gan

Senin, 05 Oktober 2009

Gereja orthodoks suriah

Diposting oleh gan

Lahirnya Gereja Syria

Gereja Syria diawali dari Yerusalem yang terdiri dari para Rasul Yesus Kristus, para penginjil dan orang-orang Yahudi yang telah menjadi Kristen. Gereja ini kemudian berpindah ke kota Antiokhia, dan kemudian ke Urhoy (Eddesa) ditambah dengan orang-orang Aramia yang sudah bertobat dan bangsa-bangsa non-Yahudi yang lain. Gereja ini pertama kali didirikan di Antiokhia oleh Rasul Petrus, pemimpin para rasul, yang dianggap sebagai Patriarkh pertama dari Tahta Suci Rasuliah Antiokhia. Rasul Petrus sendiri menunjuk Mar Awwad (St. Avodius) dan Mar Ignatius Sang Pencerah sebagai para pengganti beliau. Mereka kemudian menggantikan tugas rasulinya setelah Rasul Petrus mati shahid di kota Roma. Kemudian, kota Antiokhia tidak saja menjadi Gereja Kristen yang pertama, tertua dan paling terkenal, tetapi juga menjadi dasar dari Kekristenan. Di kota Antiokhia-lah saat itu para rasul Yesus Kristus disebut sebagai orang-orang Kristen.

Doktrin Gereja Syria

Asas keimanan Gereja Orthodox Syria dapat diringkas sebagai berikut: Gereja ini percaya sepenuhnya akan Satu pribadi ganda Tuhan Yesus, dan satu sifat ganda yang terdiri dari dua sifat: yaitu ilahi dan insani, yang tidak dapat bercampur, tak dapat dipisahkan dan tak berganti-ganti. Dengan kata lain, dua sifat (ilahi dan insani) tergabung dalam satu sifat yang tanpa bercampur, tak terlebur dan tak berubah-ubah, tak berganti dan tak rancu. Batasan ini berlaku bagi semua sifat keilahian dan kemanusiaanNya. Berdasarkan definisi ini, keilahianNya menyatu dengan kemanusiaanNya, atau dengan tubuhNya, ketika Almasih disalibkan di salib, dan tidak pernah keilahianNya meninggalkan tubuhNya, bahkan untuk sedetik pun. Karena itu, salah besar dan sangat menyimpang dari iman Kristen yang universal bila orang mengatakan, “Kristus itu disalibkan tubuhNya saja.” Tetapi sebaiknya dikatakan, “Firman Allah yang telah menjelma itu adalah Tuhan Yang Mahamulia yang telah disalibkan,” namun, kami mengatakan, “Ia telah menderita dan wafat dalam daging (dalam keadaannya sebagai manusia),” sebab keilahianNya tidak pernah tersentuh penderitaan dan kematiaan. Sebagai konsekuensinya, Maria adalah “Ibu dari Dia (Firman Allah yang telah menjelma) Yang Ilahi,” dan ungkapan “Engkau yang telah disalibkan bagi kami” adalah benar sebagaimana diucapkan dan diyakini dalam Trisagion, yang dialami oleh sifat kedua dariNya, yaitu Kristus. Asas iman inilah yang dipegang teguh oleh Gereja Syria Antiokhia dan Gereja Koptik Aleksandria yang telah menolak Konsili Kalsedonia dan dokumen Leo dari Roma (Buku besar yang disebut Surat Paus Leo), karena kami hanya mengakui dasar-dasar iman yang ditetapkan tiga konsili ekumenikal di Nikea tahun 325 Masehi, Konsili Konstantinopel tahun 381 Masehi dan Konsili Efesus 431 Masehi. Dari sini, nama “Orthodox” yang kami kenakan berarti “Iman Yang Benar” yang dikenal oleh ummat Syrian, Koptik, Armenia dan Ethiopia. Gereja-gereja itulah yang disebut sebagai “sister Churches” (Gereja-gereja saudari mereka). Mereka bersama-sama telah mengalami berbagai penderitaan dan penganiayaan-penganiayaan yang kejam yang ditujukan kepada mereka oleh Kaisar Byzantium panganut Konsili Kalsedon tersebut.


