| Nomor: 0055/PGI-XII/2000 20 Januari 2000 Hal: Tanggapan atas Sikap dan Pandangan terhadap Kerusuhan Maluku/Maluku Utara
Yang terhormat Sdr Dr. Amien Rais Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat RI Di Jakarta
Dengan hormat,
Kami sampaikan salam sejahtera kepada Saudara dengan harapan kiranya. Saudara diberi hikmah dan kebijaksanaan oleh Allah Yang Maha Esa untuk melaksanakan tugas-tugas negara serta kemampuan untuk mewujudkan harapan-harapan segenap rakyat Indonesia, baik waktu sekarang ini maupun dimasa datang, sesuai dengan jabatan yang dipercayakan segenap rakyat Indonesia.
Beberapa waktu lalu, Saudara hadir dan menjadi pembicara pada sebuah acara yang menurut informasi dilakukan untuk menyatakan solidaritas kepada warga masyarakat beragama Islam yang disebut-sebut sebagai korban pembantaian, perkosaan dan sebagainya di Maluku khususnya di wilayah Halmahera Utara,Propinsi Maluku Utara.
Kami mengikuti dengan cermat seluruh pemberitaan media massa dan informasi mengenai hal-hal yang Saudara kemukakan pada saat itu dan kemudian yang Saudara sampaikan kepada media massa pada sejumlah kesempatan berikutnya dalam bentuk wawancara atau pernyataan pandangan dan sikap Saudara.
Berkaitan dengan itu perkenankan kami menyatakan beberapa hal sebagai berikut:
1) Pernyataan-pernyataan, pandangan dan sikap Saudara mengenai kerusuhan di Propinsi Maluku umumnya dan di Halmahera Utara, Propinsi Maluku Utara khususnya, membuat masyarakat terkejut dan gelisah karena Saudara tidak memposisikan diri sebagai pimpinan lembaga tertinggi negara. Warga masyarakat yang beragama Kristen khususnya merasa mengalami fait-accompli oleh pernyataan/pandangan Saudara yang menempatkan umat Kristen di wilayah Halmahera Utara sebagai penganiaya, pembantai dan sumber kekerasan terhadap umat Islam.
2) Maafkan kami jika terpaksa menilai bahwa pernyataan/ pandangan Saudara mengenai kerusuhan khususnya yang terjadi berhari-hari sejak 26 Desember 1999 hingga Januari 2000 di kota Tobelo dan sekitarnya adalah hal yang sangat gegabah karena Saudara lalai mendasarkan diri pada sejumlah fakta objektif. Hal objektif pertama yang Saudara lalaikan adalah fakta bahwa apa yang terjadi di Tobelo dan sekitarnya adalah suatu lingkaran kekerasan yang menjebak warga masyarakat, baik masyarakat yang beragama Islam, Kristen maupun yang masih menganut agama-agama suku. Hal objektif kedua yang juga Saudara lalaikan adalah bahwa kekerasan di Tobelo dan sekitarnya bukan fenomena independen dan partial. Karena itu sangat naif untuk menilai apa yang terjadi di Tobelo terlepas dan berbagai konflik lain di pulau Ternate, pulau Tidore, di semua bagian pulau Halmahera dan bahkan di Propinsi Maluku. Hal objektif ketiga yang Saudara lalaikan adalah bahwa kerusuhan di Propinsi Maluku dan Maluku Utara telah melibatkan dan mengorbankan rakyat yang Saudara pimpin tanpa pandang latar belakang agama mereka. Karena itu maaf jika kami katakan bahwa Saudara telah keliru bersikap seakan-akan golongan tertentu saja yang menjadi sasaran aksi-aksi kekerasan yang terjadi. Saudara nampaknya tidak tahu atau tidak perduli pada fakta bahwa telah terjadi "pembersihan" desa-desa/pemukiman di pulau Tidore, Ternate, di wilayah Halmahera Tengah dan ke arah desa/pemukiman di jazirah selatan pulau Halmahera yang penduduknya beragama Kristen. Hal ini terjadi sejak akhir September-awal Oktober 1999. Beberapa bulan sebelum itu, golongan tertentu di Sanana, kepulauan Sula, Maluku Utara, telah terusir keluar dari wilayah pemukimannya. Apakah mereka yang menjadi korban sia-sia itu bukan rakyat Indonesia?
