. Ia ini heran sekali karena sama sekali belum mengetahui tentang kelompok di Wiung. Soalnya ialah bahwa orang-orang Jawa yang telah masuk kelompok Emde di Surabaya itu adalah orang-orang kota. Mereka biasanya menjadi pembantu rumah tangga pada keluarga-keluarga Eropa, dan tidak berhubungan dengan lingkungan rohani yang didalamnya orang-orang Wiung hidup. Dan sesudah menjadi orang Kristen dan menerima baptisan (di tengah-tengah jemaat GPI) maka mereka lebih jauh lagi dari dunia kerohanian Jawa-asli. Sebab Emde memandang perlu bahwa mereka, bersama dengan agama orang Eropa, menerima juga adat-kebiasaan Eropa. Mereka diharuskan memotong rambut, menggantikan sarungnya dengan celana, melepaskan keris-kerisnya; mereka tidak boleh lagi menonton wayang, mendengarkan gamelan, menyelenggarakan selamatan, dan sebagainya, sebab hal-hal itu dipandang sebagai kekafiran. Coolen mengabarkan Injil sambil memberinya wujud Jawa; Emde menggabungkan erat-erat agama Kristen dengan kebudayaan Eropa. Hanya dalam satu hal itu ia berbeda dengan orang-orang Eropa lainnya (juga dengan banyak tokoh zending di zaman kemudian) dan bertindak sama seperti Coolen: ia sama sekali memperlakukan orang-orang Jawa selaku sesamanya, bukan sebagai manusia yang bertingkat lebih rendah.</a></p> <a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="b17"> </a><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="b17"><b>Jemaat Ngoro pecah</b></a></p><a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="b17"> </a><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="b17">Di Surabaya, Pak Dasimah dan kawan-kawannya belajar juga mengenai baptisan. Mereka merasa bahwa Coolen belum memberitahukan "ilmu Kristen" kepada mereka dengan sepenuhnya. Untuk mengisi kekurangan itu, mereka minta dibaptis dan permintaan itu dikabulkan. Pada bulan Desember 1843 tigapuluhlima orang Jawa dibaptis oleh pendeta GPI di Surabaya. Mereka semua diberi nama baru, yang diambil dari dalam Alkitab. Tetapi Coolen sama sekali tidak senang mendengar hal itu. Ia memalukan orang yang sudah dibaptis dan yang berrambut pendek itu, dan melarang mereka untuk tetap tinggal di Ngoro. Namun demikian, dalam tahun-tahun berikutnya beberapa ratus orang penduduk Ngoro pergi ke Surabaya untuk dibaptis pula. Dalam hal ini kita amati suatu ironi: orang Kristen Jawa menolak bentuk agama Kristen yang telah disesuaikan dengan kebudayaan Jawa dan mereka berpaling kepada agama Kristen gaya Emde yang justru menolak seluruh kebiasaan Jawa! Gejala seperti ini nampak pula di daerah-daerah lain dan dalam zaman kemudian. Salah seorang di antara mereka yang meminta untuk dibaptis ialah Paulus Tosari (1813-1882). Ia ini pernah belajar di pesantren, tetapi kemudian menempuh jalan yang kurang baik. Setelah mengatasi krisis ini, ia mendengar tentang "ilmu" yang dapat diperoleh di Ngoro. Perkataan Yesus dalam </a><a title="SABDAweb Matius 5:3" href="http://sejarah.sabda.org/artikel/jemaat_di_jawa.htm#SABDAweb" onclick="return swebpop('Matius+5%3A3');">Matius 5:3</a> menjadi pegangan dan pedoman hidup baginya. Sekitar tahun 1840, Tosari pindah ke Ngoro dan setelah berguru lagi pada Coolen, iapun diberi tugas memimpin kumpulan-kumpulan pada hari Minggu dan Kamis malam.</p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Mojowarno</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Coolen tidak tahan anak-anaknya menerima baptisan serta adat orang Belanda. Akhirnya mereka diusirnya dari Ngoro, dan dalam kawasan hutan yang angker, mereka mendirikan sebuah desa yang diberi nama Mojowarno (1844). Tosari menjadi guru jemaat mereka dan selama beberapa tahun jemaat ini berjalan dengan pimpinan yang hanya terdiri dari orang-orang Jawa saja. Tetapi dalam tata-kebaktian dan dalam hal-hal lain mereka ini memakai bentuk-bentuk dari Barat.</p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Jellesma</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Sementara itu NZG (§ 19) akhirnya mendapat izin dari pemerintah Hindia Belanda untuk memulai pekerjaan di pulau Jawa. Utusannya yang pertama ialah Jellesma (1817-1858). Mula-mula ia menetap di Surabaya, tetapi karena melihat bahwa orang-orang Jawa di sana, apalagi orang-orang Jawa Kristen, sudah menjadi terasing dari kehidupan suku bangsa mereka sendiri, maka kemudian ia pindah ke Mojowarno (1851). Di situ ia tidak mengambil-alih pimpinan dalam jemaat : Tosarilah yang tetap menjadi pemimpin. Jellesma yakin bahwa kegiatan jemaat dan penyiaran Injil harus diselenggarakan oleh orang-orang Jawa, dengan cara yang sesuai dengan lingkungan Jawa. Dalam hal ini ia mengambil garis-tengah antara Emde dan Coolen. Terhadap bentuk-bentuk kebudayaan Jawa. Emde telah mengambil sikap negatif ; Coolen sebaliknya bersikap positif terhadapnya; kita dapat berkata bahwa Jellesma mengambil sikap selektif (= memilih). Misalnya: ia tidak berkeberatan kalau orang Kristen berambut panjang, atau mau melepaskan destarnya dalam kebaktian, dan ia berusaha untuk menyederhanakan untuk tata-ibadah. Sebaliknya ia tidak setuju ketika para sesepuh desa Mojowarno mengadakan pesta tarian dengan wanita-wanita, dan mereka itu dikenakan disiplin gereja. Sikap ini diambil tidak oleh Jellesma seorang; kita telah melihat dalam bab-bab yang terdahulu bahwa angkatan para zendeling yang sebaya dengan Emde pada umumnya bersikap negatif terhadap adat dan kebudayaan peribumi, sedangkan angkatan Jellesma pada galibnya melepaskan sikap menolak itu.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Kerjasama antara Tosari dan Jellesma berlangsung dalam suasana baik dan memberi hasil yang baik. Selama Jellesma di Jawa, ia membaptis duaribu orang lebih. Jellesma juga menyelenggarakan sekolah rakyat, dan di samping itu mendidik sejumlah pemuda menjadi guru sekolah merangkap guru jemaat. Bersama Tosari ia mendirikan pula "Lumbung orang Miskin": jemaat mengumpulkan padi yang kemudian "dipinjamkan" atau diberikan kepada orang-orang yang berkekurangan. Jellesma menerbitkan juga Riwayat-riwayat Alkitab dan sebuah bundel Nyanyian Rohani dalam bahasa Jawa.