Kerusuhan di Tanah Air:
PAKAR Etika Politik, Franz Magnis-Suseno SJ yang juga rohaniawan Katolik berupaya meyakinkan masyarakat Jerman bahwa tidak benar tuduhan pengamat asing bahwa di Indonesia sedang terjadi pemusnahan sistematis umat Kristen oleh kaum Islam.
"Data menunjukkan bahwa dari sekitar 10.000 korban meninggal dan ratusan ribu pengungsi dalam kasus Maluku, dua pertiga korban adalah warga muslim dan hanya sepertiganya umat Kristen," katanya dalam ceramah di depan publik Jerman, di Hamburg, Senin (25/02).
Hal tersebut ditulis dalam siaran pers Konsulat Jenderal RI (KJRI) Hamburg, Jerman, yang diterima ANTARA Brussel, Senin sore (Selasa WIB).
Menurut dia, kerusuhan berantai di Situbondo, Tasikmalaya, Jakarta, Kupang, Halmahera, tidak dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk menyimpulkan bahwa di Indonesia sedang terjadi pemusnahan umat Kristiani oleh umat Islam.
Magnis dalam ceramah bertema "Islam in Wirtschaft und Gesselschaft in Sudostasien" (Islam Dalam Ekonomi dan Kehidupan Bermasyarakat di Asia Tenggara), mengatakan latar belakang dan akar konflik SARA di Indonesia yakni
ketidakpuasan, kekecewaan, perasaan terluka, dikhianati, dan dilecehkan selama bertahun-tahun dibawah rejim Soeharto.
"Pemerintahan rejim Soeharto telah berhasil menurunkan angka kemiskinan absolut dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia bagi kemakmuran bangsa, tetapi gagal total dalam menciptakan keadilan sosial," katanya.
"Pemerintahan rejim Soeharto membungkam semua pengeritik dan lawan politiknya dengan tuduhan komunis, anti pembangunan, dan anti Pancasila, yang pada akhirnya telah melahirkan sebuah masyarakat yang bungkam," kata gurubesar dan pimpinan Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Driyakara, Jakarta.
Acara tersebut terselenggara atas kerjasama antara Institut fur Asienkunde (Institut untuk Studi Asia), Ostasiatische Verein eV (Perkumpulan Asia Timur), Seminar fur Indonesische und Sudseesprachen (Jurusan Bahasa Indonesia dan Austronesia), Deutsch-Indonesische Gesselschaft (Lembaga Persahabatan Jerman-Indonesia) dan Deutch-Malaysische Gesselschaft (Lembaga Persahabatan Jerman-Malaysia).
Ceramah tersebut dihadiri oleh masyarakat Jerman, dan kalangan akademisi, pemerhati masalah Indonesia dan Asia Tenggara, pengamat militer Indonesia, dan kalangan dunia usaha.
Lebih lanjut Magnis mengatakan seluruh masyarakat Indonesia berkeinginan untuk hidup berdampingan secara damai dengan meningkatkan dialog antar umat beragama.
Ia kemudian mencontohkan, sejumlah anggota dari kelompok Banser NU telah turut mengamankan gedung gereja dan jalannya ibadah warga Kristen, ketika terjadi serangan atas sejumlah gereja di Jawa dan Sumatera pada 2001.
Fakta ini agaknya tidak terpublikasi oleh media massa Jerman. Fakta lainnya, ada seorang anak muda yang juga anggota Banser NU telah menyelamatkan umat Kristen di sebuah gereja di Jawa Timur.
Anak muda itu membawa lari keluar bom yang ditemukan di dalam gereja. Bom itu akhirnya meledak kemudian menewaskan dirinya, namun warga Kristen di dalam gereja berhasil diselamatkan.
Ketika beberapa kelompok muslim radikal di Indonesia tahun lalu mengancam akan melakukan aksi "sweeping" terhadap warga AS serta kepada umat Kristen, maka pimpinan Muhammadiyah Prof Maarif menyatakan diri sebagai orang pertama yang berdiri di depan membela warga Kristen.
Contoh lain yang tidak terpublikasi media massa Jerman, kata Magnis-Suseno, bahwa NU dan Muhammadiyah sepakat untuk menolak penerapan syariah Islam sebagai hukum positif di Indonesia.
Facebook Badge
My Facebook
search google
Grab this Widget ~ Blogger Accessories Custumized by Panduan Blogger
About Me
Blog Archive
Pengikut
Senin, 05 Oktober 2009
BY GAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
.......ga da pemusnahan tpi intimidasi????
Posting Komentar