Liturgi Bahasa Arami

Tidak bisa disanggah lagi bahwa bahasa yang diucapkan Yesus dan banyak generasi sebelum Masehi dan oleh Kekristenan mula-mula, dan sampai abad ke-5 Masehi adalah bahasa Arami (Syriac). Selain itu, orang-orang Yahudi telah menulis beberapa bagian kitab suci mereka dalam bahasa Arami atau dalam aksara Arami, sebagaimana dibuktikan oleh gulungan-gulungan kitab dari Laut Mati yang ditemukan pada tahun 1974 oleh Yang Mulia Mar Athanasius Yashu Samuel, yang saat itu menjadi Uskup di Yerusalem (sekarang sebagai Uskup untuk Amerika Serikat dan Canada). Maka terbukti bahwa para murid Yesus dan para penerus mereka menggunakan bahasa Syria (Arami). Maka, hanya dapat dipahami bahwa ibadah liturgis mereka dilakukan dalam bahasa Syria (Arami). Sebab para penginjil yang memberitakan Injil di Anthiokhia yang berasal dari Yerusalem itu beribadah dalam bahasa Syria (Arami), maka sudah tentu bahasa Syria (Arami) itu menjadi bahasa Liturgi gereja Anthiokhia, dan gereja ini memakai liturgi dalam bahasa Syria (Arami) yang disusun oleh Rasul Yakobus, saudara Tuhan Yesus sekaligus sebagai uskup pertama di Yerusalem. Semua orang tahu bahwa gereja di Yeruselam menggunakan Liturgi Rasul Yakobus sampai berakhirnya ketujuh-belas uskup Syria yang pertama. Namun, ketika para duta dari Konstantinopel mulai merebut kepemimpinan gereja di Antiokhia, mereka menggantikan Liturgi Rasul Yakobus dengan Liturgi Basilius dari Kaisarea (379 Masehi) dan Liturgi John Chrysostom (407 Masehi), yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Arami. Tetapi, Liturgi Rasul Yakobus sendiri tetap ada di gereja Antiokhia. Itu sebabnya maka Liturgi Syria (Arami) disebut sebagai Liturgi Antiokhia. Dari Liturgi ini maka dapat dilacak kembali asal-muasal semua liturgi gereja. Karena itu, Gereja Antiokhia sangat bangga bahwa Liturgi mereka menggunakan bahasa Syria (Arami), yaitu bahasa yang telah dikuduskan oleh lidah suci Tuhan kita, dan yang dihormati oleh lidah Maria, IbuNya dan oleh para rasulNya yang kudus. Dalam bahasa inilah Rasul Matius menuliskan Injil, dan dalam bahasa inilah Injil diwartakan pertama kali di Yudea, Syria dan daerah-daerah sekitarnya.


Baktinya bagi Injil

Gereja Syria menjalankan peranan penting dalam bidang literatur Alkitab. Para sarjana mereka mengakar dalam lautan misteri Alkitab yang begitu luas dan tak terungkapkan. Merekalah yang pertama kali menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Syria (Arami), bahasa mereka sendiri. Kemudian, mereka melakukan pengkajian-pengkajian yang mendalam yang memperkaya perpustakaan-perpustakaan di Timur dan Barat dengan berjilid-jilid buku pelajaran dan tafsir Alkitab yang tak terhitung jumlahnya sekalipun malapetaka dan nasib buruk menimpa tanah kelahiran mereka, sehingga menyebabkan banyak kerugian karena Perang Dunia I, dan karena pemusnahan ribuan buku manuskrip kitab-kitab suci yang tak ternilai harganya itu oleh para musuh mereka. Setelah mereka mempelajari Alkitab dalam bahasa Arami mereka sendiri, maka mereka melakukan usaha-usaha tanpa lelah dengan menterjemahkan karya-karya tulis mereka itu ke dalam bahasa-bahasa lain. Maka sekitar tahun 404 Masehi, Malphan Daniel orang Syria serta Mesroph orang Armenia itu bekerja sama menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Armenia. Sarjana bahasa Arami yang berasal dari Arabia dari banu Thayy, Tanukh dan banu Aqula (Al-Kuufa) menterjemahkan Injil ke dalam bahasa Arab atas perintah Patriarkh Syria, Mar Yuhanna II, demi memenuhi permintaan Umair Ibnu Saad ibn Abi Waqqass Al-Anshari, raja di Jaziratul Arabia. Yuhanna bar Yawsef, seorang imam Syria dari kota Taphliss (selatan Rusia), menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Persia pada tahun 1221 Masehi. Pada dasawarsa pertama di abad ke-19, Raban Philipos orang Syria dari Malabar, India, telah menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Malayalam, bahasa yang dipakai di India Selatan. Pada abad lalu, abad ke-20, Chorepiscopus Mattay Konat orang Syria dari Malabar, telah menterjemahkan seluruh Perjanjian Baru kecuali kitab Wahyu, ke dalam bahasa Malabar.