3) Kami ingin sampaikan kepada Saudara bahwa aksi-aksi kekerasan di Maluku Utara dimulai dari peristiwa yang jauh dari nuansa pertentangan antar umat beragama, pun dari waktu ke waktu alasan-alasan dan warna agama terus dipaksakan mewarnai kekerasan. Mengenai hal ini Saudara perlu memperhatikan beberapa fakta sebagai berikut:
a. Bahwa serangan pertama (yang membuka babak kerusuhan di Maluku Utara) ke desa-desa Kecamatan Kao oleh penyerang yang berasal dari Malifut (beragama Islam) dilawan juga oleh warga Kao yang beragama Islam. Masalahnya bersumber pada policy Pemda mengenai pemekaran Kecamatan yang ditolak oleh sebagian masyarakat yang telah terikat pada kesepakatan Adat.
b. Ketika serangan berikut terjadi sementara warga Kao yang beragama Kristen melaksanakan kebaktian Minggu, yang menghadapi serangan itu adalah warga Kao lainnya yang tidak beribadah di hari Minggu dan mereka adalah Saudara-saudara yang beragama Islam.
c. Serangan balasan terhadap warga asal Makian di Malifut yang mengakibatkan banjir pengungsi asal Makian ke Ternate dan Tidore misalnya melibatkan warga Kao, baik yang beragama Kristen maupun Islam.
d. Kekerasan pertama yang meletus di Tidore dibuka oleh pembantaian seorang pendeta Gereja Protestan Maluku yang diundang Kapolsek menghadiri sebuah acara bersama para anggota Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Camat dll.).
e. Ketika penghancuran gedung-gedung gereja (14 buah gedung gereja hancur) dan kekerasan terhadap warga yang beragama Kristen terjadi di kota Ternate misalnya, ada cukup banyak warga beragama Muslim di sana yang bangkit melawan aksi-aksi kekerasan tersebut.
f. Hingga konflik pecah di Tobelo tanggal 26 Desember 1999 (didahului dengan berbagai isu dan provokasi di hari-hari sebelumnya), 34 gedung gereja telah hancur terbakar paling kurang di 15 lokasi kerusuhan.Fakta-fakta ini nampaknya tidak diperhatikan oleh Saudara atau Saudara membiarkan diri diselubungi oleh informasi-informasi sepihak dan subjektif serta diberati oleh kepentingan-kepentingan politik golongan yang jelas-jelas berperspektif sangat sempit. Ini hanya sedikit dari fakta yang dapat kami beberkan untuk menopang agar Saudara bersikap objektif dan berani terlibat menghentikan kerusuhan melalui prakarsa dan langkah-langkah strategi dan effektif yang dimungkinkan oleh posisi dan kewenangan Saudara.
4) Kami harus menyatakan bahwa pernyataan-pernyataan Saudara mengenai kerusuhan di Halmahera Utara jelas-jelas telah memojokkan warga negara yang beragama Kristen dan memberi insinuasi pada pertentangan warga berbeda agama di negara ini. Karena itu tesis Saudara semula bahwa kerusuhan di Indoensia disebabkan karena ada banyak "daun-daun atau rumput kering", tidak valid lagi. Fakta di lapangan membuktikan bahwa akar kerusuhan bukanlah hanya karena adanya daun-daun atau rumput-rumput kering tapi juga karena ada tindakan politisasi terhadap "daun-daun atau rumput-rumput kering" itu. Kami sangat kuatir apa yang Saudara ucapkan sejak pertemuan di Tugu Monas, Jakarta, adalah salah satu dari sekian tindakan politisasi yang akibatnya hanya mengorbankan rakyat yang percaya kepada Saudara sebagai Ketua Lembaga Tertinggi Negara, MPR RI. Kami selalau berbaharap bahwa dari Saudara sebagai Ketua MPR RI, selalu datang pembelaan terhadap warga negara/rakyat Indonesia yang mengalami penistaan, penderitaan, fitnah dan kezaliman, tanpa pandang suku, agama, ras dan golongannya.