</p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Pengaruh Zending bertambah</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Pada tahun 1858 Jellesma meninggal. Pada zaman utusan-utusan yang menggantikan dia (a.l. J. Kruyt, ayah A.C. Kruyt, yang bekerja di Mojowarno tahun 1864-1910) pengaruh Zending dalam lingkungan kekristenan Jawa bertambah besar. Mereka melihat dirinya sebagai guru-guru yang harus membawa orang-orang Kristen Jawa menuju ke kedewasaan iman, dan oleh orang-orang Kristen mereka dipandang sebagai tokoh-tokoh yang serba bisa. Jadi, keadaan dalam lingkungan kekristenan Jawa, yang mula-mula berbeda sekali dengan keadaan di daerah-daerah lain Minahasa, Kalimantan dan sebagainya), lama-lama sama dengan yang di tempat-tempat lain. Barulah dalam abad ke-20 jemaat-jemaat di Jawa Timur kembali berdiri sendiri.</p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Jawa Tengah</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Injil datang ke Jawa Tengah melalui dua jalan. Jalan yang satu ialah melalui usaha beberapa orang kulit putih. Jalan yang lain adalah penyiaran "ilmu" Kristen oleh penduduk Ngoro dan Mojowarno. Selanjutnya juga riwayat sejarah gereja di Jawa Tengah mempunyai pola yang mirip dengan yang di Jawa Timur: utusan-utusan Lembaga Zending datang menetap di tengah-tengah jemaat-jemaat Kristen Jawa dan mengambil-alih pimpinan. Hanya, di Jawa Tengah mereka lebih banyak mengalami pertentangan daripada yang dialami Jellesma atau penggantinya. Penggabungan kedua arus itu, yaitu kekristenan bercorak Jawa dan kekristenan gaya Barat, di sini baru selesai pada abad ke-20.</p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Bruckner</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Di Semarang, Bruckner bekerja dari tahun 1815-1856. Ia telah diutus NZG bersama dengan Kam (§ 20), dan sama seperti Kam ia diangkat menjadi pendeta GPI. Akan tetapi ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dalam Gereja negara itu (bnd Kam!) dan pada tahun 1816 ia meletakkan jabatannya dan bergabung dengan Lembaga p.I. Baptis yang pada tahun 1792 didirikan oleh Carey. Dialah yang untuk pertama kali menterjemahkan PB ke dalam bahasa Jawa. Buku-buku itu disita oleh pemerintah, namun ada salinan yang sampai ke dalam tangan orang Jawa Timur. Bruckner tidak berhasil mengumpulkan suatu jemaat, sebab pada hematnya tidak seorangpun di antara mereka yang berminat untuk dibaptis, dapat dianggap telah memenuhi syarat. Tetapi beberapa orang Kristen dari Jawa Timur mengadakan perjalanan p.I. sampai ke daerah Gunung Muria (Jepara) dan di situ berdirilah jemaat-jemaat kristen di Kayu-Api dan lain-lain tempat, tanpa perantaraan seorang Eropa, tetapi sebagai hasil-tidak-langsung dari karya terjemahan Bruckner.</p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Tunggul Wulung</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Salah seorang tokoh pemimpin dalam kekristenan Jawa ialah Tunggul Wulung (sek. 1803-1885). Ia berasal dari daerah Juwono (juga dekat gunung Muria). Pada tahun-tahun itu penduduk Jawa Tengah menjadi resah akibat keadaan ekonomi mereka yang sulit. Banyak orang yang mengungsi ke Jawa Timur. Kyai Ngabdullah, begitulah namanya pada waktu itu, ikut berpindah dan menjadi seorang pertapa di lereng gunung Kelud. Rupanya ia dipandang orang sebagai penjelmaan seorang tokoh dari zaman raja Joyoboyo, yaitu seorang jenderal yang bernama Tunggul Wulung.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Pada masa ini Tunggul Wulung berkenalan dengan agama Kristen. Caranya tidak kita ketahui dengan tepat, tetapi baik Ngoro maupun Mojowarno letaknya tidak jauh dari gunung Kelud, sedangkan pada tahun-tahun 1840-an agama Kristen sudah cukup terkenal di kalangan penganut kebatinan. Bagaimana pun juga, pada tahun 1853 Tunggul Wulung muncul di Mojowarno, dan dua tahun kemudian iapun dibaptis oleh Jellesma dan diberi nama Ibrahim. Sementara itu dan juga sesudahnya ia mengadakan perjalanan p.I. terus-menerus, a.l. ke Pasuruan, Rembang, di daerah Malang dan di kawasan gunung Muria, kemudian juga di Jawa Barat. Di beberapa tempat ia menjadi perintis jemaat-jemaat Kristen yang baru. Kegiatan ini sempat menimbulkan rasa gelisah di kalangan pemerintah Hindia-Belanda begitu rupa, sehingga sampai-sampai Gubernur-Jenderal dan Menteri Daerah-daerah Jajahan mengutarakan pendapat mereka. Pun Zendeling Jansz, utusan pertama dari Lembaga Zending Mennonit, yang sejak tahun 1852 menetap di daerah Jepara, mengecam cara-cara yang ditempuh oleh Kyai Jawa ini. Tetapi Tunggul Wulung tidak membiarkan kegiatannya di tahan; selama duapuluh tahun ia berkeliling terus. Pada waktu kematiannya jumlah pengikut-pengikutnya dalam arti yang sempit saja sudah ditaksir melebihi seribu orang.</p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Hubungannya dengan pemerintah</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Oleh orang-orang Belanda pada zaman itu, termasuk para zendeling, Tunggul Wulung rata-rata dinilai negatif. Pemerintah mula-mula mencurigai dia karena takut penyiaran agama Kristen olehnya bisa mengganggu keamanan, tetapi juga karena alasan yang lebih langsung bersifat politis: para pengikut Tunggul Wulung mengharapkan pembebasan dari pekerjaan rodi. Pada zaman itu sering terjadi gerakan sosial-religius di Jawa, yang mengemukakan tuntutan yang serupa. Tetapi Kyai Ibrahim terkesan oleh perkataan Yesus : "orang-orang yang lemah-lembut akan memiliki bumi" (<a title="SABDAweb Mat. 5:5" href="http://sejarah.sabda.org/artikel/jemaat_di_jawa.htm#SABDAweb" onclick="return swebpop('Mat.+5%3A5');">Mat. 5:5</a>), dan ia sama sekali tidak bermaksud untuk mewujudkan tuntutan itu dengan kekerasan. Rupanya ia tertarik oleh apa yang telah dilihatnya di Ngoro : orang-orang Kristen dikumpulkan dalam suatu desa Kristen di bawah seorang tuan tanah Kristen, dan dengan demikian mereka dengan sendirinya akan menjadi bebas dari rodi. Atas dorongannya, Zending Mennonit menggunakan sistim ini di daerah Gunung Muria. Namun demikian, terhadap orang-orang Belanda Tunggul Wulung menunjukkan rasa harga diri yang cukup besar; ia tidak mau berjongkok apabila menghadap seorang Eropa, apalagi kalau ia ini seorang utusan zending.