gan

Senin, 05 Oktober 2009

BAGAIMANA NEGERI INI ?

Diposting oleh gan

1. Kasus etnis Dayak Madura di Kalbar-Kalteng

Teori agresivitas lebih cocok adalah pemicu atau korek api utk menyalakan
api unggun yg sudah disediakan banyak lengkap dgn minyak tanahnya. Kesalahan
kalau kita mau cari sumber salahnya, lebih tepat dilamatkan ke Pemda
setempat yg tidak belajar2 juga padahal sudah ada kasus Sambas sebelumnya.
Teori KY atau KIKEN YOCHI dalam management QA(Quality Assurance) perusahaan
Jepang seharusnya dapat diterapkan Pemda setempat. KY yg artinya Danger
Forecasting atau kemampuan yg disyaratkan kpd karyawan agar dapat
mengantisipasi bahaya dalam kerja (berkaitan dgn safety at work) atau
preventive action sebelum menghasilkan product NG atau scrap yg akan
merugikan perusahaan. Kesalahan penempatan etnis Madura dalam pemerintahan
setempat yg cukup berpengaruh dalam decision making dirasakan outputnya
sekarang2 ini yg banyak merugikan suku Dayak yg memang kelihatannya
cenderung pasif dalam pelaksanan pemerintahan. Puncaknya dirasakan dimana
perangkat atau aparat hukum ternyata tidak cukup memberikan warning kpd
etnis Madura yg cenderung demonstratif seperti suka membawa2 clurit atau
golok tanpa ada peringatan secara hukum atau dilarang sekalipun. Akibatnya
adalah si Madura akan cenderung natural atau feel home dgn kebiasaan tsb.
Ditambah dgn tindak tanduk atau kebiasaan hidup suku ini yg cenderung suka
memaksa dan 'main keroyok' dalam kepentingan tertentu (dan ini sering
'direstui' Pemda setempat) terjadilah akumulasi emosi ini. Hasilnya adalah
kerusuhan massa yg kita lihat, yg katanya Madura memulai selama 3 hari
lantas dibalas oleh suku Dayak dgn aksi turun gunung dan aksi2 yg kita kenal
dgn ethnic cleansing itu.

2. Kasus Ambon-Maluku

Identik dgn kasus Sampit-Sambas. Kesalahan dimulai dari penempatan
kebablasan berdasarkan teori proporsional Habibie yg tidak proporsional itu.
Penempatan orang2 non kristen yg membabi buta di jajaran pemda maupun dirjen
kementrian/ BUMN tanpa mempertimbangkan latar belakang pendidikan dan
pengalaman dari disiplin yg ada menyebabkan kerusakan total tatanan sosial
budaya ug sudah mapan di Ambon dan Maluku. Kita masih ingat betapa bersihnya
kota Ambon di masa dulu membuktikan efektifnya pemda Ambon/maluku. Policy
sektarian ala HMI dan ICMI pada era akhir Soeharto terutama era Habibie
menyebabkan benih2 atau cikal bakal friksi antar etnis menjadi demikian
tense. Agresivitas dari kisah sopir angkot (kristen) vs preman pemeras
(muslim) hanya pemicu saja. Ditambah ramuan rekayasa (patent ORBA) jadilah
kue kerusuhan yg telah banyak memakan nyawa baik orang Maluku sendiri
(kristen/islam) maupun dari Jawa-Sumatera (Laskar Jahad). Sekali lagi bukan
karena isu islamisasi!