5) Lingkaran kekerasan di Maluku dan Maluku Utara akan dapat diputuskan jika semua terutama Saudara sebagai Ketua MPR RI berusaha dengan wewenang dan kepercayaan rakyat yang Saudara miliki, mengeliminasi semua fenomena politik dan dramatisasi angka-angka korban yang hanya akan menjadikan kerusuhan konflik langgeng dan rakyat - tanpa pandang agama - menjadi korban sia-sia. Selain itu jika Saudara berkenan, kualitas dan kedudukan Saudara sebagai Ketua MPR sangat memungkinkan Saudara untuk berada di luar dan membongkar fenomena konspirasi politik di kalangan elit, yang berada di balik kerusuhan dan pelanggengan penderitaan rakyat. Hal ini lebih bermanfaat Saudar lakukan karena hal ini menjadi harapan rakyat banyak termasuk kami dan Gereja-gereja di Indonesia.
6) Kami harapkan semua langkah yang dilakukan Pemerintah Pusat/Daerah, lembaga-lembaga legislative di pusat dan daerah, TNI/POLRI, semua kelompok masyarakat, pimpinan dan tokoh lembaga-lembaga agama Islam dan Gereja-gereja, dapat secara sistematis memberi manfaat bagi terhentinya kekerasan individual dan kolektif serta membuka peluang bagi pemberdayaan masyarakat serta dialog-dialog ke arah rekonsiliasi dan perdamaian yang langgeng. Kami juga berharap kerusuhan sejenis tidak lagi meletus di bagian-bagian lain tanah air kita. Jika di luar kemampuan kita sekalian kerusuhan masih berlanjut atau meledak di tempat lain, perkenankan kami menyarankan agar Saudara dalam kedudukan sebagai Ketua MPR RI, bersedia menghimpun data-data sebanyak mungkin dari berbagai pihak sebelum melakukan penilaian dan menyatakan pandangan serta sikap Saudara. Saudara tentu paham bahwa rakyat biasa tidak bisa secara lugas membedakan peran Saudara sebagai pribadi, tokoh agama Islam, tokoh Muhammadyah atau Ketua MPR RI. Kami yakin Saudara dapat memahami keadaan objektif rakyat Indoensia sebagai keseluruhan yang sedang menderita. Mereka semua menggantungkan harapan kepada Saudara sebagai Ketua MPR RI dan terbantu jika Saudara menjadi lebih arif dan mampu memberi jalan keluar yang tepat kepada rakyat untuk terbebas dari neraka kerusuhan di Maluku/Maluku Utara atau di mana saja. Untuk melanjutkan keinginan baik yang telah kami tunjukkan kepada Saudara, kami selalu bersedia membantu Saudara dengan sepenuh hati dan pikiran.Terimakasih atas perhatian Saudara.
Teriring salam dan hormat kami, Atas nama MAJELIS PEKERJA HARIAN PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA
Pdt Dr Sularso Sopater Pdt DrJ.M.Pattiasina Ketua Umum Sekretaris Umum
Tembusan disampaikan kepada yang terhormat: 1. Presiden Republik Indonesia di Jakarta 2. Wakil Presiden Republik Indonesia di Jakarta. 3. Ketua DPR RI di Jakarta 4. Para Wakil Ketua MPR RI dan DPR RI di Jakarta 5. Panglima TNI di Jakarta 6. KAPOLRI di Jakarta 7. Pimpinan Panja Maluku 8. Gubernur/KDH Tingkat I Maluku Utara di Ambon 9. Care-taker Gubernur Maluku Utara di Ternate 10. Ketua KWI di Jakarta 11. Pimpinan Gereja-gereja Anggota PGI di tempatnya masing-masing 12. Pimpinan PGI Wilayah di tempatnya masing-masing 13. Pimpinana PGPI, PII, GBI 14. Pimpinan Lembaga-lembaga Keumatan di Jakarta 15. Para Anggota MPH-PGI di tempatnya masing-masing 16. Dirjen Bimas (Kristen) Protestan Departemen Agama RI 17. Dirjen Bimas Katolik Departemen Agama RI |
0 komentar:
Posting Komentar