</p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Sikap Zendeling terhadapnya</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Ada utusan-utusan Zending yang sempat menjadi marah karena sikap ini. Jellesma dan Jansz bersikap lebih luwes, tetapi mereka terutama Jansz, terkejut oleh unsur Jawa dalam kekristenan gaya Tunggul Wulung. Dari Jansz kita mendengar bahwa Kyai Ibrahim menyajikan Injil sebagai suatu "ilmu"; bahwa pengikut-pengikutnya berdikir; bahwa pemimpin mereka memakai cara-cara seorang dukun dalam mengobati orang sakit dan menggunakan rumus-rumus Kristen seperti Doa Bapa Kami dan sebagainya dalam usaha pengobatan itu; bahwa bagi Tunggul Wulung peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam Alkitab, termasuk kelahiran Yesus Kristus, tidak perlu ditafsirkan secara harafiah tetapi mempunyai arti rahasia yang diwujudkan dalam batin orang-orang percaya.</p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Penilaian</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Adalah sulit untuk menilai tuduhan-tuduhan semacam ini. Mungkin juga kekristenan Tunggul Wulung mempunyai ciri-ciri sinkretistis (percampuran agama). Tetapi baiklah kita ingat akan perkataan Kraemer : seorang Jawa yang memiliki "ilmu" akan merahasiakannya, tetapi orang-orang Jawa Kristen itu justru menyebar-luaskan "ilmu" mereka yang baru; hal ini menunjukkan bahwa Roh telah mulai membaharui pemikiran mereka, betapapun besarnya pengaruh lingkungan Jawa atas pemikiran itu.</p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Sadrach</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Setelah kematiannya (1885), jemaat-jemaat yang dipimpin oleh Tunggul Wulung beralih kepada Zending Mennonit. Tetapi di Jawa Tengah bagian Selatan tetap terdapat sekelompok orang-orang Kristen yang meneruskan tradisi Tunggul Wulung. Mereka ini dipimpin oleh salah seorang muridnya, yaitu Sadrach (1840-1924). Selama beberapa tahun ia bekerja di Jawa Barat dan kemudian menjadi pembantu ny. Philips di Purworejo. Setelah ny. Philips meninggal, jemaat yang telah dikumpulkannya menerima Sadrach menjadi pemimpinnya (1876). Di sini juga Zending, yaitu NGZV dan kemudian Zending Gereformeerde Kerken di Nederland (§ 19) masuk. Karena sikap NGZV terhadap agama Kristen Jawa itu lebih keras daripada sikap Jansz maka terjadilah keretakan yang tidak dapat dipulihkan lagi (tahun 1880-an). Sama seperti Mr Anthing (di bawah), Sadrach menggabungkan diri dengan Gereja Kerasulan.</p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Jawa Barat : Batavia</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Di Batavia, sejak zaman VOC sudah terdapat suatu jemaat yang berbahasa Melayu (§ 13). Jemaat ini merupakan bagian jemaat GPI setempat. GPI sudah merasa puas, apabila dapat memelihara warisan VOC itu dengan baik, dan tidak berusaha untuk menyiarkan Injil di tengah-tengah orang yang bukan Kristen. Tetapi sama seperti di Semarang dan Surabaya, begitu pula di Batavia selama abad ke-19, terdapat utusan-utusan Zending dan orang-orang swasta yang giat mengabarkan Injil. Di antara terdapat pendeta King (1824-1884) yang mendirikan gereja "Rehoboth" di Jatinegara, dan Mr Anthing (1820-1883), yang menjabat sebagai wakil ketua Mahkamah Agung. Ia ini menghabiskan seluruh kakayaannya dalam pekabaran Injil. Antara tahun 1851-1873 seorang penginjil dari daratan Tiongkok, yang bernama Gan Kwee, bekerja di kalangan orang-orang Tionghoa di Batavia dan di seluruh Jawa. Jemaat Patekoan dan juga beberapa kelompok orang Kristen di luar Batavia lahir dari usaha itu. Akan tetapi pada umumnya usaha p.I. di Batavia sendiri tidak banyak berhasil, sama seperti di Semarang dan Surabaya.</p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Jemaat-jemaat Anthing</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Mr Anthing berpendapat bahwa kota Batavia merupakan lapangan kerja yang sempit dan tandus, dan bahwa pekabaran Injil oleh tenaga asing dengan metode kebarat-baratan itu tidak mungkin membawa tujuan. Menurut dia, Injil harus dikabarkan oleh orang-orang pribumi dengan cara pribumi. Oleh karena itu ia memelihara hubungan dengan tokoh-tokoh Kristen Jawa-asli seperti Tunggul Wulung. Ia ini begitu menghargai sikap Anthing, sehingga ia mengirim anaknya untuk bersama sejumlah orang lain mendapat pendidikan di rumah Anthing untuk menjadi seorang pekabar Injil. Juga Sadrach selama beberapa waktu menumpang di rumah Anthing.</p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Pekabar-pekabar Injil didikan Anthing itu mendirikan sejumlah jemaat kecil di daerah sekitar Batavia, a.l. Kampung Sawah dan Gunung Putri. Mereka menggunakan metode yang sama dengan pengikut-pengikut Coolen di Jawa Timur dan Tunggul Wulung dan kawan-kawan di Jawa Tengah: Injil dibawakan sebagai suatu "ilmu". Tetapi daerah di sekitar Batavia bukanlah daerah Sunda-asli; penduduknya bersifat campuran. Orang-orang Sunda asli tidak terjangkau oleh pekerjaan Mr Anthing. Usaha p.I. di tengah-tengah mereka dimulai oleh Lembaga NZV dari Nederland (§ 19), yaitu pada tahun 1861. Dengan memperlihatkan sikap yang lunak dan bijaksana, utusan-utusan berhasil mengadakan kerjasama dengan jemaat-jemaat Anthing, sesudah ia ini meninggal (tahun 1880-an). Dan karena pekerjaan NZV di kalangan orang-orang Sunda belum begitu berhasil, maka jemaat-jemaat Anthing itu menjadi tumpuannya yang utama. Dikemudian hari, banyak tokoh pemimpin jemaat-jemaat Pasundan berasal dari sana.</p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Ringkasan</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Kita telah melihat bahwa dalam abad ke-19 pekabaran Injil ke Jawa dirintis oleh beberapa orang perorangan di kota-kota maupun di pedalaman. Lembaga-lembaga zending barulah mulai bekerja dengan sungguh setelah tahun 1860. Pekerjaan di kota-kota tidak banyak berhasil. Sebaliknya pedalaman, terutama berkat usaha orang-orang Jawa sendiri, pada tahun 1860-an sudah terdapat banyak orang Kristen: ribuan di Jawa Timur dan Tengah, ratusan di Jawa Barat. Jemaat-jemaat Kristen ini pada umumnya mempunyai corak Jawa yang nyata. Badan-badan zending, yang sejak tahun 1850 lama-kelamaan mulai bertindak sebagai wali jemaat-jemaat Kristen Jawa itu, berusaha untuk mengurangi unsur kejawen unsur kejawen di dalamnya.