Sejumlah besar manuskrip dari warisan gereja ini yang tak ternilai artinya masih tetap dilestarikan. Manuskrip-manuskrip itu termasuk yang tertua di dunia, khususnya yang dipindahkan dari perbendaharaan Biara Gereja Syria di Mesir dan kemudian dibawa ke perpustakaan-perpustakaan Vatican, London, Milan, Berlin, Paris, Oxford, Cambridge dan perpustakaan-perpustakaan lain. Beberapa di antara manuskrip-manuskrip itu ditulis pada abad kelima dan keenam Masehi. Kemudian versi Injil yang tertua adalah manuskrip Injil dalam bahasa Syria (Arami) yang ditulis oleh seorang rahib dari kota Eddesa (Urhoy atau Urfa), yaitu Ya’qub Al-Urfa, di Urhoy pada tahun 411 Masehi. Injil dalam bahasa Arami ini masih disimpan di British Museum. Dalam kaitan ini, Abuna Martin telah menghimpun 55 manuskrip Injil berbahasa Arami yang berasal dari abad kelima, keenam dan ketujuh Masehi, jumlah yang cukup besar bila dibandingkan dengan 22 manuskrip Injil dalam bahasa Latin dan hanya 10 buah manuskrip Injil dalam bahasa Yunani. Gereja Syria Orthodox sangat teguh dalam kecintaan mereka akan Alkitab sehingga mereka berusaha menuliskan dan menghiasi Alkitab itu seindah mungkin. Mereka menggunakan huruf kaligrafi Estrangela dan Serta Barat. Di antara manuskrip terbaik yang terkenal adalah Injil yang ditulis oleh Patriarkh Rabuula dari Urhoy (Eddesa atau Urfa) yang diselesaikannya pada tahun 586 Masehi.

Kegiatan Penginjilan

Orang-orang Kristen Syria telah membawa obor Injil pertama kali ke seluruh daerah Timur. Bangsa-bangsa di Timur telah dibimbing oleh terang Injil untuk mengenal Kristus, sehingga beribu-ribu orang dari berbagai bangsa dan negara, yaitu bangsa-bangsa Arab dari berbagai suku, bangsa Persia, Afghan, India dan China. Mereka telah mengambil bagian dalam mewartakan Injil kepada bangsa Armenia. Pada abad keenam, orang-orang Suryani itu telah membawa kepada penggembalaan Kristus sejumlah besar warga bangsa Ethiopia dan Nubia melalui jerih lelah Abuna Yulian, dan sejumlah 70 – 80 ribu orang dari Asia Kecil, Qarya, Phrygia, dan Lydia melalui jerih lelah Mar Yuhanna dari Amed, yaitu uskup termasyhur dari Efesus. Syria (Arami) adalah bahasa liturgi dari seluruh gereja Timur selain digunakan bahasa-bahasa berbagai asal kebangsaan mereka. Gereja Armenian, misalnya, selain memakai bahasa Syriac (Arami) sehingga karena menggunakan bahasa ini mereka telah dikucilkan (oleh Gereja-gereja Byzantium), mereka menulis bahasa Armenia mereka dalam aksara Syria (Arami), sampai akhirnya Meshrope, salah seorang dari sarjana mereka, bekerja sama dengan Malfan Daniel orang Syria itu, akhirnya ia menjadi penemu aksara Armenia.

BY GAN

0 komentar:

Posting Komentar