3. Kasus Mei 98 / Pembakaran-perusakan gereja

Rasanya terlalu dangkal menimpakan persoalan pada agresivitas semata utk
kasus di atas. Agresivitas sendiri ada yang positif dan negatif. Kalau atas
dasar agresivitas (mending kalau yg negatif) lalu orang boleh
merusuh-menjarah-membakar-memperkosa, terlalu dangkallah tuduhan ini hanya
karena argumen agresif.
Agresivitas negatif misalnya sifat2 demonstratif menenteng celurit atau
golok yg sering diperlihatkan etnis Madura ataupun laskar2 tertentu yg
membawa2 nama agama. Ini jelas mengundang sikap antipati massa. Ada lagi
misalnya agresifitas membakar atau merusak cafe atau tempat hiburan padahal
ada perangkat hukum yg mengaturnya. Ini juga menimbulkan kecaman masyrakat.
Ada lagi sikap agresifitas yg cenderung dilakukan massa mayoritas misalnya
massa yg keluar dari sholat Jum'atan. Mereka cenderung menghalangi jalan
atau bahkan menutup jalan dgn alasan dipakai utk acara sholat. Atau
tindakan2 tdk bertanggung jawab lainnya dilakukan massa walaupun baru saja
selesai sembahyang. Lantas, sikap sikap agresifitas seperti ini boleh
dibalas dgn pembakaran-kerusuhan?
Agresivitas suku Cina Indonesia saya rasa berbeda perspektifnya dgn kasus2
di atas. Eksklusif, saya akui mungkin. Sebagian besar chinese di seluruh
dunia, dari ononya cenderung individualistis. Saya rasa seluruh bangsa di
duniapun cenderung eksklusif atau cenderung memilih habitatnya sendiri jika
disuruh memilih. Kita bisa lihat ada China town, kampung Arab, Belanda
Depok, kampung Melayu dsb. Exclusiveness saya rasa bukan dosa besar. Ini
lebih tepat saya rasa HAM orang utk bersikap eksklusif. Tidak bisa orang
bersikap ekslusif lantas kita boleh membakar-merusuh atau memperkosa orang2
demikian. Lagipula, kalau kita sudah mapan, biasanya orang cenderung
memagari kehidupannya. Seperti kita lihat pemukiman Menteng, Pondok Indah,
Pantai Mutiara dsb. Mereka eksklusif karena mampu dan berhak utk itu. So why
fussy about that?
Agresif Cina? Agresif utk ulet, hidup layak saya rasa2 sah2 saja dan HAM
orang sekali lagi. Saya paling tidak menyukai teori kecemburuan sosial sbg
alasan kerusuhan-pembakaran atau pembersihan etnis. Lebih tepat iri hati dan
dengki saya rasa buat orang2 perusuh yg tidak menyukai kesuksesan orang
lain. Masalahnya adalah, whenever you vandalized some people esp. if they
are chinese, you are free to walk without being punished. So jadilah
vandalism thd suku ini. Bukan agresifitas ataupun ekslusif. Kalau ekslusif
saja alasannya, kok Blok M-Menteng-Pondok Indah tidak kena kerusuhan. Get
real man!
Pembakaran gereja? Karena agresifitas aktivitas kristenisasi? Lantas dakwah
itu apa? Kenapa orang tidak boleh berdakwah kpd orang lain? Kalau saya ada
menemukan jalan keluar dari satu gedung yg sedang terbakar,bolehkah saya
beritahu orang lain ada pintu keluar? Lantas saya dibakar atau diserang
karena saya memberitahukan hal tsb? Minggu lalu ada berita satu gereja di
satu tempat di Bekasi dilarang oleh 'warga setempat' karena mengganggu
masyarakat setempat kerena kebisingan suara yg ditimbulkan. Lho, bising mana
sama azan subuh-lohor-magrib-asar yg tidak pernah diukur desibelnya itu? Be
fair lah. Agresifitas membagikan sembako dikatakan membeli iman. Melakukan
konsultasi medis gratis dikatakan melakukan kristenisasi terselubung. Tidak
melakukan kegiatan, dikatakan tidak peka pada kesulitan masyarakat setempat.
Pokoknya salah terus! Tetapi inti diskusi kali ini, tindakan2 yg mungkin
over rajin melakukan penginjilan sehingga menimbulkan gesekan2 sensitif pada
tingkat grass root, perlu diingatkan atau diberitahu. Tapi jangan dibalas
dgn pengrusakan-pembakaran-pembunuhan-pemusnahan gereja. Jangan jadikan
agresifitas sebagai alasan pembenaran pengrusakan rumah ibadah, AGAMA
MANAPUN!

BY GAN

0 komentar:

Posting Komentar