</p><p style="color: rgb(51, 255, 51); text-align: right;">BY GAN<br /></p>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4661313328947759282.post-85819143495151275812009-09-03T00:04:00.001-07:002009-09-03T00:08:37.479-07:00<p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Setelah melihat kepada orang Indonesia yang masuk Kristen, sekarang kita mengamati persekutuan jemaat yang dimasukinya. Kita berturut-turut akan berbicara mengenai: ibadahnya, termasuk pelayanan sakramen-sakramen; mengenai penggembalaan dan disiplin gereja; mengenai organisasi gereja; mengenai diakonat dan mengenai kesaksian jemaat ke luar.</p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Ibadah: terpisah menurut bahasa</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Di jemaat-jemaat di luar pusat, ibadah diadakan dalam bahasa Melayu saja. Di jemaat-jemaat pusat, ibadah biasanya diadakan secara terpisah-pisah bagi beberapa kelompok tersendiri. Begitulah misalnya di Ambon (§ 9, 10) dan di Solor (§ 12). Juga di Batavia (§ 13) di mana orang memakai tiga bahasa. Rupanya keadaan ini disebabkan oleh soal bahasa, mungkin juga oleh keinginan para misionaris Yesuit untuk menjauhkan domba-domba mereka dari pengaruh yang merusak dari orang-orang Portugis-asli. Masing-masing kelompok dilayani dalam bahasa sendiri dan sedapat mungkin oleh imam atau pendetanya sendiri. Begitu misalnya di Ambon pada akhir zaman Portugis, dan di Ambon dan Batavia pada masa kejayaan VOC. Tetapi kalau hanya satu pelayan yang hadir/tersedia, maka ia ini harus memimpin kebaktian dalam dua bahasa, pagi hari bahasa Belanda, selanjutnya dalam bahasa Melayu. Ada-tidaknya kebaktian dalam bahasa Melayu ini (di Batavia juga: bahasa Portugis; di luar wilayah Indonesia yang sekarang, pendeta-pendeta VOC menggunakan bahasa-bahasa lain lagi) merupakan ukuran bagi kekuatan batiniah gereja pada zaman itu. Sebab hanya dalam bahasa itu iman Kristen dapat diperkenalkan kepada orang-orang Indonesia dan mereka dapat dipelihara di dalamnya. Dan hanya pelayan-pelayan yang sanggup memberi pelayanan dalam bahasa itulah yang dapat bertindak sebagai pekabar Injil kepada orang-orang yang bukan-Kristen. Banyak sekali imam dan pendeta yang tidak pernah sampai kepada pengetahuan bahasa Melayu atau bahasa pribumi lainnya, dan yang hanya melayani para pendatang dari Eropa saja. </p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Tata-ibadah</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Ibadah diselenggarakan menurut kebiasaan yang berlaku di Eropa. Para imam Katolik-Roma melayankan misa menurut cara yang ditetapkan oleh gereja mereka; para pendeta Protestan mengikuti tata-ibadah yang umum diterima di negeri Belanda. Tata-ibadah ini adalah sebagai berikut: votum-salam -- nyanyian jemaat -- pembacaan Dasatitah -- doa -- bacaan Alkitab -- khotbah -- nyanyian jemaat -- (perayaan Perjamuan Kudus) -- pengumpulan persembahan -- doa -- nyanyian -- berkat. Pada sore hari, para pendeta Protestan menyelenggarakan ibadah-katekismus yang memakai cara yang sedikit lain. Di situ khotbah memberi penjelasan tentang satu pasal ("minggu") dari Katekismus Heidelberg. Di jemaat-jemaat di luar pusat, tata-ibadah adalah kira-kira sama. Hanya, di situ biasanya tidak terdapat seorang pendeta; yang memimpin ibadah ialah guru setempat atau seorang penghibur-orang-sakit (§ 10). Tokoh-tokoh ini tidak boleh membawakan khotbah yang mereka susun sendiri; mereka tidak juga memberi khotbah mengenai Katekismus.</p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Unsur ibadah: nyanyian</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Gereja di Belanda telah mengambil keputusan bahwa nyanyian-nyanyian yang boleh dipakai dalam kebaktian resmi hanyalah Mazmur-mazmur Daud (dalam bentuk sajak dan dengan lagu-lagu yang digubah di Jenewa pada zaman Calvin), berikut sejumlah kecil nyanyian rohani. Dan itu juga yang dipakai di Indonesia. Nyanyian-nyanyian ini sudah mulai diterjemahkan dalam tahun-tahun pertama VOC, antara lain oleh beberapa anggota jemaat yang bukan-pendeta. Tetapi Kitab Mazmur yang lengkap, disertai sejumlah nyanyian rohani, baru terbit pada tahun 1735, dengan judul: "Sji'r, segala mazmur-mazmur Daud dan pudjian-pudjian yang lajin. Terkarang atas titah segala Toewan Pemarentah Kompanija". Mazmur dan nyanyian-nyanyian rohani ini tentu saja memakai lagu-lagu yang lazim dalam gereja di Belanda. Dalam menyanyikannya, orang-orang Belanda memasukkan metode yang berasal dari negeri Inggeris: baris demi baris dibacakan, lalu dinyanyikan.</p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><b>Unsur ibadah: Alkitab</b></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY">Dalam Misi zaman itu, penterjemahan Alkitab tidak diusahakan. Dalam ibadah, para imam menggunakan Alkitab bahasa Latin; Alkitab bahasa Portugis juga belum ada. Di tangan orang-orang Belanda yang Protestan, Alkitab menjadi sarana yang mahapenting untuk pemeliharaan orang-orang Kristen dan untuk pengajaran kepada orang-orang yang belum menjadi Kristen. Dari itu mereka sejak semula berusaha untuk menyediakan Alkitab dalam bahasa Melayu (di luar Indonesia juga dalam bahasa-bahasa lain). <a name="#43">Akibat kebijaksanaan mereka di bidang bahasa (§ 10), mereka tidak menterjemahkannya ke dalam salah satu bahasa daerah di Indonesia, kecuali Heurnius, yang menyalin sejumlah bagian pokok dari Alkitab ke dalam bahasa Lease (Saparua). Bagi orang-orang Kristen berbahasa Portugis disiapkan terjemahan Alkitab ke dalam bahasa itu (PB 1681, PL 1753). Yang menyusun terjemahan itu adalah seorang bekas anggota Gereja Katolik, bernama Ferreira, yang selama puluhan tahun menjadi pendeta di Batavia.</a></p><a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="#43"> </a><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="#43"><b>Terjemahan Brouwerius (1668)</b></a></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="#43">Mula-mula usaha ini terutama dilakukan oleh pegawai-pegawai Kompeni yang bukan pendeta atau theolog. Tetapi kedua terjemahan utama yang kita kenal berasal dari dua orang pendeta. </a><a name="#40">Pada tahun 1668 terbitlah Perjanjian Baru lengkap dalam bahasa Melayu, karya Brouwerius, yang pernah menjadi pendeta jemaat berbahasa Melayu di Batavia, dan yang sudah menterjemahkan pula Kitab Kejadian. Dalam terjemahan ini pengaruh bahasa Portugis dan Belanda adalah sangat nyata. Kata "Allah" diterjemahkan sebagai "Deos"; "salib" sebagai "crus". Sebabnya ialah bahwa Brouwerius menggunakan jenis bahasa Melayu yang dipakai sebagai bahasa pergaulan di Indonesia, yaitu "bahasa Melayu-rendah". "Bahasa" ini merupakan campuran antara bahasa Melayu dengan bahasa-ibu para pemakai sendiri, sehingga berlain-lainan menurut tempat dan asal para pemakai. Dalam mulut para misionaris, bahasa Melayu tercampur dengan bahasa Portugis, khususnya dalam hal kata-kata di bidang agama. Akibatnya di kalangan orang Kristen Indonesia bahasa Melayu-rendah itu mendapat warna yang khusus yang membedakan mereka dari teman-teman sebangsa yang beragama lain. Maka terjemahan Brouwerius itu tidak bisa berfungsi sebagai alat misioner. Lagipula, Brouwerius tidak mengenal bahasa Melayu dengan sungguh-sungguh baik. Ganti "menciptakan" dipakainya "miara", dan kalimat dari Kejadian 13:2 ("Adapun Abraham sangat kaya, banyak ternak, perak dan emasnya") ia terjemahkan sedemikian rupa hingga pembaca mendapat kesan bahwa Abraham adalah nama ternak itu. Pembaca atau pendengar yang tidak mengenal isi Alkitab dengan baik, pastilah tidak dapat menangkapnya dari dalam terjemahan ini. </a></p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="#40"><b>Terjemahan Leijdecker (1733)</b></a></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="#40">Kita tidak tahu sampai berapa jauh terjemahan-terjemahan tersebut digunakan dalam jemaat-jemaat berbahasa Melayu. Yang pasti ialah bahwa orang belum puas dan terjemahan-terjemahan itu tidak diterima secara resmi oleh gereja. </a><a name="#41">Akhirnya majelis jemaat di Batavia (§ 13) mengambil prakarsa untuk menciptakan suatu terjemahan Alkitab yang lebih baik dan yang lengkap. Hal ini ditugaskan kepada pendeta Leijdecker, yang melayani jemaat berbahasa Melayu di kota tersebut. Ia ini memakai bahasa Melayu yang lebih tinggi daripada terjemahan sebelumnya; oleh orang banyak terjemahan-Leijdecker itu sulit untuk dibaca karena banyak menggunakan kata bahasa Arab dan Persia. Ia sempat mengerjakan terjemahan itu sampai kepada surat Efesus (1691-1701); seorang pendeta lain menyelesaikannya.</a></p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="#41"><b>Pilihan jenis bahasa</b></a></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="#41">Tetapi waktu masih berlangsung cukup lama sebelum terjemahan-Leijdecker ini diterbitkan. Soalnya ialah bahwa sebagian orang berpendapat, bahasa Melayu-rendah lebih mudah dipahami jemaat. Dan memang bahasa Melayu Leijdecker mengandung banyak kata asing, terutama Arab; pengaruh bahasa Portugis sudah hilang. Dan terjemahannya masih sangat terikat kepada bentuk-kalimat bahasa-bahasa-asli, yaitu bahasa Ibrani dan Yunani. Tentang terjemahan ini pun dinyatakan oleh seorang ahli bahwa isinya tidak dapat dipahami oleh seorang yang bukan-Kristen, dan orang-orang Kristen Indonesia hanya dapat menggunakannya kalau diberi pelajaran khusus tentang bahasanya (di kemudian hari, beberapa orang menerbitkan daftar-daftar kata yang sulit yang terdapat dalam Alkitab Leijdecker). Bagaimanapun juga, pemerintah VOC mengambil keputusan, yaitu bahwa terjemahan-Leijdecker harus diterbitkan, dan demikianlah terjadi. Alkitab itu umum dipakai di jemaat-jemaat berbahasa Melayu sampai abad ke-19, di Maluku bahkan sampai abad ke-20.</a></p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="#41"><b>Ibadah-doa-malam</b></a></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="#41">VOC mewajibkan setiap jemaat atau kelompok orang Kristen di wilayahnya untuk mengadakan ibadat-doa-malam (bnd § 10). Doa-malam ini dipimpin oleh guru setempat atau oleh seorang penghibur-orang-sakit. Pemimpin membacakan doa yang tetap, sesuai dengan formulir gereja di Belanda, dan bersama anak-anak sekolah menghafalkan pokok-pokok iman Kristen. Dengan demikian, doa-malam ini merupakan juga suatu katekisasi-ulangan bagi orang-orang dewasa. </a></p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="#41"><b>Pelayanan sakramen-sakramen</b></a></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="#41">Yang berhak melayankan sakramen-sakramen pada umumnya hanyalah imam atau pendeta. Tetapi dalam Misi tidak jarang seorang awam melayankan sakramen baptisan, dan kadang-kadang seorang bruder (anggota ordo kebiaraan yang bukan imam) memperoleh hak ini secara resmi; begitu pula penghibur-orang-sakit yang baik dalam gereja Protestan pada zaman VOC. Cara melayankan sakramen harus seperti di Eropa. Pendeta-pendeta Protestan menggunakan formulir-formulir dari gereja di Belanda, yang diterjemahkan juga ke dalam bahasa Melayu dan lain-lain (Heurnius malah menterjemahkan formulir baptisan dari Belanda itu ke dalam bahasa Saparua).</a></p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="#41"><b>Pemisahan sakramen-sakramen</b></a></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="#41">Tetapi tidak dalam semua hal corak gereja Belanda diikuti di Indonesia. Penyimpangan yang paling besar artinya terdapat pada pelayanan sakramen Perjamuan Kudus, khususnya di jemaat-jemaat Indonesia. Menurut gereja di Belanda, setiap orang yang masuk Kristen dan dibaptis pada umur dewasa sekaligus melakukan sidi dan wajiblah mengikuti perjamuan. Misi telah menetapkan bahwa orang yang bukan-Kristen yang dibaptis tidak otomatis boleh ikut-serta dalam sakramen Misa, melainkan harus belajar lebih lanjut dan nyata-nyata menempuh hidup suci, baru boleh menikmati sakramen tersebut (§ 9). Misi terpaksa berbuat demikian karena pada waktu itu orang dibaptis tanpa persiapan yang memadai. Gereja Protestan pada umumnya meneruskan praktek Pembaptisan tanpa persiapan yang wajar (§ 14) dan sebab itu harus mengikuti pula praktek Misi dalam hal penerimaan orang untuk Perjamuan Kudus. Tata-gereja tahun 1643 menetapkan bahwa orang Indonesia yang masuk Kristen, barulah boleh turut merayakannya apabila ia sendiri menyatakan niatnya dan mengikuti pelajaran agama lebih lanjut. Jadi, pada mereka pembaptisan dipisahkan daripada sidi dan penerimaan sakramen Perjamuan. Tetapi hanya di jemaat-jemaat-pusat, terutama di Batavia, pengajaran-lanjutan ini berhasil diberikan secara teratur, sehingga jumlah anggota-sidi mencapai tingkat yang memuaskan. Di luarnya hanya segelintir orang yang pernah sampai naik sidi dan turut merayakan perjamuan. Boleh dikatakan 90% orang-orang Kristen Indonesia pada zaman ini tidak pernah menikmati makanan dan minuman rohani itu.</a></p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="#41"><b>Penggembalaan: dalam Misi</b></a></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="#41">Xaverius sendiri memberi petunjuk kepada para misionaris dari Serikat Yesus tentang cara menggembalakan orang. Tugas mereka yang pertama ialah mengunjungi rumah orang dan bertanya apakah ada anak yang belum dibaptis. Mereka harus juga mengunjungi orang-orang sakit. Orang-orang sakit itu akan disuruh mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli, dan pada setiap pasal ditanyakan kepada mereka apa mereka mempercayainya dengan teguh; setelah itu mereka harus mengucapkan pengakuan dosa dan memperoleh penghiburan dalam doa dan pembacaan Injil. Jadi, di sini penggembalaan berkisar sekitar kedua ujung kehidupan: kelahiran dan kematian. Melihat jumlah misionaris yang begitu kecil, penggembalaan yang lebih intensif sulit untuk dilaksanakan.</a></p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="#41"><b>Dalam gereja Protestan</b></a></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="#41">Penggembalaan atas anggota jemaat Protestan terutama dilakukan berhubung dengan perayaan sakramen Perjamuan. Sebelum perayaannya, setiap keluarga dikunjungi seorang pendeta, disertai seorang penatua. Menurut tata-gereja pertama (1624), pendeta wajib pula memelihara hubungan yang intensif dengan keluarga-keluarga di jemaatnya dan mengunjungi mereka secara teratur. Para penghibur-orang-sakit bertugas mendampingi orang-orang sakit di rumah sakit. Jelaslah bahwa peraturan-peraturan ini hanya dapat dilaksanakan di jemaat-jemaat yang mempunyai pendeta dan majelis gereja. Di jemaat-jemaat Indonesia di luar pusat, penggembalaan dilakukan oleh gurunya, dan oleh pendeta apabila tokoh ini sempat datang berkunjung ke jemaat itu (bnd § 10, 11, 12).</a></p> <a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="#41"> </a><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="#41"><b>Disiplin</b></a></p><a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="#41"> </a><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="#41">Di wilayah Misi, disiplin dipertahankan oleh misionaris sendiri. Di jemaat-jemaat-pusat gereja Protestan, majelislah yang menangani persoalan itu. Pada waktu-waktu yang tertentu majelis jemaat membicarakan hidup seluruh jemaat, orang demi orang, keluarga demi keluarga. Kalau ada yang tidak setia datang ke gereja, yang hidup dalam pertikaian dengan sesamanya, yang melakukan dosa terhadap perintah yang ke-7 dan seterusnya, diputuskan bahwa orang yang bersangkutan akan dikunjungi dan ditegur, mula-mula oleh seorang pendeta, dan kalau ia tidak mau mendengar, oleh seorang pendeta dan seorang diaken. Kalau orang yang bersangkutan tetap keras kepala, ia harus menghadap majelis. Dengan adanya hubungan erat antara gereja dan negara pada zaman itu, campurtangan pemerintah tidak bisa dicegah. Para misionaris menggunakan bantuan alat-alat pemerintah untuk mengawasi domba-domba mereka, dan pemerintah VOC sering juga mengenakan hukuman kepada orang-orang yang melanggar peraturan gerejani. Hukuman itu bisa berupa denda, atau hukuman badani, sampai hukuman mati. </a></p> <a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="#41"> </a><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="#41"><b>Di luar pusat, disiplin kurang efektif</b></a></p><a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="#41"> </a><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="#41">Disiplin gerejani tidak berhasil dilaksanakan secara bulat. Pembatasan yang pertama ialah bahwa kebanyakan orang-orang Kristen Indonesia hidup di luar jemaat-jemaat-pusat dan tidak mempunyai pendeta atau majelis. Kita boleh menduga bahwa bagi guru-guru sulitlah untuk seorang diri menegakkan disiplin gerejani di tengah teman-teman sebangsa mereka. Apabila pendeta datang berkunjung, mereka harus melapor tentang kelakuan anggota jemaat, dan diambil tindakan seperlunya. Di tempat-tempat seperti itupun tangan kuat pemerintah bisa digunakan untuk melaksanakan hukuman. Tetapi kalau pendeta sama sekali tidak muncul, disiplin gerejani pun ambruk.</a></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="#41"><b>Juga terhadap penguasa-penguasa</b></a></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="#41">Pembatasan yang lain ialah bahwa disiplin sulit untuk dilaksanakan terhadap anggota-anggota jemaat yang mempunyai kedudukan tinggi dalam tubuh VOC. Di Batavia, terutama pada masa permulaan, disiplin masih berhasil diterapkan tanpa pandang bulu, karena pemerintah tertinggi menghargai disiplin gerejani sebagai sarana untuk mengatur masyarakat Belanda yang bandel itu. Tetapi di jajahan-jajahan yang jauh dari pusat pemerintah, para pegawai Kompeni bisa bertindak dengan sewenang-wenang, dan pendeta serta majelis gereja tak berdaya menghadapi mereka. Kalau seorang gubernur ditegur karena kehidupannya kurang senonoh dan lain sebagainya, kemungkinan besar bahwa pendetanya dibelenggu dan dikirim ke Batavia untuk diadili (§ 8). Dan salah satu kekurangan umum dalam pelaksanaan disiplin ialah bahwa korupsi dan pemerasan rakyat kurang diperhatikan. Terutama dalam abad ke-18, tubuh VOC sudah sama sekali dijangkiti penyakit korupsi - inilah yang akhirnya menyebabkan keruntuhannya. Tetapi gereja tidak berbuat apa-apa untuk menahan penyakit itu; banyak pendeta malah tidak enggan menerima hadiah-hadiah yang mahal dari orang kaya. Hal itu berarti bahwa gereja membuang kesempatan untuk menjadi garam dunia. Dan ini adalah salah satu faktor yang menyebabkan minat bagi gereja di kalangan masyarakat Belanda di Indonesia menjadi semakin kecil.</a></p> <a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="#41"> </a><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="#41"><b>Organisasi gereja RK</b></a></p><a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="#41"> </a><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="#41">Misi mempunyai organisasi rangkap. Di bawah padroado (§ 4) tugas-tugas gerejani diserahkan kepada raja Spanyol/Portugal supaya diurusnya. Raja berhak mengangkat uskup-uskup dan mengirim imam-imam yang harus memelihara orang-orang Kristen dan mengabarkan Injil di tengah orang-orang bukan-Kristen. Tetapi dari semula di antara pekerja-pekerja gereja ini terdapat pula anggota-anggota ordo-ordo kebiaraan. Mereka ini secara formil berada di dalam kerangka padroado, sehingga harus mematuhi uskup dan gubernur yang berkuasa di wilayah mereka. Akan tetapi sebagai anggota ordo, mereka mempunyai organisasi sendiri yang kepalanya ("jenderal" ordo) berkedudukan di Roma dan bertanggung-jawab kepada paus. Hal ini tak bisa tidak membawa kepada pertikaian-pertikaian yang merugikan pekerjaan Misi dan jemaat-jemaat pribumi. Misal pada tahun 1545, ketika beberapa biarawan berkebangsaan Spanyol diusir dari Maluku Utara oleh gubernur Portugis. Mereka sungguh-sungguh bersemangat untuk mengabarkan Injil dan malah telah menyusun suatu kamus bahasa Tidore. Tetapi orang-orang Portugis melihat mereka sebagai mata-mata Spanyol, saingan mereka, sehingga tidak mau mengizinkan mereka bekerja di wilayah Portugis. Pertentangan antara organisasi gereja bercorak nasional (padroado) dan internasional ini menjadi lebih tajam lagi setelah tahun 1622, ketika di Roma dibentuk "Congregatio de Propaganda Fide" ("Badan Pekabaran Injil"), yang dikepalai seorang kardinal dan yang bertugas memimpin pekerjaan Misi di seluruh dunia. Bagaimanapun juga, organisasi gereja dan Misi di Indonesia bersifat hirarkis, dan orang-orang Kristen Indonesia sama sekali belum diberi tempat dalam kepemimpinannya. Selama periode yang telah kita bahas ini tidak ada seorangpun imam Indonesia-asli, apalagi seorang uskup (di India dan Tiongkok pada waktu itu terdapat imam-imam dan uskup-uskup pribumi).</a></p> <a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="#41"> </a><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="#41"><b>Gereja Protestan: peranan pemerintah</b></a></p><a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="#41"> </a><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="#41">Gereja Protestan secara resmi tidak berada di bawah pemerintah dan tidak juga mengenal hirarki. Akan tetapi pemerintah Belanda telah memberikan tugas kepada VOC untuk, antara lain, memperhatikan perluasan agama Kristen di daerahnya. Makanya, dari semula VOC mengirim tenaga gerejani ke Indonesia dan membiayai mereka. Sesuai dengan kebiasaan di negeri Belanda sendiri, para pendeta meminta juga persetujuan serta dukungan VOC bagi semua kegiatan yang mereka lakukan (§ 13). Tentu saja bagi VOC adalah menyenangkan kalau gereja dengan cara itu mengakui kekuasaan pemerintah atas dirinya. Dan VOC tidak berlambat-lambat menuntut hak-hak lebih banyak lagi. Pengangkatan dan pemindahan pendeta serta tenaga lain sama sekali ditangani oleh pemerintah; rapat-rapat majelis wajib dihadiri wakil-wakil dari pemerintah; surat-surat dari gereja di Indonesia kepada gereja di Nederlan harus di kirim -- dalam keadaan terbuka - melalui dinas pos Kompeni sendiri. Dengan demikian, gereja di Belanda tidak dapat berfungsi sebagai induk dan pangkalan untuk Indonesia, dan setelah masa pertama, minat bagi usaha pekabaran Injil di Asia semakin berkurang di Nederland. </a></p> <a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="#41"> </a><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="#41"><b>Gereja tak dapat bersikap kritis</b></a></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="#41">Takluknya gereja kepada pemerintah berarti juga bahwa gereja sama sekali tidak sempat mengeluarkan kritik terhadap pemerintah itu. Pernah, pada tahun 1655, beberapa anggota majelis Batavia memprotes karena pimpinan VOC memerintahkan agar jemaat mengadakan kebaktian syukur atas kemenangan VOC di Ambon (yaitu atas orang-orang Hitu dan Seram-Barat). Anggota-anggota tersebut menegaskan bahwa peperangan di Maluku itu semata-mata disebabkan oleh ketidak-adilan Kompeni sendiri. Reaksi pimpinan VOC tajam sekali: kalau ada lagi pendeta-pendeta melancarkan protes yang demikian, orang-orang itu harus dipecat dan diberangkatkan ke Nederland begitu ada kapal yang berlayar ke situ.</a></p><a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="#41"> </a><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="#41"><b>Protes-protes tak berguna</b></a></p><a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="#41"> </a><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="#41">Sikap dan tindakan-tindakan pemerintah terhadap gereja tak bisa tidak menimbulkan protes dari pihak para pendeta dan majelis. Khususnya pada masa permulaan, kebebasan gereja diperjuangkan oleh tokoh-tokoh seperti Heurnius, yang mempunyai kesadaran yang tinggi mengenai hakekat gereja (bnd § 6). Akan tetapi protes-protes mereka tidak berguna, sebab pimpinan VOC mempunyai pandangan yang sangat jelas mengenai hubungan gereja dengan negara. Pada tahun 1655, majelis Batavia sekali lagi berusaha untuk meniadakan pembatasan-pembatasan terhadap kebebasannya yang sudah digambarkan di atas. Reaksi pimpinan VOC tajam sekali: majelis itu "berikhtiar untuk mendirikan suatu negara di dalam negara, suatu pemerintah di dalam pemerintah, sehingga dengan demikian memasukkan suatu kepaus-an yang baru. Akan tetapi tidaklah sesuai dengan kodrat pemerintah kalau ada dua kekuasaan yang sama tinggi, sama seperti suatu tubuh tidak bisa mempunyai dua kepala". Di sini ajaran Calvinis mengenai hubungan gereja dan negara (§ 3) diputar-balikkan dulu sehingga disamakan saja dengan ajaran Katolik-Roma, lalu dengan alasan itu pemerintah menuntut supaya gereja takluk saja kepada negara.</a></p> <a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="#41"> </a><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="#41"><b>Hirarki Protestan</b></a></p><a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="#41"> </a><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="#41">Karena hubungan yang erat dengan pemerintah, gereja diresapi suasana yang berlaku dalam tubuh pemerintahan, yaitu suasana hirarkis. Di jemaat-jemaat-pusat, tata-gereja presbiterial masih dapat sedikit-banyak dipertahankan, karena di situ ada majelis yang cukup aktif. Tetapi di luarnya, di jemaat-jemaat Indonesia di kampung-kampung, terdapat suasana yang sama sekali hirarkis. Pendeta dari pusat bertindak sebagai semacam uskup, yang sekali-sekali datang berkunjung dan melakukan upacara-upacara tertentu. Di bawahnya berada guru-guru Indonesia, yang hampir tidak mempunyai kebebasan bergerak, peluang untuk memimpin dan menggembalakan jemaatnya menurut cara yang sesuai dengan keadaan setempat. Dan anggota jemaat, orang Indonesia, berada pada tingkat paling bawah, mereka hanya merupakan obyek saja. Hanya di Maluku terdapat orang Indonesia yang menjadi anggota majelis. Selain daripada itu, di sana-sini seorang raja dapat bertindak sebagai penatua untuk daerahnya; ia mendampingi pendeta apabila ia ini datang berkunjung.</a></p> <p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="#41"><b>Diakonat: dalam Misi</b></a></p> <p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="#41">Gereja RK maupun Protestan cukup mementingkan pelayanan kepada orang-orang miskin. Dalam kebaktian diadakan kolekte, dan pater-pater membagi-bagi hasil persembahan kepada orang-orang miskin. Ditempat-tempat pusat kekuasaan Portugis, misalnya di Ternate sekitar tahun 1550, terdapat perserikatan-perserikatan "Misericordia". Perserikatan-perserikatan ini mengurus uang yang oleh orang-orang kaya selama hidup mereka atau dalam surat wasiat ditujukan kepada orang-orang miskin. Uang itu dipakai untuk memberi makan kepada yang lapar dan minum kepada yang haus, pakaian kepada yang telanjang, mengunjungi orang-orang sakit dan orang yang sedang dalam penjara, memberi tempat menumpang kepada yang lelah, menebus tawanan-tawanan perang dan mengubur orang-orang mati (yang miskin). Pelayanan ini diberikan kepada semua orang Kristen, tanpa memperhatikan warna kulit mereka, dan sedapat mungkin juga kepada orang-orang melarat yang bukan-Kristen. Di luar pusat, tidak ada diakoni, karena dalam masyarakat suku orang-orang miskin ditolong oleh sanak-saudara mereka sesuai dengan petunjuk-petunjuk adat.</a></p> <a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="#41"> </a><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="#41"><b>Dalam gereja Protestan</b></a></p><a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="#41"> </a><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="#41">Dalam Gereja Protestan, diakonat diselenggarakan oleh pelayan-pelayan khusus, yaitu para diaken. Mereka melakukan hal-hal yang kira-kira sama seperti perserikatan-perserikatan misericordia di kota-kota Portugis: memelihara orang-orang miskin, mengurus orang sakit dan seterusnya. Di Batavia, diakoni mengurus panti asuhan, wisma untuk orang-orang miskin dan jompo, sebuah rumah sakit umum dan sebuah rumah sakit untuk penderita penyakit kusta. Tugas para diaken cukup luas, sehingga jumlah mereka di Batavia maupun di Ambon adalah 2/3 dari jumlah penatua. Di Ambon terdapat juga diaken-diaken dari kalangan penduduk Ambon-asli. Di jemaat-jemaat kampung diakoni tidak begitu penting karena alasan yang sudah disebut tadi. Tetapi di sana juga dikumpulkan persembahan bagi diakoni, yaitu dalam "peti derma" yang ditempatkan di dekat pintu masuk gereja. Itulah satu-satunya tujuan yang untuknya dapat diminta sumbangan jemaat; 'kan seluruh biaya lainnya ditanggung pemerintah. Tetapi karena di kampung-kampung tidak ada orang yang melarat, dana diakoni itu hanya dipakai pada kesempatan-kesempatan khusus. Bukan tidak mungkin bahwa gedung-gedung gereja yang mengesankan dengan temboknya yang tebal, yang pada zaman VOC didirikan di banyak kampung di Maluku, dibangun dengan dana diakoni itu.</a></p><a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="#41"> </a><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="#41"><b>Kesaksian jemaat ke luar</b></a></p><a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="#41"> </a><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="#41">Sesuai dengan struktur hirarkis dalam organisasi gereja, kesaksian ke luar (pekabaran Injil, apostolat) terutama diusahakan oleh pejabat-pejabat gereja. Hanya dalam satu hal kita dengar tentang orang-orang Kristen anggota jemaat yang rajin meneruskan Injil kepada orang-orang lain, yaitu orang-orang Kristen keturunan Tionghoa di Ambon. Tentang mereka dinyatakan oleh seorang pendeta Belanda (sek. tahun 1625) bahwa "mereka selalu mau meneruskan kepada orang-orang lain apa yang mereka telah ketahui tentang dasar-dasar agama Kristen, sekalipun apa yang mereka ketahui itu belum banyak". Akan tetapi di sini perlu disebut juga guru-guru Ambon yang juga pada zaman VOC bersedia untuk ditempatkan jauh dari kampung-halaman mereka (ump. guru Thenu di Timor, § 12; ada pula yang ke pulau-pulau Selatan). Tetapi jemaat-jemaat di Maluku dan di tempat lain baru pada abad ke-19 akan menjadi aktip dalam hal pekabaran Injil. </a></p> <a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="#41"> </a><p style="color: rgb(255, 0, 0);" align="JUSTIFY"><a name="#41"><b>Ringkasan</b></a></p><a style="color: rgb(51, 255, 51);" name="#41"> </a><p style="color: rgb(51, 255, 51);" align="JUSTIFY"><a name="#41">Kita meringkaskan. Dalam ibadah, orang-orang Indonesia yang merupakan 90% dari orang-orang Kristen di Indonesia dalam abad-abad ini, tidak mendengar atau memakai bahasa-ibu mereka sendiri. Dan ibadah itu berlangsung dalam bentuk-bentuk yang diimpor dari negeri Belanda. Alkitab pun bagi mereka hanya tersedia dalam bahasa Melayu, dan itupun baru setelah dua abad lamanya mereka menganut iman Kristen. Hampir semua orang Kristen Indonesia tidak pernah ikut merayakan sakramen Misa/Perjamuan. Tenaga yang menggembalakan dan melayani mereka adalah orang-orang asing, atau orang dari kalangan sendiri tetapi yang biasanya kurang memperoleh pendidikan. Disiplin gerejani tidak dapat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh terhadap penguasa-penguasa dan tidak kena-mengena dengan dosa-dosa mereka yang merusak masyarakat. Organisasi gereja tidak memberi kesempatan kepada jemaat untuk berdiri sendiri. Pengaruh pemerintah menyebabkan gereja diliputi suasana yang tidak cocok dengan hakekatnya sendiri. Pelayanan diakonat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, tetapi tidak mempunyai relevansi bagi sebagian besar orang-orang Kristen Indonesia. Dengan demikian, tidaklah mengherankan kalau mereka ini pada zaman yang sedang dibicarakan ini belumlah sanggup memberi kesaksian yang kuat ke luar.</a></p><p style="color: rgb(51, 255, 51); text-align: right;"><a name="#41">BY GAN<br /></a></p>ganhttp://www.blogger.com/profile/01934996003955695283noreply@blogger.com1